
PWMU.CO – Teng … Teng. Suara lonceng sekitar pukul 11.30 menandakan waktu Dhuhur tiba. Dalam sehari, benda yang digantung di depan pos satpam SD Muhammadiyah Manyar (SDMM) Gresik itu berbunyi 27 kali.
Selain digunakan sebagai tanda dimulainya pelajaran, istirahat, dan pergantian pelajaran, bunyi lonceng itu juga dijadikan penunjuk waktu persiapan shalat Dhuhur-Ashar.
Arif Wahyudi bergegas menuju tempat wudhu saat lonceng berbunyi dua kali. Ia bertugas mengawal kesempurnaan wudhu siswanya. “Saya harus segera jaga di tempat wudhu putra tiap Rabu dan Kamis,” ujarnya usai bertugas mendampingi wudhu, Kamis (5/9/19).
Ia mengaku harus jeli saat bertugas. Jika ada yang kurang sempurna wudhunya, ia akan meminta siswa tersebut mengulang kembali hingga sempurna. “Anak-anak itu biasanya yang rawan tidak sempurna ketika membasuh tangan sampai siku dan mengusap kepala hingga telinga,” kata dia.
Baginya, tugas yang dijalaninya ini sangat istimewa dan termasuk tanggung jawab yang besar sebagai guru. “Ini bukan hanya tanggung jawab guru Al Islam, tapi saya juga. Inilah mendidik, tak sekadar mengajar,” ungkap guru Bahasa Inggris tersebut.
Ditemui PWMU.CO di ruang kerjanya, Koordinator Kesiswaan Sri Isna Wardhani mengatakan pihaknya sengaja membuat jadwal pendampingan wudhu untuk semua guru. Jadwal yang ia buat terbagi atas pendampingan wudhu Dhuhur dan Ashar. Tugas guru tidak hanya mengawal gerakan wudhu, tapi juga mulai persiapan hingga doa setelah wudlu. “Kadang anak-anak itu persiapannya kurang, misalnya melipat lengan baju sampai di atas siku, atau juga melipat celana sampai di atas mata kaki,” tuturnya.
Menurutnya, ini penting supaya anak-anak tetap terkawal wudhunya. “Pembiasaan itu harus dilakukan setiap hari,” tegasnya.
Isna mengatakan, penyadaran tentang kesempurnaan wudhu penting ditanamkan. Namun lebih penting lagi pengawalan yang konsisten setiap hari akan membiasakan anak berwudhu dengan sempurna. “Kalau sudah terbiasa, mereka akan merasa tidak enak jika melakukan hal yang tidak biasa,” harapnya. (*)
Kontributor Ria Pusvita Sari. Editor Mohammad Nurfatoni.
Discussion about this post