PWMU.CO Mahasiswa semester VI (kelas sore) Program Studi (Prodi) Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG) melakukan demo Delivery Drone and Competition yang merupakan Final Project (tugas akhir) dari mata kuliah Quality Engineering (Rekayasa Kualitas).
Kegiatan yang diikuti lebih kurang 150 mahasiswa yang terbagi dalam empat kelompok itu berlangsung di Halaman Parkir UMG, tepatnya dibelakang Gres Mall, Sabtu (20/7/19).
Kepada PWMU.CO, dosen pengampu mata kuliah Rekayasa Kualitas Chusain MT menjelaskan, drone atau pesawat tanpa awak merupakan mesin terbang yang berfungsi dengan kendali jarak jauh oleh pilot atau mampu mengendalikan dirinya sendiri.
Drone menggunakan hukum aerodinamika untuk mengangkat dirinya, yang bisa digunakan kembali dan mampu membawa muatan. “Sedangkan drone yang dikompetisikan kali ini punya kemampuan membawa paket seberat 2 kg dengan ketinggian terbang minimal 1,5 meter serta kemampuan jangkauan radius minimal 500 meter,” ungkapnya.
Adapun latar belakang pemberian tugas akhir tersebut bermula dengan melihat perkembangan teknologi dan persaingan global yang semakin ketat. “Sedangkan Indonesia sebagai salah satu negara yang masuk dalam anggota G-20 masih memiliki kontribusi pemanfaatan teknologi yang minim, khususnya pada bidang logistik (distribusi dan transportasi) yang masih banyak menerapkan sistem yang serba manual dan kurang terintegrasi,” terangnya.
Mengutip Ketua Komite Percepatan Prioritas Infrastruktur Delivery Wahyu Utomo, dia menjelaskan biaya logistik di Indonesia masih relatif tinggi jika didibandingkan dengan negara lainnya. “Dan 72 persen dari biaya logistik adalah biaya transportasi,” ujarnya.
Berdasarkan index laporan logistik data Bank Dunia pada tahun 2016 biaya logistik Indonesia berada pada posisi ke 63 dari 160 negara. Sedangkan dari index kualitas pelayanan transportasi di ASEAN indonesia masih menduduki posisi keempat setelah Singapura, Malaysia, dan Thailand.
Menurutnya, menjawab tantangan dan kebutuhan tersebut, maka investasi pemanfaatan teknologi pada bidang delivery akan cukup berkontribusi pada pemangkasan biaya transportasi. “Dan waktu pelayanan pengiriman paket ke tangan pelanggan akhir akan menjadi lebih cepat (produktif) dan nyata,” kata Chusain.
Selanjutnya Chusain akan ke Biro HKI untuk mengurus proses paten alat tersebut atas nama kelompok. Karena hampir 100 persen selesai proyeknya.
Dia berharap tugas akhir ini bisa menjadi memotivasi semangat mahasiswa untuk terus melakukan pengembangan dan penelaahan lebih lanjut terkait potensi pasar.
“Mulai dari pemanfaatan dan aplikasi dari delivery drone sampai dengan teknologi pembuatan serta pengadaan komponennya. Sehingga tidak menutup kemungkinan para investor akan melirik potensi ini sebagai sesuatu yang menjanjikan di masa depan dalam era industri 4.0,” ungkapnya. (Tsalis)
Discussion about this post