Ada perjalanan hidup yang tidak disaksikan tepuk tangan manusia. Ia sunyi, perlahan, bahkan kerap basah oleh air mata. Namun justru di sanalah Allah menanamkan nilai. Sebab Allah tidak semata memandang hasil, melainkan setiap langkah yang dijalani dengan sabar dan iman. Dalam kesunyian itulah proses hidup menemukan maknanya, dan di sisi Allah, ia begitu berharga.
Jangan membandingkan prosesmu dengan perjalanan orang lain. Setiap manusia diciptakan dengan latar belakang, kekuatan, dan jalan hidup yang berbeda. Apa yang kamu jalani hari ini—meski terasa berat, panjang, dan melelahkan—bukanlah tanda ketertinggalan, melainkan bagian dari takaran yang Allah tetapkan khusus untukmu. Allah tidak pernah keliru dalam menguji hamba-Nya.
Allah Swt menegaskan bahwa setiap ujian selalu sepadan dengan kemampuan manusia:
لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.”
(QS. Al-Baqarah: 286)
Ayat ini menjadi penenang bagi hati yang lelah. Jika ujian datang kepadamu, sejatinya Allah telah menilai bahwa kamu mampu menjalaninya, meski kamu sendiri merasa hampir menyerah. Rasa berat bukan tanda kelemahan, melainkan proses pembentukan kekuatan iman dan keteguhan hati.
Sering kali manusia merasa hidupnya lebih berat dibanding orang lain, seolah Allah membagi ujian secara tidak adil. Padahal, Allah telah mengingatkan bahwa hidup memang ladang ujian, dengan bentuk dan kadar yang berbeda:
أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ
“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan mengatakan, ‘Kami beriman,’ sementara mereka tidak diuji?”
(QS. Al-‘Ankabut: 2)
Ujian adalah bukti keimanan, bukan hukuman. Semakin besar iman seseorang, semakin besar pula ujian yang Allah berikan untuk meninggikan derajatnya.
Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلَاءِ
“Sesungguhnya besarnya pahala sebanding dengan besarnya ujian.”
(HR. Tirmidzi, hasan sahih)
Karena itu, jangan iri pada kelapangan hidup orang lain. Kita tidak pernah tahu ujian apa yang mereka sembunyikan. Jangan pula meremehkan diri hanya karena proses terasa lebih lambat. Bisa jadi Allah sedang mengajarkan sabar, ikhlas, dan tawakal yang kelak menjadi cahaya terbesar dalam hidupmu.
Dalam setiap kesulitan, Allah selalu menyertakan harapan. Bahkan, Dia menegaskannya dua kali agar manusia tidak terjerumus dalam keputusasaan:
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.”
(QS. Al-Insyirah: 5–6)
Rasulullah SAW juga mengajarkan cara pandang seorang mukmin terhadap proses hidup:
عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ، إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ
“Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya adalah kebaikan baginya.”
(HR. Muslim)
Artinya, baik dalam keadaan lapang maupun sempit, cepat maupun lambat, semuanya bernilai pahala jika dijalani dengan iman dan kesabaran.
Karena itu, fokuslah pada prosesmu sendiri. Jadikan perjalanan hidup sebagai ruang untuk semakin dekat kepada Allah, bukan alasan untuk merendahkan diri. Tidak mengapa jika hari ini kamu tertatih, selama tetap melangkah di jalan yang diridai-Nya.
Kelak, ketika kamu tiba pada waktumu, kamu akan memahami bahwa semua ini terjadi bukan karena kamu lemah, melainkan karena Allah sedang membentukmu menjadi pribadi yang lebih kuat dan beriman.
Teruslah melangkah meski perlahan. Jangan lelah menjadi sabar, jangan menyerah pada harapan. Prosesmu sedang membentuk kekuatan hati yang kelak akan kamu syukuri. Pada saatnya nanti, kamu akan mengerti: bukan karena kamu mampu lalu diuji, tetapi karena Allah menguji, maka kamu menjadi mampu.


0 Tanggapan
Empty Comments