
PWMU.CO – Dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2025, sebanyak 70 partisipan dari berbagai komunitas dan organisasi lingkungan di Siliragung, Banyuwangi turun langsung ke Sungai Kalibaru dalam aksi kolaboratif bertajuk “Besuk Sungai” pada Kamis (5/6/2025).
Kegiatan ini diinisiasi oleh Organisasi Siswa Pencinta Alam (Orspala) SMK Muhammadiyah 8 Siliragung, yang merupakan sekolah dampingan dalam program Eco Bhinneka Banyuwangi. Kegiatan ini menjadi wujud nyata komitmen generasi muda dalam menghadapi darurat sampah plastik.
Mengusung tema global “Ending Plastic Pollution,” aksi ini melibatkan berbagai elemen lintas organisasi, di antaranya yakni Sungai Watch, Nasyiatul Aisyiyah Siliragung, Among, Hispala, Sparing, Andalas, PAC Fatayat NU Siliragung, TP PKK Siliragung, IPM, serta perwakilan ekstrakurikuler SMK Muhammadiyah 8 Siliragung. Para peserta mengikuti tiga kegiatan utama yakni pembersihan sampah plastik di bantaran sungai (clean-up), penanaman bambu, dan audit merek (brand audit) sampah.
Kegiatan diawali dengan diskusi publik bertema “Perempuan Penggerak Aksi Lingkungan”, yang menghadirkan tiga narasumber inspiratif dari kalangan aktivis dan fasilitator lingkungan.
Zahrotul Janah dari Nasyiatul Aisyiyah dan Fasilitator Eco Bhinneka Banyuwangi menyampaikan bahwa solusi krisis plastik harus menyasar perubahan gaya hidup dan budaya konsumsi.
“Gerakan ini bukan sekadar soal memungut sampah, tapi menyentuh akar persoalan yakni gaya hidup konsumtif dan kebijakan produsen. Langkah kecil seperti membawa tempat makan sendiri atau menolak kantong plastik adalah bentuk nyata kepedulian yang bisa dimulai dari rumah,” ujarnya.
Selanjutnya, Siti Muyasaroh dari Emvitrust menyoroti pentingnya pengelolaan sampah berbasis masyarakat serta potensi ekowisata sebagai solusi berkelanjutan.
“Di wilayah pesisir, kami melihat bagaimana inisiatif lokal bisa menjadi kekuatan besar dalam menangani sampah. Ketika warga dilibatkan dalam pengelolaan sampah dan ekowisata yang ramah lingkungan, bukan hanya lingkungan yang pulih, tetapi juga ekonomi masyarakat ikut tumbuh,” ungkapnya.
Sementara itu, Regita Dwi Cahyani dari Sungai Watch mengungkapkan bahwa Sungai Kalibaru menghadapi tekanan besar akibat akumulasi plastik sekali pakai, khususnya dari kemasan sachet multilapis yang sulit didaur ulang.
“Kami mencatat dominasi sampah dari produsen besar seperti Wings Group. Sampah ini tidak bisa diproses secara lokal dan TPA yang tersedia masih mengandalkan pembakaran, yang memperparah pencemaran udara dan air,” jelasnya.
Dalam aksi clean-up, peserta berhasil mengumpulkan 63,82 kilogram sampah plastik dari bantaran dan aliran Sungai Kalibaru. Audit merek menunjukkan dominasi produk dari Wings Group, khususnya kemasan plastik multilayer.
Jenis sampah tersebut dikenal sulit didaur ulang dan memiliki biaya pengolahan tinggi, menjadikannya sorotan dalam isu pencemaran sungai dan ekosistem air. Selain itu, penanaman bambu dilakukan di sejumlah titik sebagai upaya mengurangi erosi sekaligus memperkuat zona hijau alami di sekitar sungai.
Aksi Besuk Sungai merupakan bagian dari kampanye berkelanjutan Sekolah Merdeka Sampah yang tengah dikembangkan oleh SMK Muhammadiyah 8 Siliragung. Inisiatif ini bertujuan memperkuat sinergi komunitas dalam menekan polusi plastik sejak dari sumbernya serta membangun kesadaran kolektif untuk menjaga sungai sebagai sumber kehidupan bersama.
Dokumentasi kegiatan dan hasil brand audit akan disusun sebagai bahan advokasi kepada pemerintah dan pemangku kebijakan, serta menjadi bagian dari laporan kolaboratif bersama Sungai Watch.
Melalui gerakan ini, Eco Bhinneka mengajak seluruh komunitas di Banyuwangi dan sekitarnya untuk terus bergandeng tangan menekan penggunaan plastik sekali pakai, khususnya kemasan sachet, serta memperkuat budaya hidup minim sampah melalui edukasi, aksi nyata, dan advokasi berkelanjutan. (*)
Penulis Dzikrina Farah Adiba Editor Ni’matul Faizah


0 Tanggapan
Empty Comments