Belakangan sedang viral video yang berasal dari konten kreator cilik bernama Ryu Kintaro. Dalam akun media sosialnya Ryu membagikan sebuah video monolog dengan topik “asyiknya hidup sebagai perintis”. Tapi bukannya memantik dukungan, video tersebut justru mendapat banyak pertentangan dari warganet.
Dalam video tersebut Ryu menyatakan bahwa hidup sebagai perintis adalah hidup yang asyik dan penuh tantangan. Menurut Ryu menjadi seorang perintis itu berarti menjadi pribadi yang memiliki kebebasan terhadap pilihan dan jalan hidup yang dapat dipilih,
Ryu menganggap bahwa ketidakpastian hidup seorang perintis adalah suatu hal yang patut disyukuri sebab ketidakpastian hidup itulah yang menjadikan hidup perintis jauh dari kata membosankan.
Pernyataan yang disampaikan oleh Ryu sebenarnya tidak sepenuhnya salah. Di akhir videonya Ryu juga memberikan pernyataan bahwa hidup sebagai perintis bukanlah hidup yang mudah. Tapi tantangan hidup itulah yang menjadikan hidup seorang perintis menjadi asyik dan tidak membosankan.
Walaupun terdengar masuk akal, banyak warganet yang tidak setuju dan menentang pernyataan tersebut, mengapa demikian?
Segitiga Aristoteles dan psikologi persuasi
Apa yang dilakukan Ryu merupakan contoh dari retorika. Retorika sendiri memiliki arti kemampuan atau tindakan menggunakan dan mengolah kata untuk menanamkan keyakinan ke dalam persepsi orang lain.
Retorika sendiri telah menjadi teknik komunikasi yang banyak dipakai dan dipelajari oleh manusia dari zaman dulu. Salah satu filsuf terkenal yang erat hubungannya dengan retorika adalah Aristoteles.
Aristoteles — dalam bukunya yang juga berjudul “Retorika” — telah secara tuntas membahas retorika. Menurutnya retorika memiliki 3 unsur pembuktian, yang jika ketiganya terpenuhi maka akan meningkatkan keyakinan audiens terhadap retorika yang dilakukan.

Ketiga unsur pembuktian tersebut populer dengan istilah “Segitiga Retorika Aristoteles”, yaitu: Ethos, Pathos, dan Logos.
Ethos dalam definisi Aristoteles adalah bagian dari aspek yang terdapat pada diri pembicara (orang yang beretorika). Ethos mencakup kredibilitas, latar belakang, reputasi, dan karakter pembicara.
Sedangkan Pathos adalah aspek yang terdapat pada diri audiens sebagai target retorika. Pathos mencakup kondisi emosi dan perasaan audiens saat kegiatan retorika berlangsung atau sebagai dampak dari retorika yang telah dilakukan.
Dan Logos adalah aspek pembuktian yang terdapat pada diri pembicara, berupa dasar logika, dan bukti faktual dari pernyataan yang diretorikakan.
Sebelum melakukan retorika, seorang pembicara wajib memperhatikan segitiga retorika tersebut. Agar tujuan dari retorika yang dilakukannya dapat tercapai dengan baik. Jika salah satu dari ketiga aspek pembuktian tersebut tidak terpenuhi atau tidak kuat, maka retorika yang dilakukan akan rapuh dan berpotensi mendapatkan pertentangan dari audiens.
Retorika dan keilmuan psikologi memiliki hubungan yang cukup erat. Secara konsep psikologi, retorika digunakan sebagai teknik pemilahan bahasa untuk mempengaruhi (persuasi) pikiran, emosi, dan perilaku manusia.
Dengan definisi yang hampir serupa, Psikologi Persuasi juga memiliki arti proses mempengaruhi atau meyakinkan individu terhadap satu ide atau gagasan, dan sikap atau perilaku tertentu melalui tindakan komunikasi. Retorika merupakan salah satu teknik komunikasi.
Mengapa menentang Retorika Ryu Kinanto?
Jika kembali kepada Segitiga Retorika Aristoteles, kita akan menemukan satu aspek pembuktian yang rapuh dari retorika Ryu Kintaro, yaitu aspek ethos. Aspek pembuktian ethos menuntut kesesuaian antara karakter dan reputasi pembicara dengan gagasan retorika yang disampaikan.
Sementara itu, retorika yang disampaikan oleh Ryu tentang “asyiknya menjadi perintis” tidak sesuai dengan latar belakang dan realita kehidupan Ryu yang terlahir dari keluarga kaya.
Ryu Kintaro mulai banyak dikenal ketika dirinya viral sebagai konten kreator. Ia berhasil meraup pertama kalinya uang sebanyak 100 juta saat masih berusia sangat belia. Kesuksesan ini mengantarkannya ke dalam dunia bisnis minuman jamu yang dijalankan hingga sekarang.
Meski begitu, tidak sedikit warganet yang meragukan dan menganggap bahwa kesuksesan yang diraihnya tidak lepas dari kekayaan yang dimiliki oleh orang tuanya. Ryu merupakan anak dari founder sekaligus CEO salah satu perusahaan besar di Indonesia.
Secara garis besar aspek pembuktian retorika Ryu tentang perintis sebenarnya sudah cukup kuat. Gagasannya yang mengatakan bahwa hidup perintis adalah hidup yang penuh dengan tantangan dan jauh dari kata bosan, sejatinya sudah cukup mengisi aspek pembuktian logos (logika) dan pathos (emosional).
Namun kenyataan bahwa Ryu merupakan anak yang terlahir dan besar dalam lingkungan kehidupan yang mewah, khas kaum kelas atas, menjadikan aspek pembuktian ethos-nya tidak terpenuhi dengan baik.
Sebab retorika yang disampaikannya tidak sejalan dengan nasib hidup Ryu yang terlahir sebagai anak orang kaya. Sehingga belum pernah merasakan susahnya hidup sebagai perintis, sebagaimana gagasan yang disampaikan dalam retorikanya.
Nasehat penulis
Meski aspek pembuktian retorika yang disampaikan Ryu Kintaro memiliki bagian yang rapuh, warganet tidak sepatutnya memandang Ryu sebagai pihak yang pantas disalahkan. Jangan ada komentar yang terlontar di media sosial yang justru membunuh semangat sosial dari diri Ryu.
Sebagai anak muda, Ryu juga tidak luput dari kesalahan dan ketidaktahuan. Saya yakin, melalui kejadian tersebut, Ryu pasti sedang berproses untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Selain itu, sebagai bagian dari warganet, saya turut memahami kekesalan mayoritas warganet di media sosial. Bagi sebagian orang retorika Ryu mungkin cukup melukai sisi ego sebagai seorang perintis sejati.
Namun jika kita bersedia mengambil sisi positifnya, sebenarnya apa yang disampaikan Ryu tidak sepenuhnya salah kok. Justru melalui retorika Ryu itulah, kita bisa tahu bahwa hidup yang sedang kita jalani saat ini tidaklah sepenuhnya buruk dan membosankan.
Hidup sebagai perintis adalah hidup yang penuh dengan perjuangan. Dan hidup yang diwarnai perjuangan adalah hidup yang menarik untuk diceritakan.***


0 Tanggapan
Empty Comments