
PWMU.CO – Jelang tahun ajaran baru, SD Muhammadiyah 4 Zamzam, Sidoarjo terus berupaya membekali para ustadz dan ustadzah dengan ilmu serta pengalaman baru. Kurang dari satu minggu lagi, para siswa akan mulai masuk sekolah. SD Muhammadiyah 4 Zamzam pun siap menyambut tahun ajaran baru dengan semangat penuh.
Salah satu bentuk kesiapannya adalah dengan menggelar workshop pembelajaran mendalam (deep learning), serta kegiatan upgrading dan diklat standarisasi guru al-Quran metode Tilawati.
Acara yang digelar mulai Senin-Rabu (7-9/7/2025) ini diikuti oleh 36 guru SD Muhammadiyah 4 Zamzam dan dibuka secara resmi oleh Wakil Ketua Majelis Dikdasmen Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Sepanjang, Gawat Noor H MPd.
Selama tiga hari, para guru SD Muhammadiyah 4 Zamzam menerima ilmu dan pengalaman baru sebagai bekal untuk menyambut tahun ajaran yang akan datang.
Dalam kesempatan ini, Gawat Noor mengungkapkan bahwa deep learning bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan.
“Sebagai contoh, saya dan ustadz-ustadzah sekalian pasti sudah mengenal yang namanya warna pelangi itu mejikuhibiniu. Ya, kan? Ini diajarkan saat kita masih berusia 7-8 tahun, usia-usia sekolah dasar. Tapi sampai sekarang, puluhan tahun kemudian, kita masih ingat urutan warna pelangi itu merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu yang disingkat mejikuhibiniu,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa artinya, pembelajaran yang diberikan diharapkan mampu diterima dan melekat kuat dalam ingatan siswa. Sehingga tidak hanya sekadar tahu, tapi juga paham ‘Oh, begini loh konsepnya.’ Mereka memahami bahwa pelangi terbentuk dari proses tertentu. Anak-anak diajak merasakan langsung, mencoba langsung, sehingga pembelajaran tidak hanya bersifat membaca atau mendengarkan cerita, tapi benar-benar dialami melalui pengalaman nyata.
Hal senada juga diungkapkan kepala SD Muhammadiyah 4 Zamzam, Muhammad Anas Fikri MAP. Menurutnya, kegiatan workshop, upgrading, dan diklat ini merupakan bekal penting bagi para guru dalam menjalankan tugas mendidik.
“Ibarat hendak berperang, kegiatan ini adalah momen krusial. Di sinilah ustadz dan ustadzah dibekali agar siap memberikan pendidikan terbaik bagi anak-anak. Dengan begitu, keilmuan dan pengalaman para guru akan terus diperbaharui dan disegarkan,” tuturnya.
Deep Learning Bukan Kurikulum
Widyaprada ahli madya Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP) Provinsi Jawa Timur, Dr Dwi Ilham Rahardjo MPd mengajak para guru SD Muhammadiyah 4 Zamzam untuk belajar deep learning.
“Deep learning saat ini sedang booming. Di mana-mana kami lihat, semua membahas tentang deep learning. Sebenarnya, apa sih deep learning itu,” tanya Ilham yang membuka sesi dengan pertanyaan.
Pertanyaan tersebut disambut berbagai jawaban dari peserta.
Ilham kemudian melanjutkan, “Sebelum kita mengupas lebih jauh, izinkan kami meluruskan sedikit. Deep learning ini bukanlah sebuah kurikulum, Bapak Ibu sekalian. Istilah resminya dalam bahasa Indonesia adalah ‘pembelajaran mendalam’. Jadi, deep learning adalah sebuah pendekatan yang digunakan dalam implementasi Kurikulum Merdeka bukan kurikulum baru.”
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa pendekatan ini merupakan bentuk penerjemahan dari Asta Cita yang disampaikan oleh Bapak Presiden, yang kemudian ditindaklanjuti oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) melalui berbagai program prioritas. Salah satunya adalah pembelajaran mendalam ini.
Selain itu, Ilham juga mengajak peserta workshop untuk bermain game guna mencairkan suasana sekaligus memberikan contoh penerapan deep learning melalui berbagai kegiatan.
“Selama ini, yang sering dipikirkan oleh para guru adalah bagaimana caranya agar buku setebal ini bisa dikuasai oleh anak-anak. Ya jelas berat! Seolah-olah kita ingin memindahkan isi buku ini ke dalam kepala mereka. Coba bayangkan, Ustadz dan Ustadzah. Maka melalui deep learning ini, mari kita ubah miskonsepsi bahwa belajar harus selalu mengikuti isi buku secara kaku. Tidak demikian,” lanjut Ilham.
Menurutnya, belajar bisa dilakukan melalui berbagai cara. Oleh karena itu, mindset yang perlu ditanamkan pada para guru saat ini adalah bahwa pembelajaran harus bersifat menyenangkan.
Tidak berhenti sampai di situ, selain dibekali materi mata pelajaran umum, para guru SD Muhammadiyah 4 Zamzam juga mendapatkan pelatihan mengajar dan belajar membaca al-Quran dengan metode Tilawati. Kegiatan ini dilakukan melalui program upgrading dan diklat standarisasi guru al-Quran metode Tilawati yang bekerja sama dengan Nurul Falah Surabaya.
Dalam kesempatan tersebut, para peserta diajak untuk memahami pokok-pokok bahasan dalam pembelajaran membaca al-Quran, serta mempelajari berbagai trik dan metode yang dapat diterapkan dalam proses mengajar.
“Berbeda dengan mengajar orang dewasa njih ustadzah, yang bisa diam duduk manis memperhatikan materi yang diberikan. Dalam mengajar anak anak usia SD menjadi tantangan tersendiri bagi guru. Maka diperlukan juga strategi untuk menghadapinya,” ucap Ustadz Muhammad Masrur Huda MPd.
Ia juga menambahkan, dalam mengajar al-Quran diperlukan penguatan pokok bahasan sejak awal agar siswa terbiasa dan memahami konsep materi yang diterimanya.
“Berikan penguatan secara terus-menerus agar mereka benar-benar memahami konsep materi yang sedang dipelajari. Hal ini juga membantu anak-anak agar tidak mudah terdistraksi. Dengan begitu, proses belajar menjadi lebih menyenangkan, dan guru pun lebih mudah mengelola kelas. Jangan lupa untuk memberikan pujian, agar anak-anak semakin semangat dalam belajar,” imbuhnya.
Maka, selain dibekali dengan materi mengajar, para guru SD Muhammadiyah 4 Zamzam juga mengikuti kegiatan Munaqasah dan microteaching sebagai upaya untuk memetakan kemampuan para ustaz dan ustazah dalam mengajar al-Quran.

Belajar membaca al-Quran dengan pendekatan deep learning menjadi salah satu fokus penting. Deep learning tidak hanya diterapkan pada mata pelajaran umum atau agama, tetapi juga sangat relevan dalam pembelajaran al-Quran. Pendekatan ini membantu memaksimalkan proses pembelajaran agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai dengan lebih efektif.
“Coba perhatikan, Ustadz dan Ustadzah. Anak-anak ini, pagi mendengar lagu baru, sore harinya sudah hafal. Benar, kan? Sehebat itu Allah menciptakan daya ingat anak-anak. Itulah yang harus kita maksimalkan. Mari kita buat proses belajar membaca al-Quran menjadi praktis, tidak bertele-tele, mudah, dan menyenangkan, baik bagi guru maupun bagi siswa,” lanjutnya.
“Semoga apa yang Ustadz dan ustadzah pelajari selama 3 hari ini dapat menjadi bekal serta pengalaman baru dalam memberikan pendidikan terbaik bagi umat,” harapnya. (*)
Penulis Realita Tataguna CB Editor Ni’matul Faizah


0 Tanggapan
Empty Comments