Search
Menu
Mode Gelap

SD Musix Ajak Siswa Kelas IV Mengenal Makanan Tradisional lewat Praktik Memasak Seblak

SD Musix Ajak Siswa Kelas IV Mengenal Makanan Tradisional lewat Praktik Memasak Seblak
Kegembiraan para siswa saat membuat makanan tradisional seblak. Foto: Istimewa.
pwmu.co -

Dalam rangka menerapkan hasil belajar, para siswa kelas IV SD Muhammadiyah 6 Gadung (SD Musix) Surabaya sepakat membuat karya nyata berupa makanan tradisional Nusantara, yaitu seblak. Kegiatan ini dilakukan sebagai bagian dari tema pembelajaran Aneka Ragam Makanan Tradisional Indonesia.

Sejak pagi, para siswa kelas 4-A Al-Basith tampak berdatangan ke sekolah. Mereka tidak hanya membawa perlengkapan belajar, tetapi juga membawa berbagai peralatan memasak.

“Ustazah, ini kompor portabel yang kemarin saya janjikan,” ujar salah satu siswa, Muhammad Rayhan Al Ghifari sambil menyerahkan kompor tersebut kepada Guru Bahasa Jawa SD Musix yang terampil memasak, Ninik Nur Farida, S.Pd.

Setibanya di kelas, Ninik memastikan kelengkapan alat dan bahan yang dibawa para siswa. Untuk mempercepat dan mempermudah proses memasak, seluruh alat dan bahan dibagi secara merata sehingga setiap siswa berperan dan tidak ada yang terlewat.

Seluruh perlengkapan disusun rapi di atas meja agar mudah dijangkau. Dengan penataan tersebut, anak-anak tidak mengalami kesulitan ketika harus memasukkan bahan ke dalam panci.

“Baiklah anak-anak, karena alat dan bahan sudah lengkap, mari kita mulai!” ajak Ninik.

Sebelum praktik memasak dimulai, Ninik terlebih dahulu menjelaskan mengenai seblak sebagai salah satu makanan tradisional Nusantara.

“Seblak merupakan hidangan khas Sunda, Jawa Barat, yang terbuat dari kerupuk basah dan dimasak dengan bumbu kencur bercita rasa pedas gurih. Makanan ini biasanya dipadukan dengan berbagai isian seperti telur, sosis, bakso, atau sayuran,” jelasnya.

Makanan ini, lanjutnya, kini populer di berbagai daerah di Indonesia, terutama Bandung, dan berawal dari kreativitas masyarakat Sunda dalam mengolah kerupuk lama menjadi santapan yang lezat.

“Katanya makanan khas Jawa Barat, kok kita bisa beli di mana-mana, Ustazah?,” tanya siswa lainnya, Dyandra Noura Alysa Wibiksono.

Kemudian Ninik menjawab, “Makanya itu disebut makanan tradisional Nusantara, karena makanan ini bisa ditemukan di banyak daerah.”

Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan praktik memasak. Setelah wajan di atas kompor panas, Ninik memasukkan bumbu yang telah disiapkan dari rumah, menambahkan air secukupnya, kemudian memasukkan bahan-bahan yang dibawa siswa.

Iklan Landscape UM SURABAYA

“Anak-anak, karena bahan yang kalian siapkan sudah matang, jadi tidak perlu terlalu lama memasaknya,” ucapnya.

Salah satu siswa, Arsyila Syahira Komajaya, kemudian bertanya, “Lho, mi-nya kapan dimasukkan, Ustazah?.”

Menanggapi pertanyaan itu, Ninik menjelaskan bahwa mi dimasukkan pada tahap akhir agar teksturnya tidak terlalu lembek.

Kegembiraan tampak dari wajah para siswa yang baru pertama kali membuat seblak. Mereka bergantian mengaduk, menambahkan garam dan gula, hingga menunggu kuahnya menyusut.

“Asyiik…! Sudah matang!,” seru para siswa dengan penuh antusias.

Setelah seblak matang dan dituangkan ke mangkuk, anak-anak mulai mengantre untuk mengambil seblak.

Tersedia dua varian rasa, pedas dan tidak pedas sehingga mereka bisa memilih sesuai selera. Dengan lahap, anak-anak menikmati seblak yang masih hangat.

“Iya enak, Ustazah. Lain kali kita buat makanan tradisional yang lain, ya!,” ungkap Jovita Aisha Afareen sambil mengacungkan jempol.

Antusiasme juga terlihat dari para wali murid melalui pesan yang dikirim di grup WhatsApp kelas. Mereka menyambut baik kegiatan tersebut dan memberikan dukungan.

“Wah, ingin mencicipi, nih. Sering-sering adakan kegiatan seperti ini, Ustazah, supaya keterampilan anak-anak semakin terasah,” tulis Vina Novalia, orang tua Arsyila. (*)

Iklan pmb sbda 2025 26

0 Tanggapan

Empty Comments