Search
Menu
Mode Gelap

Sekolah Rakyat dan Upaya Memutus Mata Rantai Kemiskinan

Sekolah Rakyat dan Upaya Memutus Mata Rantai Kemiskinan
pwmu.co -

Oleh Triyo Supriyatno (Guru Besar UIN Maulana Malik Ibrahim Malang)

PWMU.CO-Pendidikan telah lama dianggap sebagai senjata paling ampuh untuk mengatasi kemiskinan dan meningkatkan mobilitas sosial.

Pernyataan Presiden ke-8 RI, Bapak Prabowo Subianto, yang berkomitmen menjamin pendidikan bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu melalui program Sekolah Rakyat, merupakan langkah strategis yang sejalan dengan teori-teori dalam sosiologi pendidikan.

Pendidikan sebagai Alat Mobilitas Sosial

Dalam sosiologi pendidikan, Emile Durkheim menekankan bahwa pendidikan memiliki fungsi integratif dalam masyarakat, yaitu menanamkan nilai-nilai bersama yang memungkinkan individu beradaptasi dan berkontribusi pada kehidupan sosial.

Program Sekolah Rakyat yang dicanangkan oleh Prabowo dapat menjadi mekanisme bagi anak-anak dari keluarga miskin untuk memperoleh keterampilan dan pengetahuan yang lebih baik, sehingga meningkatkan peluang mereka dalam meraih pekerjaan yang lebih layak di masa depan.

Pierre Bourdieu dalam teorinya tentang modal budaya (cultural capital) menjelaskan bahwa individu yang memiliki akses terhadap pendidikan berkualitas akan lebih mampu bersaing dalam struktur sosial. Anak-anak dari keluarga miskin sering kali menghadapi kendala dalam mengakses pendidikan berkualitas akibat keterbatasan modal ekonomi dan budaya.

Dengan adanya Sekolah Rakyat, mereka memiliki kesempatan lebih besar untuk memperoleh modal budaya yang diperlukan guna meningkatkan posisi sosial mereka.

Pendidikan dan Reproduksi Sosial

Namun, teori sosiologi pendidikan juga menyoroti bagaimana sistem pendidikan dapat berperan dalam mereproduksi ketimpangan sosial. Samuel Bowles dan Herbert Gintis dalam Schooling in Capitalist America menjelaskan bahwa sekolah dalam sistem kapitalis cenderung memperkuat stratifikasi sosial, di mana anak-anak dari keluarga miskin sering kali mendapatkan kualitas pendidikan yang lebih rendah dibandingkan mereka yang berasal dari keluarga mampu.

Langkah Bapak Presiden Prabowo dalam membangun Sekolah Rakyat dapat menjadi bentuk intervensi untuk memutus pola reproduksi sosial ini. Jika program ini benar-benar dijalankan dengan standar pendidikan yang berkualitas, maka dapat menjadi sarana bagi anak-anak kurang mampu untuk keluar dari lingkaran kemiskinan dan mengubah struktur sosial mereka.

Perspektif Pakar Pendidikan Indonesia

Iklan Landscape UM SURABAYA

Para pakar pendidikan Indonesia juga menyoroti pentingnya akses pendidikan yang setara dalam upaya mengentaskan kemiskinan. Ki Hadjar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional, menekankan bahwa pendidikan harus bersifat inklusif dan membebaskan, bukan hanya memberikan ilmu pengetahuan tetapi juga membangun karakter dan kemandirian peserta didik.

Prinsip “ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani” menegaskan bahwa pendidikan harus mendukung anak-anak dari berbagai latar belakang sosial untuk berkembang.

Sementara itu,  Anies Baswedan dalam konsep “Indonesia Mengajar” menyoroti pentingnya distribusi guru berkualitas ke daerah terpencil agar anak-anak dari keluarga miskin tetap mendapatkan pendidikan yang baik. Sekolah Rakyat bisa menjadi inisiatif yang efektif jika disertai dengan tenaga pendidik yang kompeten dan sistem yang berorientasi pada pembelajaran aktif.

Selain itu, Prof. Fasli Jalal, seorang pakar pendidikan, menekankan bahwa pendidikan berbasis keterampilan dan vokasi harus diperkuat dalam sistem pendidikan nasional agar anak-anak dari keluarga miskin memiliki daya saing di dunia kerja. Sekolah Rakyat sebaiknya tidak hanya berfokus pada akademik, tetapi juga membekali peserta didik dengan keterampilan praksis yang relevan dengan kebutuhan dunia industri.

Tantangan dan Harapan

Meskipun program Sekolah Rakyat ini berpotensi besar dalam meningkatkan akses pendidikan, tantangan tetap ada. Paulo Freire dalam Pedagogy of the Oppressed menegaskan pentingnya pendidikan yang membebaskan, yaitu pendidikan yang tidak hanya memberikan keterampilan teknis tetapi juga membangun kesadaran kritis bagi peserta didik.

Oleh karena itu, Sekolah Rakyat tidak boleh hanya menjadi sekolah biasa, melainkan harus mampu membekali anak-anak dengan keterampilan berpikir kritis dan kreativitas agar mereka dapat benar-benar mengubah kondisi sosial-ekonomi mereka.

Keberhasilan program ini juga bergantung pada komitmen negara dalam menyediakan fasilitas pendidikan yang setara, kualitas pengajaran yang baik, serta kesempatan kerja yang memadai setelah lulus.

Dengan demikian, Sekolah Rakyat bisa menjadi salah satu solusi nyata dalam mengentaskan kemiskinan melalui jalur pendidikan, yang menekankan pentingnya kesetaraan akses pendidikan bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia. (*)

Editor Alfain Jalaluddin Ramadlan

Iklan pmb sbda 2025 26

0 Tanggapan

Empty Comments