
PWMU.CO – Sekolah Tinggi Ilmu al Quran dan Sains Al-Ishlah (STIQSI) Lamongan menggelar penganugerahan penghargaan kepada dosen terbaik. Penanugerahan tersebut dilakukan dalam kegiatan Rapat Tinjauan Manajemen (RTM) di Kantor Sekretariat Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Ishlah Sendangagung Paciran Lamongan Jawa Timur Kamis (3/7/2025).
Kegiatan RTM yang dilaksanakan oleh Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) STIQSI Lamongan ini merupakan kegiatan tahunan yang ditujukan untuk laporan kinerja personal maupun lembaga yang ada di STIQSI Lamongan.
Penganugerahan Tiga Kategori
Dalam kesempatan tersebut, LPM yang diketuai oleh dr Rosydina Robi’aqolbi MKes mengundang Ketua Senat sekaligus Dewan Pembina STIQSI Lamongan, Drs KH Muhammad Dawam Saleh untuk menyerahkan piagam penghargaan bagi dosen terbaik di STIQSI dalam 3 kategori.
Pertama, Dosen Terbaik: Drs H Agus Salim Syukran MPdI dan Anis Ulfiyatin SSos MSosio. Kedua dosen dengan jumlah publikasi ilmiah terbanyak; Muhammad Arwani Rofi’i Lc MAg. Ketiga dosen dengan jumlah kegiatan pengabdian masyarakat terbanyak diraih dr Rosydina Robi’aqolbi MKes.
Ketua LPM, dr Dina (panggilan akrab dr Rosydina Robi’aqolbi, MKes) menjelaskan, kriteria penilaian penghargaan dosen terbaik ini sendiri di antaranya adalah Dosen yang aktif dalam perkuliahan, mampu menyampaikan materi dengan jelas, menjadi teladan dalam sikap, adab dan akhlak serta profesionalismenya dalam pekerjaan. Selain itu uga responsif terhadap kebutuhan belajar mengajar kepada mahasiswa, serta kecakapannya dalam mengintegrasikan kerangka teori dan pola pikirnya dengan konteks kehidupan sosial masyarakat sehari-hari.
“Agenda Penganugerahan dosen terbaik ini dilaksanakan secara independen oleh LPM yang juga melibatkan hasil survey kepada civitas mahasiswa. tujuannya adalah memberikan semangat kepada civitas dosen, sehingga akan ada iklim kompetisi yang positif serta meningkatnya kinerja dosen di lingkungan STIQSI Lamongan,” jelas istri Agus Susilo Lc ini.
Sementara itu, salah satu dosen peraih penghargaan terbaik, Anis Ulfiyatin, memahami penghargaan ini sebagai satu motivasi tersendiri agar bisa lebih baik kedepannya, baik dalam hal pengajaran, pendidikan, penelitian, maupun pengabdian kepada masyarakat.
“Dihargai atau tidak, mengajar bagi saya adalah panggilan jiwa, jadi harus mengedepankan keikhlasan dalam pelayanan kepada civitas mahasiswa. Kelak, yang akan dikenang dan tetap tinggal di hati sesama manusia itu bukan jabatan atau gelar, tapi bagaimana perlakukan dan sikap kita kepada orang lain,” tuturnya.
Sebagaimana nasehat Ustadz Dawam, fokus saja mencintai ilmu, mencintai pekerjaan kita, dan sungguh-sungguh dalam beribadah. sisanya, menjadi wilayah Allah yang akan mengangkat derajat kita, baik di mata Allah maupun di mata sesama manusia. (*)
Penulis Gondo Waloyo Editor Amanat Solikah


0 Tanggapan
Empty Comments