Di tengah arus modernisasi dan perubahan gaya hidup masyarakat, Muhammadiyah tetap konsisten menjaga tradisi keilmuan Islam melalui kegiatan yang dikenal sebagai ngaji ringan. Tradisi ini bukan sekadar pengajian biasa, melainkan ruang belajar agama yang dikemas sederhana, komunikatif, dan mudah dipahami oleh berbagai kalangan.
Salah satu contoh eksistensi tradisi ngaji ringan tersebut terlihat pada Sabtu pagi (13/12/2025) di Masjid Pusat Dakwah Muhammadiyah (PUSDAMU), Griya Mangli Indah, Kabupaten Jember. Kegiatan ini diikuti jamaah dan warga Muhammadiyah setempat sebagai bagian dari pembinaan dan syiar dakwah Islam.
Masjid PUSDAMU menjadi pusat aktivitas dakwah dan pembinaan keislaman warga Muhammadiyah di kawasan tersebut. Sejumlah program kajian rutin digelar, di antaranya kajian subuh setiap Rabu dan Sabtu pagi yang diawali dengan salat berjemaah. Materi kajian disampaikan secara ringan namun sarat makna, mencakup akidah, ibadah, akhlak, hingga persoalan kehidupan sehari-hari sehingga relevan dengan kebutuhan umat.
Ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Mangli, Dr. Agung, menyampaikan bahwa embrio lahirnya Muhammadiyah di wilayah tersebut berawal dari pengajian rutin sederhana yang dilaksanakan dari rumah ke rumah. Dari kegiatan inilah tumbuh kesadaran kolektif masyarakat untuk membangun dakwah yang lebih terorganisasi.
“Perlu diketahui, embrio lahirnya PUSDAMU di Griya Mangli Indah ini bermula dari pengajian rutin yang dilakukan secara sederhana dari rumah ke rumah,” ujarnya saat pengajian ranting, Ahad (7/12/2025).
Seiring berjalannya waktu, pengajian tersebut berkembang menjadi Persyarikatan Muhammadiyah yang kini berstatus Ranting Muhammadiyah Mangli dan tetap aktif menjalankan misi dakwah serta pendidikan Islam.
Tradisi ngaji ringan ini tidak dapat dipisahkan dari sejarah awal berdirinya Muhammadiyah. KH. Ahmad Dahlan merintis Persyarikatan Muhammadiyah melalui perkumpulan kecil dan pengajian sederhana yang kemudian tumbuh menjadi gerakan Islam berkemajuan. Dalam perjuangannya, beliau menghadapi berbagai tantangan, mulai dari penolakan masyarakat, kuatnya tradisi lama, hingga keterbatasan sumber daya.
Namun, semua tantangan tersebut dilalui dengan kesabaran, keikhlasan, dan keteguhan iman. KH. Ahmad Dahlan menjadikan semangat Surah Al-Ma’un sebagai fondasi gerakan Muhammadiyah, yakni Islam yang tidak berhenti pada ritual, tetapi diwujudkan dalam aksi nyata untuk menolong, mencerdaskan, dan memajukan umat.
Nilai-nilai inilah yang terus mengakar dan diwariskan hingga kini. Oleh karena itu, tradisi ngaji ringan menjadi bagian tak terpisahkan dari gerakan dakwah Muhammadiyah, mulai dari tingkat pusat, wilayah, cabang, hingga ranting.


0 Tanggapan
Empty Comments