PWMU.CO – Pada Ahad (12/6) kemarin, program Safari Ramadhan SCTV menayangkan Pembelajaran al-Qur’an Metode Tajdied, metode yang lahir dari rahim Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur. Tidak mudah jalan yang ditempuh metode ini bisa tampil di layar TV nasional. Tersimpan cerita unik dibalik peristiwa yang menandai sejarah baru metode pembelajaran al-Qur’an yang ber-tagline “Belajar Mengaji dengan Bernyanyi” ini.
Awalnya, crew lapangan Safari Ramadhan SCTV melaporkan metode Tajdied ini bagus, unik, dan cepat ke tim produser SCTV di Jakarta. Namun, laporan dari lapangan ini mendapat balasan datar dan biasa-biasa saja. “Dimana-mana metode mengaji ya kayak gitu. Biasa-biasa saja, tidak ada yang istimewa.”
(Baca: Gerakan Muhammadiyah Menghafal Al-Qur’an dan Metode Tajdied Merambah Kalimantan)
Jawaban Jakarta ini membuat permintaan crew lapangan untuk minta penambahan durasi tayang yang hanya 1,5 menit, tidak diijinkan. Yang menjadi pertanyaan, kenapa crew lapangan sedemikian ngotot untuk menambah jam tayangnya. Padahal, kenal juga tidak.
Usut punya usut, ternyata sebagian crew yang muallaf, dan bahkan ada yang non muslim, langsung bisa membaca huruf sambung, sesaat setelah mengikuti pembelajaran metode Tajdied. Keberhasilan itulah yang membuat decak kagum para crew lapangan, sehingga mereka meminta tambahan durasi tayang.
(Baca: Ini Dia Dua Hafidz Bersanad, Santri Muhammadiyah Madura dan Tajdied Center, dari Muhammadiyah untuk Umat)
Ko Hong Jai, adalah muallaf yang ikut praktik langsung membaca membaca al-Qur’an metode Tajdied. Dia merupakan salah satu dari puluhan orang yang mengikuti program pemberantasan buta huruf al-Qur’an dengan Metode Tajdied di Jember. Program tersebut dilaksanakan oleh Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Cabang Jember dengan Takmir Masjid Cheng Ho Jember dan Tajdied Center.
Adalah Edi Darmawan (Ko Chok Bin) dan Takmir Masjid Mohammad Cheng Ho yang membiayai program tersebut. Selanjutnya, PITI Jember bertekad bahwa program pemberantasan buta huruf Al-Qur’an dengan metode Tajdied ini akan diteruskan hingga PITI tingkat nasional.
(Baca: Sekolah Kampung yang Banyak Lahirkan Hafidz Quran dan Ayu sang Hafidzah Tunanetra dari Panti Aisyiyah Itu, Jadi Penguji Indonesia Menghafal)
Proses pembelajaran al-Qur’an metode Tajdied oleh muallaf ini juga langsung disaksikan oleh tokoh agama Jember, Afton Ilman Huda. Cucu dari tokoh Nahdlatul Ulama (NU) almarhum KH Ahmad Shiddiq ini menyatakan kekagumannya pada metode ini. “Kami siap bekerjasama dengan Tajdied Center untuk melakukan pemberantasan buta huruf al-Qur’an di kabupaten Jember,” urainya.
Gus Afton, begitu disapa, adalah sosok yang dipercaya untuk mengelola pembinaan baca Al-Qur’an untuk mahasiswa Universitas Jember (UNEJ), Universitas Islam Jember (UIJ). Dalam kesempatan itu, dia menyampaikan bahwa program mahasiswa baca Qur’an di perguruan-perguruan tinggi tersebut akan menggunakan metode Tajdied. Segera menyusul kerjasama dengan Universitas Muhammadiyah Jember, dan lain-lain. (mufid)