Dalam sejarah peradaban manusia, pendidikan selalu menjadi pondasi utama bagi kemajuan sebuah bangsa.
Keberhasilan bangsa-bangsa besar tidak ditentukan oleh kekuatan militer atau kekayaan saja, melainkan oleh keseriusan mereka dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.
Islam menegaskan tentang hal tersebut sejak pertama kali Rasulullah Muhammad SAW menerima wahyu dari Allah, sebagaimana termaktub dalam firmanNya:
ٱقْرَأْ بِٱسْمِ رَبِّكَ ٱلَّذِى خَلَقَ
Artinya : “Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan.” (QS. Al-‘Alaq: 1)
Pada abad pertengahan, dunia Islam pernah menjadi pusat ilmu pengetahuan dunia.
Baghdad, Kairo, hingga Cordoba bahkan menjadi mercusuar dunia ilmu.
Kontribusi ilmuwan Muslim sangat besar bagi dunia. Ibnu Sina dengan kitab kedokterannya, Al-Qanun fi al-Tibb, menjadi rujukan di Eropa. Sedangkan Al-Khawarizmi meletakkan dasar bagi aljabar modern.
Semua inovasi ini terjadi karena paradigma pendidikan Islam yang tidak memisahkan ilmu pengetahuan dari agama.
Nasihat Al-Ghazali bahwa “ilmu tanpa amal adalah kegilaan, sedangkan amal tanpa ilmu adalah kesia-siaan“.
Ironisnya, pendidikan Islam saat ini justru sering dipersepsikan keliru dan dianggap ketinggalan zaman.
Sebagian pihak memandang madrasah dan pesantren sebatas ruang untuk mengaji kitab kuning, bukan pusat inovasi ilmu.
Padahal, sebagaimana cendekiawan muslim Dr. Nurcholish Madjid (Cak Nur) pernah menegaskan bahwa, “Islam, iman, dan ilmu adalah tiga hal yang tidak dapat dipisahkan. Iman tanpa ilmu kering, dan ilmu tanpa iman buta.”
Karena itu, pendidikan Islam mestinya melahirkan generasi yang religius sekaligus modern.
Konteks Indonesia menunjukkan tantangan, dan sekaligus peluang besar.
Abdurrahman Wahid alias Gus Dur sangat menekankan pentingnya “Islam yang ramah, bukan Islam yang marah.”
Pendidikan Islam moderat yang terbuka pada dialog inilah yang akan menjadikan Indonesia selalu relevan dalam percaturan global.
Melalui firmanNya, Allah menegaskan bahwa ilmu adalah kunci kemuliaan:
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadilah: 11)
Pendidikan Islam seharusnya melahirkan generasi yang tidak hanya saleh secara ritual, tetapi juga unggul secara intelektual, kreatif, dan inovatif dan soleh secara sosial.
Negeri dengan jumlah Muslim terbesar di dunia ini memiliki modal luar biasa.
Pesantren, madrasah, dan perguruan tinggi Islam tersebar di berbagai penjuru negeri. Pesantren dengan tradisi tafaqquh fi al-din berperan besar dalam memperkuat karakter moral bangsa.
Sementara itu, perguruan tinggi Islam berpotensi menjadi pusat integrasi antara ilmu agama dan sains modern.
Jika potensi ini dikelola dengan baik, pendidikan Islam Indonesia bukan hanya menjadi benteng identitas, tetapi juga pusat kebangkitan peradaban Islam global.
beberapa langkah penting patut mendapat perhatian serius:
- Mengintegrasikan kurikulum: Pendidikan Islam jangan hanya fokus pada ilmu agama, tetapi juga harus fokus pada pengembangan sains, teknologi, dan keterampilan abad 21. Dengan catatan, integrasi ini jangan sampai kehilangan nilai-nilai Qur’ani sebagai pijakan moral.
- Menggerakkan riset dan inovasi: Perguruan tinggi Islam harus lebih bersungguh-sungguh dalam mendorong riset besar-besaran. Inovasi dalam bidang teknologi, lingkungan, dan kesehatan dapat menjadi kontribusi nyata pendidikan Islam bagi peradaban modern.
- Mendorong terwujudnya keberagamaan yang moderat: Pendidikan Islam harus melahirkan generasi yang berwawasan luas, toleran, dan mampu berdialog dengan dunia global. Islam bukan sekedar doktrin yang beku. Ajaran Islam merupakan jalan kehidupan yang membawa rahmat bagi seluruh alam.
- Memanfaatan teknologi digital: Platform digital, e-learning, maupun artificial intelligence harus bermanfaat dalam memperluas akses dan kualitas pendidikan Islam. Melalui cara ini, pendidikan Islam akan lebih inklusif dan relevan dengan perkembangan zaman.
Kebangkitan sebuah peradaban tidak berada dalam ruang hampa, tetapi selalu berawal dari investasi besar di bidang pendidikan.
Sejarah keemasan peradaban Islam membuktikan bahwa ilmu pengetahuan adalah kunci kejayaan.
Kini, tugas kita adalah menghidupkan kembali semangat membaca (Iqra) dalam pendidikan Islam agar dapat menjawab tantangan zaman sekaligus membangun peradaban yang beradab.
Dengan menjadikan pendidikan Islam sebagai pilar utama, Indonesia memiliki peluang besar untuk memimpin kebangkitan peradaban Islam modern, tidak hanya menjaga jati diri bangsa, tetapi juga berkontribusi pada terciptanya dunia yang damai, berilmu, dan bermartabat.***


0 Tanggapan
Empty Comments