Semua agama mengatur soal makan
Dalam bidang kedokteran, kini berkembang bidang baru bernama Nutritional Medicine. Ilmu ini lebih dari sekadar ilmu gizi biasa seperti yang diajarkan di masa-masa lalu. Artinya, makanan dikaji tidak lagi sebagai pelengkap belaka, Makanan memainkan peranan utama dalam sakit sehatnya manusia.
Nutritional Medicine, sebenarnya bukan hal baru. Silakan Anda telusuri ajaran semua agama, termasuk ajaran-ajaran berbasis budaya di mana pun. Selalu bisa kita temukan bagaimana sebaiknya para pengikut mengatur soal makanan. Puasa dalam pelbagai bentuk dan cara, jenis makanan dan tatacara makanan, diatur secara jelas dan rinci pada semua agama.
(Baca: Telah Berpulang, Anggota Tim Penyusun Buku Sejarah Muhammadiyah Jawa Timur dan Formasi Lengkap PWM Jatim 2015-2020)
Bagi kaum muslimin, Alquran memiliki satu surat yang khusus membahas soal hidangan dan makanan (Surat Almaidah). Rasulullah bersabda: makanlah di saat lapar dan berhentilah sebelum kenyang. Bahkan, dalam satu pernyataannya dikatakan bahwa ‘perut adalah gudang penyakit’. Mengendalikan perut adalah puncak segala obat/ra’sud dhawa’. Beberapa ahli obat (farmakolog) sudah mendengungkan pendapat bahwa ‘obat di masa depan adalah makanan’ (the future of drugs are nutrition).
Seorang pemikir Islam Musa bin Jabar, yang pendapatnya dikutip oleh ulama Imam al-Ghazali, berpendapat bahwa ‘makan seperlunya’ adalah 1 dari 4 cara untuk mengelola perilaku (hawa nafsu). Lebih tegas lagi ketika Alquran menyatakan bahwa ‘makanlah makanan yang baik dan halal’. Halal memiliki pengaruh luar biasa bagi tubuh, terutama bagi jiwa.
(Baca: Wanita Singapura Ini Raih Gelar Doktor Tercepat di UMM dan Juara Dunia Silat Jalani Ujian Kader)
Sebenarnya, sebagaimana pendapat banyak ilmuwan saat ini, tidak terlalu sulit mengatur hidup kita dalam segala hal. Bermulalah dari apa yang kita makan. Karena apa yang kita makan itu akan melibatkan nutrisi dan terutama sumber makanan itu halal atau tidak. Nutrisi membuat otak dan pikiran jadi normal (normal brain), sedangkan sumber yang halal akan membuat otak menjadi sehat (healthy brain). (*)
Opini Dr dr Taufiq Pasiak, MPdI, MKes, anggota Muhammadiyah Kota Manado