Search
Menu
Mode Gelap

Tangis Haru Warnai Perpisahan Guru BK Sidoarjo, Jauh di Mata, Dekat di Hati

Tangis Haru Warnai Perpisahan Guru BK Sidoarjo, Jauh di Mata, Dekat di Hati
pwmu.co -

PWMU.CO – Tangis haru dan gelak tawa mewarnai malam perpisahan para guru Bimbingan dan Konseling (BK) SMA Negeri/Swasta se-Kabupaten Sidoarjo yang digelar oleh Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling (MGBK), Jumat (1/8/2025) di hotel New Surya Banyuwangi. Sebuah malam penuh kenangan, pesan mendalam, dan ungkapan syukur atas pengabdian.

Acara tersebut menjadi ajang apresiasi sekaligus pelepasan bagi beberapa guru BK yang memasuki purnatugas maupun mutasi ke sekolah lain. Di antaranya adalah Dra Amie Sumarni (SMA Negeri 4 Sidoarjo), Dra Saumil Hasanah (SMA Negeri 1 Gedangan), Dra Hartuti (SMA Negeri 1 Taman), Drs Tyas Oetomo MPd (SMA Petra 4 Sidoarjo), dan Fajar Nugroha SPd MSi yang kini berpindah ke SMA Negeri 17 Surabaya.

Ketua MGBK SMA Negeri/Swasta Sidoarjo, Yupiter Sulifan MPsi menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya kepada para guru yang telah membersamai dan membesarkan organisasi.

“Pak Fajar tidak dipindah, tapi beliau memutuskan untuk mutasi karena pertimbangan keluarga. Kami menghargai keputusan itu. Beliau bagi kami seperti saudara, seperti kakak, bahkan seperti ayah,” ungkapnya lirih.

Yupiter juga menyampaikan terima kasih kepada Mas Arul, sapaan akrab pembina MGBK, atas dedikasinya.

“Kami tahu, keinginan besar beliau seringkali terbentur kebijakan. Tapi dari keterbatasan itu, lahir kerja-kerja luar biasa,” tuturnya.

Catatan Hangat dari Para Senior

Dra Amie Sumarni, yang juga Sekretaris MGBK, memohon maaf karena belum dapat memenuhi harapan untuk menyusun LKS.

“Semoga pengurus selanjutnya bisa mewujudkan itu. Saya hanya bisa mendukung dari belakang,” ujarnya.

Sementara itu, Fajar Nugraha menceritakan bahwa proses mutasinya sudah diajukan sejak lima tahun lalu.

“Alasannya sederhana: saya ingin lebih dekat ke rumah dan bisa merawat ayah yang sakit Parkinson. Namun takdir berkata lain, ayah wafat saat surat mutasi saya disetujui. Tapi saya yakin ini tetap jalan terbaik,” tuturnya.

Meski telah pindah ke Surabaya yang memiliki komunitas MGBK jauh lebih besar—sekitar 248 anggota—Fajar tetap mengenang kehangatan dan kekeluargaan MGBK Sidoarjo yang aktif sekitar 70–80 orang.

“Saya banyak belajar di sini. Banyak salah juga, mohon dimaafkan semuanya,” ucapnya tulus.

Perpisahan atau Latihan?

Drs Tyas Oetomo MPd yang akan pensiun akhir Desember 2025, menyebut malam itu sebagai “latihan pamitan”.

Iklan Landscape UM SURABAYA

“Saya ini bukan siapa-siapa. Tidak pernah menghasilkan sesuatu, kecuali kalau hadir ramai. Tapi bagi saya, MGBK ini rumah kedua, tempat ketemu sahabat seperti zaman PLPG dulu,” ungkapnya dengan gaya khasnya yang santai.

Sementara Saumil Hasanah, mantan bendahara MGBK, menyampaikan permohonan maafnya jika selama menjadi bendahara ada kekeliruan, baik disengaja maupun tidak. Semoga pengganti saya lebih baik.

Pesan Pembina: Tentang Sabar dan Sinergi

Pembina MGBK Sahrul SPd MM menyerahkan sertifikat. (Istimewa/PWMU.CO)
Pembina MGBK Sahrul SPd MM menyerahkan sertifikat. (Istimewa/PWMU.CO)

Pembina MGBK Sidoarjo, Moh Sahrul SPd MM ini juga merupakan alumni SMP Muhammadiyah 1 Genteng dan SMA Muhammadiyah 2 Genteng Banyuwangi tahun 1990. Saat ini beliau menjabat di kepala di dua sekolah negeri yakni Kepala SMA olahraga Negeri Sidoarjo dan PLT Kepala SMA Negeri 3 Sidoarjo. Ia menyampaikan kesan mendalam tentang kesabaran dan sinergi dalam tubuh MGBK.

“Saya lihat sendiri, di tengah kegiatan yang melelahkan, teman-teman tetap sabar dan saling menunggu satu sama lain. Itu cermin karakter kita,” ujarnya.

Ia juga menyampaikan harapan agar kolaborasi yang telah dibangun—seperti Expo Kampus dan kerja sama dengan perguruan tinggi—dapat diteruskan.

“Bukti nyata kita bisa berkarya bersama sudah tampak. Tinggal diteruskan,” imbuhnya.

Tak lupa, Sahrul menyelipkan harapan agar Banyuwangi bisa kembali jadi destinasi kegiatan ke depan. “Kalau ke Banyuwangi, jangan cuma dua hari. Harus seminggu. Banyak tempat indah dan kenangan tak terlupakan disini,” ujarnya sambil tersenyum.

Meski sebagian guru kini telah berpindah tugas dan bahkan memasuki masa purna, satu hal yang tidak akan pernah berubah. Semangat, kenangan, dan rasa kebersamaan mereka tetap tinggal di hati MGBK Sidoarjo.

“Jarak bisa memisahkan raga, tapi tidak akan memisahkan rasa,” tutup Yupiter dalam sambutannya yang menggugah. (*)

 

Iklan pmb sbda 2025 26

0 Tanggapan

Empty Comments