PWMU.CO – Pagi itu suasana tampak berbeda di SMP Muhammadiyah 1 Sidoarjo (SMP Musasi). Sebuah etalase kaca di depan pintu gerbang masuk menghiasi pemandangan para warga sekolah.
Para guru dan karyawan bergantian mendekati benda transparan itu. Sebelum masuk pintu gerbang, mereka meletakkan bungkusan yang dibawa dari rumah ke dalam etalase kaca yang bertuliskan “sedekah nasi bungkus” itu.
Begitulah pemandangan yang tersaji pada Jumat (9/8/19) pagi. Para guru dan karyawan SMP Musasi memang diwajibkan untuk membawa nasi bungkus. Sasarannya adalah para pengguna jalan yang lewat di depan sekolah.
Nasi bungkus tadi tidak dibagikan secara langsung. Namun, diletakkan di dalam etalase kaca. Siapa pun bisa mengisi maupun mengambilnya. Nasi bungkus boleh dibungkus daun pisang atau lembaran kertas minyak. Tidak ada syarat tertentu. Lauknya pun bebas. Bisa ayam, daging, ikan, atau telur.
Kegiatan perdana tersebut mendapat respon positif. Tidak hanya dari warga sekolah, namun juga masyarakat sekitar. “Alhamdulillah, partisipasi masyarakat juga banyak. Ada yang membawa jajanan seperti apem, burger nasi, atau kebab,” ujar Dian Wahyuningsih SPd, guru IPS SMP Musasi yang ikut memantau kegiatan tersebut.
Bagi-bagi nasi memang bukan hal baru yang dilakukan SMP Musasi. Sampai saat ini, sekolah tersebut masih sering mengadakan kegiatan sosial, terutama untuk mengasah empati para siswa pada sekitarnya.
Berbeda dengan sebelumnya yang dilakukan para siswa, kali ini para guru dan karyawan sekolah yang melakukannya. Hal tersebut menurut Kepala SMP Musasi Drs Aunur Rofiq MSi dilakukan sebagai bentuk keteladanan. “Iya, tujuannya tidak lain untuk menumbuhkan keteladanan guru karyawan dalam hal kedermawanan dan berbagi bagi sesama,” ungkap dia.
Selain keteladanan, yang tidak kalah penting, kata Rofiq, adalah implementasi ajaran dakwah Muhammadiyah. “Sejak didirikan, persyarikatan sudah konsen pada kesejahteraan sosial dan hidup peduli dengan sesama. Inilah core dakwah Muhammadiyah,” jelasnya. Program Jumat berkah ini adalah implementasi dakwah persyarikatan di amal usaha Muhammadiyah.
Meski kegiatan baru, pagi itu sebanyak 125 bungkus nasi laris manis ‘diserbu’ para tukang becak, ojek online, atau pengguna jalan yang lain. “Masih ada yang sungkan untuk mengambil nasi. Kita panggil dan berikan nasinya,” ujar Ika Wijayanti SPd, salah satu guru yang juga ikut berpartisipasi. (*)
Kontributir Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni.