Search
Menu
Mode Gelap

Praktisi Psikologi Beberkan Kiat Mengelola Kader sebagai Aset

Praktisi Psikologi Beberkan Kiat Mengelola Kader sebagai Aset
Supriadi Hardianto, S.Psi., M.Psi., Psikolog. saat menyampaikan materi. (PDD DAMNAS Malang/PWMU.CO)
pwmu.co -

Masalah IMM seringkali bukan karena kekurangan orang pintar, tetapi karena kita tidak tahu siapa yang pintar apa. Kalimat tersebut menjadi poin kunci dalam sesi materi “Pengembangan Organisasi Berbasis Teknologi” di Darul Arqam Madya Nasional (DAMNAS) IMM Malang Raya, Senin (22/12/2025).

Dalam forum yang digelar di Aula BBPPMVP BOE, Arjosari, Kota Malang tersebut, Supriadi Hardianto, S.Psi., M.Psi., Psikolog selaku pemateri menekankan kepada peserta bahwa kegagalan terbesar organisasi mahasiswa seringkali bermula dari kesalahan menempatkan orang atau the wrong man in the wrong place.

Ia menegaskan bahwa IMM memiliki ribuan kader dengan potensi beragam. Tanpa mapping yang akurat, potensi ini akan menumpuk di satu sektor saja atau bahkan hilang tanpa jejak.

Dalam kerangka menata ulang IMM sebagai rumah pergerakan, ia menjabarkan perubahan struktur dari hierarchy menjadi agile, manusia ceremonial activist menjadi problem solver, strategi top down blurry menjadi clear balancing, proses manual beureaucratic menjadi digital workflow.

Lebih daripada itu, mengelola kader sebagai aset strategis dimulai dari pencarian bakat secara spesifik sejak DAD. Pengembangannya juga musti didasarkan pada Sistem Perkaderan Ikatan sebagai project based learning. Dan terakhir, menempatkan kader di posisi yang sesuai dengan keahliannya.

“Turun ke bawah dan melihat bagaimana sebuah masalah itu terjadi, sehingga tidak sekadar menggunakan asumsi semata,” tegasnya.

Ia menegaskan bahwa seorang pemimpin harus memiliki kemampuan untuk memetakan kader. Sebab karakteristik kader-kader memiliki keunikan satu sama lain.

Ada yang memiliki loyalitas dan militansi tinggi, akan tetapi terkendala di kapabilitas teknis. Atau orang yang memiliki kecerdasan, akan tetapi lemah dalam ikatan ideologis.

“Tentu mereka perlu untuk dimotivasi ulang, diberikan muatan-muatan dasar, dikuatkan nilai-nilainya agar tidak lepas. Sebab banyak sekali orang yang memiliki keahlian namun tidak punya ikatan emosional atau ideologis,” katanya.

Iklan Landscape UM SURABAYA

Ada juga karakter orang yang functional support, yakni mereka yang kurang memiliki inisiatif namun selalu siap berkontribusi apabila diberikan tugas.

Tipikal seperti ini umumnya hanya ikut-ikutan, sehingga rentan untuk kecewa dan keluar saat mendapatkan tekanan.

Menurutnya, seorang pemimpin organisasi harus dan wajib untuk dapat mengenalkan dan mengembangkan tujuan, sehingga dapat memahami kemampuan dan minat setiap kader dalam bidangnya.

Jika sudah memiliki data kader, baik secara statistik maupun kualitatif, maka seorang pemimpin dapat mulai meningkatkan koordinasi untuk pengembangan organisasi.

Dengan demikian bisa diketahui siapa orang yang tepat untuk diajak bersama-sama mewujudkan tujuan organisasi.

“Berhenti memberikan tugas hanya kepada orang yang rajin datang rapat. Mulailah memberikan tugas kepada orang yang memiliki kapabilitas untuk menyelesaikannya. Right talent, right place,” pesannya dihadapan para peserta.(*)

Iklan pmb sbda 2025 26

0 Tanggapan

Empty Comments