PWMU.CO-Dua pemandu wisata yang mengantarkan rombongan Rihlah IV PWM Jawa Timur 2019 punya banyak kisah yang disampaikan selama di Singapura dan Malaysia, Sabtu-Selasa (17-20/8/2019). Mereka Haliza (50) dan Abdurrahman (50).
”Selamat datang di Singapura. Sebelum kita mulai travelling, kita akan makan dulu agar bertenaga,” tutur Haliza pertama kali menyapa rombongan di Bandara Changi Singapura.
”Nama asli saya Haliza binti Mat Daud. Siti Nurhaliza adalah nama artis saya,” kata Cik Liza, panggilan akrabnya saat berbincang dengan PWMU.CO, Ahad (18/8/2019).
Dia warga Singapura keturunan Bugis Makassar. Tempat tinggalnya di kawasan Changi. ”Ayah saya asli Bugis Makassar, sedangkan ibu saya campuran,” tutur ibu dengan empat anak ini.
Perempuan empat anak ini telah menggeluti tour guide sejak 2002. Tak heran ceritanya selalu mengalir tentang negerinya yang kecil ini.
”Kita shalat di Masjid Sultan yang bersejarah. Masjid ini panggilan adzan bisa dikeraskan,” terang Cik Liza. Di Singapura tidak semua masjid boleh mengeraskan suara adzan keluar.
Dia senang dengan pekerjaannya. ”Sangat senang bisa membantu wisatawan yang berkunjung ke Singapura,” ujarnya. ”Apalagi hubungan antara tamu selalu berlanjut hingga usai kunjungan mereka. Jadi banyak kawan,” lanjutnya.
Cik Liza selalu berpesan kepada wisatawan menjaga paspor dengan baik selama berkunjung. Kalau kehilangan paspor, urusannya panjang, dan rumit.
Sementara rekannya Abdurrahman bin Muhammad Taib warga Malaysia. Selalu menyelipkan humor segar setiap perjalanan. ”Bapak-ibu, jika di Indonesia ada Gus Dur, di sini pun ada,” ujarnya yang bangga namanya sama dengan Presiden Abdurrahman Wahid itu.
Dia juga memberitahu, kalau beli teh maka ucapkan teh O maka dapat teh hangat. ”Jika bapak-ibu bilang teh saja maka kalian akan menerima teh susu,” ujarnya yang sontak membuat peserta rombongan melongo ramai.
Pria kelahiran Negara Bagian Pahang ini seringkali menggoda Cik Liza teman kerjanya. ”Jika Siti Nurhaliza asli suaranya begitu merdu, tapi Siti Nurhaliza yang ini lebih baik tidak menyanyi,” kelakarnya yang mendapat sambutan tawa dari Cik Liza dan rombongan.
Bang Rahman, begitu biasa dipanggil, jadi pemandu wisata sejak 2011. Pekerjaan ini dipilih setelah 17 tahun bekerja di perhotelan.
”Saya senang menjadi tour guide. Bisa dekat sama tamu dari pagi sampai malam. Karenanya sebaik mungkin saya memuaskan semuanya,” kata bapak tiga anak ini.
Dia menceritakan pengalaman paling terkesan selama menjadi pemandu wisata. ”Tahun 2013 ada seorang ibu dari Indonesia dicuri tas saat di dalam resto hotel,” tuturnya.
Karena kejadian itu, sambung dia, ibu ini kehilangan paspor dan seluruh uangnya. ”Saya bawa antar dia lapor polis, lapor KBRI untuk mendapatkan paspor sementara,” tuturnya. (*)
Penulis Arifah Wikansari Editor Sugeng Purwanto