
PWMU.CO — Budaya literasi di kalangan mahasiswa menjadi sorotan serius bagi Risma Dewi, Ketua Bidang Immawati Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Kalimantan Tengah (Kalteng). Wanita kelahiran Palangka Raya, 12 Maret 2002 ini menekankan pentingnya membaca sebagai ruh gerakan intelektual IMM, terutama di tengah arus digitalisasi yang semakin deras.
Dalam wawancara yang dilakukan pada Ahad (08/06/2025), Risma menegaskan bahwa budaya membaca bukan sekadar kebutuhan, tetapi juga keniscayaan bagi kader IMM.
“Urgensi budaya membaca di kalangan kader IMM sangatlah penting. Sebagai kader intelektual, membaca adalah cara untuk mengasah keilmuan diri. Apalagi berdasarkan data UNESCO, minat baca di Indonesia hanya 0,001 persen. Artinya, dari 1.000 orang, hanya satu yang gemar membaca. Ini mengkhawatirkan,” ungkapnya.
Risma menjelaskan bahwa tantangan digital bukan alasan untuk mengabaikan literasi. Justru menurutnya, era digital harus dimanfaatkan sebagai medium untuk membangkitkan semangat membaca, terutama di kalangan mahasiswa.
“Kader IMM harus lebih eksis dalam membangun budaya baca, apalagi di lingkungan kampus yang seharusnya menjadi pusat intelektual,” ujarnya.
Peran Strategis Immawati
Menyoal peran Bidang Immawati dalam penguatan budaya literasi, Risma memaparkan sejumlah strategi yang telah dan akan dilakukan.
“Peran strategis Immawati salah satunya adalah membangun motivasi internal dan eksternal dalam diri kader agar tumbuh semangat membaca. Misalnya dengan mengadakan kegiatan seperti Bedah Buku Bersama Immawati, dari tingkat komisariat hingga daerah,” terangnya.
Ia juga menyoroti pentingnya memanfaatkan media sosial sebagai ruang ekspresi literasi.
“Immawati bisa menulis tentang dakwah maupun isu-isu sosial yang relevan, sehingga bisa dibaca oleh kader IMM lainnya dan masyarakat luas. Ini juga bisa menjadi branding bahwa kader IMM aktif di ranah digital,” lanjut Risma.
Menurutnya, terdapat hubungan yang sangat erat antara budaya membaca dan kualitas gerakan keilmuan serta advokasi yang dibangun IMM.
“Budaya membaca adalah dasar dari keilmuan. Untuk menghasilkan gagasan yang logis dan berkualitas, diperlukan proses membaca yang intens. Apalagi IMM sangat terlibat dalam isu-isu kebijakan, baik di tingkat daerah maupun nasional. Maka membaca menjadi fondasi utama dalam membangun argumen dan advokasi,” jelasnya.
Sebagai langkah konkret, DPD IMM Kalteng melalui Bidang Immawati telah menyusun beberapa program untuk meningkatkan minat baca kader, khususnya Immawati.
“Kami akan mengoptimalkan media sosial sebagai ruang literasi, membentuk forum diskusi Immawati yang membahas problematika daerah atau nasional. Di sana, para Immawati diajak membaca isu, lalu menganalisis dan merumuskan sikap. Dari proses itulah semangat membaca akan tumbuh secara natural,” pungkasnya. (*)
Penulis Fathan Faris Saputro Editor Amanat Solikah


0 Tanggapan
Empty Comments