
PWMU.CO – Suasana Idul Adha 1446 H pada Jumat (6/6/2025) di Stadion Notohadinegoro, Patrang, Jember, dipenuhi dengan nuansa kekhusyukan. Ratusan jamaah memadati stadion untuk menunaikan shalat Idul Adha berjamaah.
Pada shalat Idul Adha kali ini, Anggota Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Nusa Tenggara Timur, Ustadz Drs Qomar Abdul Nasir MPd bertindak sebagai imam sekaligus khatib, menyampaikan khutbah yang menggugah kesadaran spiritual dan sosial umat.
Dalam khutbahnya, Ustadz Qomar mengangkat makna mendalam dari Surat Al-Kautsar. Ia menekankan bahwa nikmat Allah, meskipun terkadang tampak sederhana, tetap wajib disyukuri. Bentuk syukur tertinggi, menurutnya, dapat diwujudkan melalui pelaksanaan ibadah, seperti shalat dan berkurban.
Ustadz Qomar juga mengutip pemikiran Ibnu Taimiyah, yang menyatakan bahwa kesyukuran hakiki tercermin dalam keterhubungan antara ibadah ritual kepada Allah (ibadah ilahiyah) dan ibadah sosial kepada sesama.
Sebuah kisah haru turut dibagikan dalam khutbah tersebut. Diceritakan tentang seorang ibu yang, dengan pakaian seadanya dan payung yang sudah rusak, berkeliling ke tempat penjualan kambing. Di tangannya hanya tergenggam dompet berisi Rp2,5 juta, jumlah yang pas-pasan untuk membeli hewan kurban.
Dengan harapan yang tulus, ia mencoba menawar harga, meski kecil kemungkinan untuk bisa membeli. Awalnya, sang pedagang mengira ibu itu hanya melihat-lihat. Namun, ia akhirnya tersentuh oleh ketulusan niat sang ibu. Tanpa banyak kata, kambing itu pun diantar langsung ke rumah sang ibu
“Saya tidak tega. Saya bahkan tidak ingin mengambil biaya transport darinya. Dan ketika saya mengantarkan kambing itu, saya dapati rumah ibu itu nyaris roboh. Lantainya masih berupa tanah dan di sudut rumah ada seorang ibu tua renta yang terbaring lemah di atas kasur lusuh. Ternyata, beliaulah yang sangat ingin berkurban. Selama ini, ia mengumpulkan sedikit demi sedikit hartanya dari penghasilan sebagai tukang cuci harian,” ujar Ustadz Qomar mengutip kisah sang pedagang yang ditulis dalam blog pribadinya.
Lebih lanjut, Ustadz Qomar menegaskan bahwa kisah ini menjadi cermin nyata bahwa ibadah kurban bukan hanya hak bagi mereka yang lapang rezeki, tetapi juga milik mereka yang lapang iman. Dalam keterbatasan materi, mereka tetap memiliki hasrat kuat untuk mendekatkan diri kepada Allah. Mereka rela menyisihkan sedikit demi sedikit dari penghasilannya, demi bisa ikut serta menunaikan syariat Nabi Ibrahim.
Di akhir khutbahnya, Ustadz Qomar mengajak para jamaah untuk memaknai Idul Adha bukan sekadar sebagai seremoni tahunan, melainkan sebagai momentum perubahan diri. Bagi yang telah berkurban, semoga Allah menerima amalnya dan bagi yang belum mampu, semoga Allah melapangkan rezekinya di tahun-tahun mendatang. (*)
Penulis Khoirul Fahri Arrijal Editor Ni’matul Faizah


0 Tanggapan
Empty Comments