Search
Menu
Mode Gelap

Semeru Kembali Bergemuruh

Semeru Kembali Bergemuruh
Ferry Is Mirza. Foto: Dok/Pri
Oleh : Ferry Is Mirza Jurnalis Senior dan Aktivis Muhammadiyah
pwmu.co -

Gunung Semeru kembali mengeluarkan awan panas atau erupsi pada Rabu (19/11) kemarin. Gunung yang terletak di perbatasan Lumajang–Malang itu terakhir kali erupsi empat tahun lalu, tepatnya pada Sabtu (4/12/2021).

Tiga puluh dua tahun lalu, atau pada 1994, penulis yang waktu itu berusia 38 tahun mendapat tugas dari Jawa Pos (JP) untuk meliput dan terjun langsung ketika gunung berapi di Lumajang itu menumpahkan lava panas dan lahar dingin.

Bagaimana kisahnya? Berikut catatannya:

Siang itu penulis baru saja memasuki lobi ruang redaksi JP yang baru di Karah Agung.
“Lha ini FIM (panggilan akrab penulis, inisial dari nama panjang Ferry Is Mirza), ayo sini ikut rapat,” ujar Wapimred JP almarhum Mohammad Siradj, disaksikan Bu Oemi—legenda sekretaris redaksi JP—yang duduk di mejanya tak jauh dari ruang rapat.

Di dalam ruang rapat sudah ada Pak Bos DIS, Bu Nani Wijaya, almarhum Pak MG (Margiono), almarhum Pak Hin (Solihin Hidayat), Mas Abror, almarhum Mas Santoso Bondet, Mas Linggar, dan Mas Didik Puji Yuwono.

“Mas FIM ini punya brevet jumping dan suka hiking, pas sekali untuk meliput Gunung Semeru yang meletus siang hari ini. Anda bisa ajak Rukin (almarhum Rukin Firda), DM (Didik Mahyuddin atau Didik Daim), serta Yuyung (almarhum Yuyung Abdi, fotografer). Supaya liputannya lengkap, tidak kalah dengan media lain,” usul almarhum Pak Hin, disetujui yang lain.

Saya menjawab, bila media lain menurunkan tim, silakan. “Dan kalau Surabaya Post, Surya, Kompas bisa bikin tiga angle berita plus foto, saya sendirian juga sanggup,” tegas saya unjuk kemampuan.

“Ya wis Mas FIM, budal saiki yo,” sambung Pak MG.
“Siaaap, sekarang berangkat,” jawab saya sambil pamit keluar ruang rapat.

Singkat cerita, setelah meminta uang operasional kepada Bu Oemi, penulis menuju Terminal Bungurasih dan naik bus AKAS menuju Lumajang. Saat itu terminal masih berada di kawasan pasar kota Lumajang. Penulis langsung ke Jalan Suwandak, rumah mertua—almarhum Letkol Pol H. Wiro Utomo, Ketua Pepabri Lumajang.

Setelah mendapat arahan dari almarhum bapak mertua, penulis dipinjami motor Vespa. Dengan motor buatan Italia itu, penulis langsung meluncur ke Desa Sumbersari, Candipuro—poin utama mendekati Besuk (dam) Kobokan.

Di kawasan Besuk Kobokan, tepatnya di Balai Desa Sumbersari, penulis bertemu Camat Candipuro, Abd Hakim (Utji), adik dari H. Ridwan “Tatok” Hisyam, tetangga rumah di Perak Timur. Selain itu, penulis bertemu para sejawat jurnalis: almarhum Imam Masrur, Gandi Waseso (Surya), Suharyo AP, Suyono HS, Essa Gani (Surabaya Post), Syamsul Hadi, Lastri dan Fandri (Kompas), Toha (Majalah Forum), Kaiyis (Majalah Gatra), dan Sukotjo (Memorandum).

Mereka heran, sebab JP hanya mengirim satu orang: penulis.

Pendek kata, setiap hari berita JP dan foto liputan erupsi Semeru waktu itu tak kalah dengan Surabaya Post, Kompas, Surya, dan media lain.

Misalnya, ketika tujuh korban meninggal ditemukan tertimbun abu vulkanis di Dusun Sumbersari. Penulis menyajikan liputan lengkap dengan foto, meski mereka mengira JP akan tertinggal karena tak melihat keberadaan saya. Ya, saya selalu single fighter turun ke lokasi, tidak pernah bergerombol. Ini penting untuk membedakan hasil liputan bagi pembaca JP.

Peristiwa Mengerikan: Wartawan Hanyut Lahar Dingin

Yang paling mengesankan, sebulan setelah erupsi, Semeru memuntahkan lahar dingin. Bertepatan dengan musim hujan (seperti saat ini) pada awal bulan puasa.

Setelah Tutut Soeharto (Mensos era Kabinet Pembangunan) dan KASAD R. Hartono melakukan kunjungan kerja dan membagikan bansos di Candipuro, tersiar kabar ada wartawan asal Jakarta yang hanyut terbawa lahar dingin di Besuk Kobokan.

Peristiwa itu menjadi liputan besar semua media. Karena status Semeru sudah turun dan sudah sebulan sejak erupsi, penulis waktu itu pulang ke Malang.

Saat sedang salat tarawih di Masjid Ramadhan di Perumahan Griyasanta, radio pager berbunyi—HP kala itu masih eksklusif, hanya merek Motorola dan Ericsson. Pager dari almarhum Pak Siradj berisi kabar bahwa wartawan asal Jakarta tewas terbawa lahar dingin Semeru.

Penulis langsung menuju kantor Biro JP di Jalan Arjuno 23. Teman-teman redaksi masih bekerja: Abu Muslich (Kabiro), Pd (Prija Djatmika, kini Guru Besar FH Unibraw), Wir (Widodo Irianto), Pur (Agur Pur), Kh (almarhum Khariri), dan Bs (Budi Sujarwo).

Sambil menunggu komputer kosong, penulis menghubungi para sumber untuk konfirmasi kabar tersebut.

Bupati Lumajang almarhum Kol. Purn. Tarmin Hariadi meminta penulis menghubungi almarhum R. Rahman, Sekda sekaligus Ketua Satgas Penanganan Bencana Gunung Semeru.

“Betul, jenazahnya sudah di RSUD Narariya Kirana,” ujarnya via telepon SLJJ sekitar pukul 19.30 WIB.

“Ya Mas Ferry, jasadnya sudah di kamar jenazah. Menunggu keluarganya dari Jakarta,” tutur dr. Selamet Yuwono, Direktur RSUD Narariya Kirana.

Untuk data valid, penulis menghubungi Kapolres Lumajang Letkol Pol J. Papalangi.

“Nama korban Prosper Lumban Toruan, mahasiswa STIKOM Jakarta, alamat Jalan Lenteng Agung 32D,” rincinya. (Almarhum Papalangi terakhir berpangkat Brigjen, menjabat Wadankorps Brimob Kelapa Dua.)

Setelah data lengkap, berita langsung dikirim via modem kepada Wapimred JP almarhum Mohammad Siradj. Besok paginya, seusai sahur, penulis menuju Lumajang. Di Terminal Probolinggo, berita tewasnya Prosper sudah tampil sebagai opening halaman 16 JP. Itulah hasil liputan jarak jauh berdasarkan data dan fakta. Kini di JP disebut JPNN (Jawa Pos Network News).

Sehari kemudian, para jurnalis Lumajang dan Jember terkejut karena saya membuat berita lanjutan berupa feature lengkap dengan foto Prosper semasa hidup di Pantai Kuta, Bali.

Erupsi Semeru dari Tahun ke Tahun

Menurut berbagai sumber, dalam satu tahun ini, gunung dengan puncak Mahameru yang legendaris itu sudah dua kali erupsi: 2 Februari 2021 dan 16 Januari 2021.

Gunung Semeru (3676 mdpl) adalah destinasi pendakian favorit, apalagi setelah menjadi latar film “5 cm” yang dibintangi Pevita Pearce, Herjunot Ali, Raline Shah, Fedi Nuril, Saykoji, dan Denny Sumargo.

Iklan Landscape UM SURABAYA

Namun sejak pandemi 2020 dan erupsi-erupsi berikutnya, jalur pendakian sempat ditutup hingga Maret 2021.

Sejarah Letusan Gunung Semeru

Letusan Pertama – 1818
Gunung tipe strato ini pertama kali tercatat meletus pada 8 November 1818.

Letusan berikutnya terjadi pada tahun-tahun:
1829, 1830, 1832, 1836, 1838, 1842, 1844, 1845, 1848, 1851, 1856, 1857, 1860, 1864, 1867, 1872, 1877, 1878.

Pada 1884 Semeru kembali meletus, dan terus terjadi letusan hingga 1899.

Letusan Abad 1900-an

1900–1913: Letusan berurutan

1941–1942

1945

1946

1947

1950

1951–1961

1963

1967–1969

1972–1990

1992

1994 (letusan besar, menewaskan 7 orang)

Letusan Era 2000-an

2004–2005

2007–2011

2016

2018

2019

2020 (November–Januari 2021, awan panas dan guguran lava)

Status Semeru Saat Ini

Saat erupsi pada Rabu (19/11/2025), Gunung Semeru berada pada Status Level Waspada. Penutupan untuk umum masih diberlakukan hingga kondisi dinyatakan tidak berbahaya.

Demikian sejarah perkembangan letusan Gunung Semeru. Bagi yang ingin mendaki, sabar dulu, karena penutupan masih diperpanjang hingga benar-benar aman. (*)

Iklan pmb sbda 2025 26

0 Tanggapan

Empty Comments