PWMU.CO – Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Dr Haedar Nashir menyerukan agar seluruh anggota, kader, dan lebih-lebih pimpinan Persyarikatan di masing-masing tingkatan untuk senatiasa memperkokoh gerak dan ghirah kemajuan dakwah Islam di segala lini.
Seruan itu ia sampaikan menyambut momen peringatan Milad Ke-110 Muhammadiyah, Jumat (9/8/19). Dalam kalender Hijriah Muhammadiyah merayakan hari lahirnya pada tanggal 8 Dzulhijah 1440 H. Sementara menurut kalender Masehi kelahiran Muhammadiyah jatuh pada tanggal 18 November 2019.
Haedar mengatakan, usia 110 adalah suatu perjalanan panjang dari sebuah gerakan Islam yang mempelopori kebangkitan dakwah dan tajdid atau pembaruan. “Sejarah mencatat Muhammad Darwisy atau Ahmad Dahlan muda pada akhir abad 19 telah memelopori pembaruan dalam dakwah dan pemikiran Islam,” ujarnya.
Yang mana, kata dia, ketika itu umat Islam masih terkungkung dalam stagnasi atau kepasifan dan ortodoksi atau kejumudan. “Nah, sejak awal abad ke-20, tepatnya pada tahun 1912, KH Ahmad Dahlan dari Kauman Yogyakarta bersama para koleganya mendirikan Persyarikatan Muhammadiyah,” paparnya.
Setelahnya, KH Ahmad Dahlan melahirkan usaha-usaha dakwah ke ruang publik yang dinamis atau progresif. Salah satunya adalah gerakan Almaun dan Penolong Kesengsaraan Oemat (PKO) melalui pendirian poliklinik, rumah yatim dan miskin, pengajian-pengajian yang terorganisasi, gerakan ZIS, dan pengorganisasian haji.
“KH Ahmad Dahlan juga melakukan pelurusan arah kiblat, pendirian sekolah modern termasuk Muallimiin Muallimaat, berdirinya Aisyiyah, gerakan kepanduan, dan diskusi-diskusi publik yang menggambarkan pembaruan pemikiran atau tajdid,” terangnya.
Haedar menyatakan, gerakan Muhammadiyah di masa awal itu mendobrak tradisionalisme, konservativisme, dan stagnasi umat Islam. “Dan, di kemudian hari Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan reformisme dan modernisme Islam, yang menunjukkan gerakan pembaruan dalam dakwah dan pemikiran yang sesuai dengan tantangam zaman sekaligus memberikan jawaban Islam sebagai Agama yang berkemajuan,” jelasnya
Kini, tegasnya, Muhammadiyah dengan seluruh komponen organisasi di dalamnya telah berkembang pesat dan maju. Termasuk amal usahanya. “Sumber daya insani yang dimiliki Muhammadiyah pun luar biasa. Peran keumatan dan kebangsaan pun dijalankan dengan baik,” urainya.
Meski begitu, lanjut dia, masalah dan tantangan yang dihadapi oleh Persyarikatan juga tidak kalah berat dan kompleks. Baik dalam lingkup internal Persyarikatan, keumatan, kebangsaan, dan kemanusiaan semesta.
“Persaingan dengan organisasi lain dalam spirit fastabiqul khairat juga makin tinggi dan terbuka. Pun dengan tuntutan terhadap Muhammadiyah juga semakin tinggi pula. Bahkan, dalam beberapa hal Muhammadiyah ketinggalan atau kalah langkah dari lainnya,” tegasnya.
Maka dalam Milad Ke-110 ini, Haedar mamengajak, seluruh anggota, kader, dan para pimpinan Persyarikatan untuk bermuhasabah diri guna meningkatkan gerak kemajuan Muhammadiyah. Juga meningkatkan komitmen dan ghirah berkhidmat memajukan Muhammadiyah di masing-masing tempat berkiprah.
“Adakah kita sudah memberikan pengkhidmatan yang lebih dari tenaga, pikiran, dan ikhtiar kita dalam memajukan Muhammadiyah,” tanyanya.
Ia mengingatkan, agar di usianya yang ke-110, Muhammadiyah jangan seperti genangan danau, yang tampak besar dan indah dari luar. Tapi tidak berubah dan melahirkan perubahan yang berkemajuan.
“Jangan sampai kita merasa telah berbuat hanya dengan sibuk bermedsos. Sementara tugas-tugas utama memajukan Muhammadiyah tidak tertunaikan dengan maksimal,” pesannya.
Ia pun menyarankan agar melalui medsos bisa dikembangkan tabligh alternatif, sehingga produktif. Bukan sebaliknya, menjadi konsumen lebih-lebih sekadar hal-hal yang kurang bermakna.
“Medsos harus dijadikan media dakwah Muhammadiyah yang berkemajuan. Tapi jangan lupakan gerakan nyata dalam rangka tabligh, tarjih, pendidikan, kesehatan, sosial, ekonomi, dan gerak Muhammadiyah lainnya yang semakin berkemajuan,” tandasnya. (*)
Reporter Aan Hariyanto. Editor Mohammad Nurfatoni.