Search
Menu
Mode Gelap

Sejarawan Ungkap Peran Kader Muhammadiyah dalam Aksi Perobekan Bendera di Hotel Majapahit

Sejarawan Ungkap Peran Kader Muhammadiyah dalam Aksi Perobekan Bendera di Hotel Majapahit
Teguh Imami (paling kiri) saat menjelaskan temuan lapangannya kepada peserta Muhammadiyah Historical Walk. Foto: Istimewa.
pwmu.co -

Dalam kegiatan Muhammadiyah Historical Walk yang digelar pada Ahad (9/11/2025), Sejarawan Teguh Imami, M.Hum., membeberkan temuan penting dari hasil penelitiannya di lapangan.

Penulis buku berjudul “Sang Surya di Jawa Dwipa: Jejak Kiai Dahlan di Jawa Timur” ini mengungkap bahwa bangunan Hotel Majapahit tidak hanya menjadi saksi peristiwa perobekan bendera Belanda, tetapi juga menyimpan kisah yang belum banyak diketahui publik, yakni keterlibatan kader Muhammadiyah dalam peristiwa bersejarah tersebut.

“Salah satu tokoh yang terlibat dalam aksi heroik tersebut adalah Noer Sidik, kader Muhammadiyah asal Kaliasin. Dari empat pemuda yang naik ke menara untuk merobek bendera Belanda, Noer Sidik turut ambil bagian dalam peristiwa bersejarah itu,” ujarnya.

Teguh juga menyampaikan bahwa Kader Muhammadiyah yang lahir di Mojokerto pada tahun 1910 dan pernah bekerja sebagai sopir Gubernur R. Soerjo tersebut mengalami luka parah setelah terjatuh saat turun dari tiang.

Temuan ini, menurut Teguh, menjadi bukti nyata kontribusi kader Muhammadiyah dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

“Intinya, saya ingin menunjukkan bagian sejarah yang hilang. Bahwa kader Muhammadiyah juga ikut ambil bagian dalam peristiwa besar itu,” tegasnya.

Dalam kegiatan ini, para peserta juga mendapatkan wawasan menarik dari pemandu hotel mengenai sejarah hotel yang dibangun pada 1 Juni 1910 oleh bersaudara Lucas Martin Sarkies, asal Armenia.

“Pada 18 September 1945, beberapa orang Belanda mengibarkan bendera Merah-Putih-Biru. Mengetahui hal itu, para pejuang Indonesia tidak terima dan merobek bagian biru dari bendera tersebut pada 19 September 1945,” jelas pemandu sambil menunjuk tiang yang menjadi saksi bisu peristiwa itu.

Selain itu, para peserta juga mendapat informasi tentang kamar nomor 33 di Hotel Majapahit yang dahulu menjadi markas komando Indo Europesche Vereniging (IEV) Belanda di bawah kepemimpinan Mr. Ploegman.

Iklan Landscape UM SURABAYA

Kamar yang dulunya digunakan untuk konsolidasi dan penyusunan strategi ini dipilih oleh anggota IEV karena lokasinya yang jauh dari lobi sehingga memberikan privasi dan suasana yang lebih tenang untuk berdiskusi tanpa gangguan.

“Saat ini, kamar tersebut tidak digunakan untuk menginap karena telah dijadikan mini museum,” ucapnya.

Setelah mendengarkan penjelasan dari sejarawan dan pemandu hotel, para peserta tampak menikmati bangunan hotel yang dihiasi pilar-pilar bercat putih dari area balkon, seakan membawa mereka kembali ke era kolonial.

Dengan antusias, mereka berselfie ria sambil mengagumi arsitektur bangunan yang masih terjaga keasliannya.

Setelah itu, para peserta berfoto bersama dan bergegas meninggalkan balkon, melanjutkan perjalanan mereka untuk mengunjungi destinasi berikutnya.

Para peserta Muhammadiyah Historical Walk saat berfoto bersama di balkon Hotel Majapahit. Foto: Istimewa.
Para peserta Muhammadiyah Historical Walk saat berfoto bersama di balkon Hotel Majapahit. Foto: Istimewa.

Kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang untuk menumbuhkan kesadaran sejarah, tetapi juga untuk menggali kembali peran penting Muhammadiyah dalam perjuangan bangsa. (*)

Iklan pmb sbda 2025 26

0 Tanggapan

Empty Comments