
PWMU.CO – Dalam upaya membekali generasi muda dengan pemahaman yang komprehensif sebelum memasuki jenjang pernikahan, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Komisariat Ibnu Khaldun Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), yang merupakan bagian dari Pimpinan Cabang IMM Sidoarjo, menyelenggarakan Webinar Pendidikan Pranikah pada Minggu (18/5/2025).
Kegiatan ini menjadi salah satu bentuk nyata komitmen IMM dalam menciptakan kader intelektual dan berdaya secara spiritual maupun sosial, khususnya dalam isu keluarga dan relasi yang adil dalam perspektif Islam.
Mengangkat tema seputar cinta, sekufu, peran gender, dan kesiapan membangun rumah tangga, webinar ini menghadirkan dua narasumber istimewa yakni, Ketua Pimpinan Cabang Istimewa ‘Aisyiyah (PCIA) Mesir, Hilma A’yunina dan Kepala Pusat Studi Islam, Perempuan, dan Pembangunan (PSIPP) ITB Ahmad Dahlan sekaligus anggota Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LKHP) PP Muhammadiyah, Yulianti Muthmainnah.
Kehadiran Hilma, dari Mesir, menambah nilai lebih pada acara ini karena ia menghadirkan perspektif global tentang nilai-nilai pernikahan Islam yang relevan lintas budaya.
Dalam pemaparannya, Hilma menjelaskan bahwa pernikahan bukan sekadar perkara cinta, melainkan sebuah institusi sakral yang memerlukan kesiapan lahir dan batin. Ia menekankan pentingnya mencari pasangan yang sekufu, dalam hal agama, akhlak, nasab, usia, dan pekerjaan, serta memahami bahwa cinta dalam Islam tidak hanya mengikuti perasaan, tetapi harus diimbangi dengan akal dan syariat.
“Karena sebaik-baik pernikahan adalah pernikahan yang dipersiapkan,” ujarnya.
Lebih lanjut, Yulianti mengangkat isu-isu yang sering kali diabaikan dalam diskusi pernikahan, seperti beban rumah tangga yang tidak seimbang, stigma keperawanan perempuan, hingga budaya patriarki yang masih melekat kuat di masyarakat. Ia menegaskan bahwa dalam Islam, membangun rumah tangga adalah tugas bersama antara suami dan istri.
“Sering kali setelah menikah, pekerjaan rumah tangga hingga mengasuh anak hanya dibebankan pada perempuan. Padahal ini adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya beban satu pihak,” jelasnya.
Acara ini semakin diapresiasi berkat langkah progresif IMM Ibnu Khaldun Umsida yang membuka kegiatan ini untuk semua gender, tidak hanya perempuan. Yulianti secara khusus juga mengapresiasi keberanian dan kesadaran IMM Sidoarjo dalam mengangkat isu pranikah secara inklusif.
“Pendidikan pranikah selama ini seringkali hanya diarahkan kepada perempuan, padahal kesiapan membangun rumah tangga adalah tanggung jawab bersama. Langkah IMM Sidoarjo melalui komisariat Ibnu Khaldun Umsida ini patut diapresiasi sebagai bentuk gerakan yang mendorong kesetaraan peran sejak sebelum pernikahan,” ungkap Yulianti.
Webinar ini menjadi bukti bahwa IMM Komisariat Ibnu Khaldun Umsida tidak hanya aktif dalam ranah akademik dan dakwah, tetapi juga mampu menjawab tantangan zaman dengan menyediakan ruang diskusi yang kritis, inklusif, dan solutif. (*)
Penulis Famrotul Fuaida Editor Ni’matul Faizah


0 Tanggapan
Empty Comments