PWMU.CO – Kita adalah media. Kita dibaca atau ditonton. Demikian kutipan yang disampaikan Ketua Pemuda Muhammadiyah Wilayah Jawa Timur Dr Boy Pradana ztf, saat mengisi Baitul Arqom karyawan RSM Lamongan yang bekerja sama dengan Majelis Kader Muhammadiyah Lamongan.
Menurut Pradana Boy, kedangkalan berfikir di era modern menjadi ancaman bagi perkembangan Islam, manakala digunakan untuk memperdebatkan benar atau salah sebuah ajaran agama. Muhammadiyah adalah gerakan modernitas. Karena mampu berkembang selaras dengan perkembangan zaman.
“Sosok pendiri Muhammadiyah adalah man of action yang mampu menyatukan antara iman, fikiran, dan perbuatan. Lahirnya gerakan Al-Maun ditandai dengan kepedulian kepada orang-orang miskin dan juga anak yatim,” ujarnya, Ahad (19/6).
(Baca: Dakwah Itu Harus Padukan Pemikiran dan Tindakan Nyata dan Berorganisasi Itu Kadang Harus Dipaksa sehingga Jadi Terbiasa)
Dia juga mencontohkan tentang sikap KH. Ahmad Dahlan yang terbuka dan menginspirasi gerakan wanita sholehah yang modern, ketika mendukung kiprah Nyai Walida untuk berdakwah.
“Nyai Walidah suka memberikan pengajian keluar kota hingga seminggu tanpa beliau dampingi. Padahal dalam tradisi wanita Jawa yang keluar rumah lebih dari 3 hari tanpa didampingi muhrimnya dianggap tabu. Itulah bentuk-bentuk modernitas Muhammadiyah.
(Baca juga: Agenda Penting yang Harus Dilakukan Majelis Tarjih dan Tajdid 5 Tahun ke Depan dan Tajamkan Tarjih Lewat Raker)
Pradana Boy mengutip pernyataan Prof Munir Mulkan tentang tipologi orang Muhammadiyah. Pertama, Muhammadiyah versi Ahmad Dahlan yang toleran tapi tidak melakukan. Dua, Muhammadiyah al-ikhlas , pengaruh PERSIS. Tiga, marhaenis Muhammadiyah yang dipengaruhi hubungan Soekarno dan Muhammadiyah. Empat, Muhammadiyah ber-ubudiyah NU.
“Kalau yang keempat ini, Muhammadiyah tapi, ya tahlilan, ya slametan. Semuanya itu realitas dan betul-betul ada di Muhammadiyah. Jadi, Muhammadiyah harus terus menjaga semangat kelahirannya,” terangnya.
Kegiatan ini menurut master of training Afnan Nafi S.pd merupakan bagian dari dakwah kaderisasi di lingkungan AUM Muhammadiyah Lamongan. Karena tidak semua karyawan AUM memahami identitas dan tujuan ber-Muhammadiyah. Kegiatan ini diikuti 60 karyawan dan dilaksanakan dalam dua gelombang, yaitu tanggal 18-21 Juni di balai kesehatan Lamongan. (ilmi)