4. Bertetangga yang Saling Melengkapi
Pada awal tahun 1942, Mas Mansur pindah ke Jakarta untuk menunaikan panggilan bangsa. Saat tiba di Jakarta, tempat tinggalnya tidak jauh dengan rumah yang ditinggali pasangan Bung Karno-Inggid Ganarsih. Kedua keluarga itu sama-sama tinggal di jalan Pegangsaan Timur, hanya berjarak beberapa meter. Tidak heran jika hubungan kedua tokoh ini semakin erat. Bahkan dalam pandangan putra Mas Mansur, Ibrahim Mansur, hubungan keduanya seperti satu keluarga sendiri. Hingga ketika Bung Karno meninggalkan istrinya untuk berkunjung ke daerah, maka kebutuhan makan tersedia di rumah Mas Mansur.
Di pertengahan tahun 1942, terjadi “prahara” dalam keluarga Bung Karno-Inggid. Istri keduanya, Inggit Garnasih, yang berusia 53 tahun memutuskan jalannya sendiri. Dengan tegas ia menolak untuk dimadu, saat Bung Karno mengutarakan niatnya untuk mempersunting Fatmawati. Alasan Bung Karno logis, ia menginginkan keturunan, sedangkan Inggit sudah tidak bisa memberikan keturunan padanya.
Inggid yang dinikahi Bung Karno yang duda Siti Oetari, meminta diceraikan dan dipulangkan ke Bandung. Setelah dirundingkan dengan rekan-rekan seperjuangan, jalan perpisahanan itu pun diambil. Sejarah pun mencatat bahwa Mas Mansur lah yang dimintai tolong oleh Bung Karno untuk menceraikan Inggid. Bahkan, seperti tahun 1921 di Surabaya, KH Mas Mansur pula yang kembali menjadi penghulu untuk pernikahan Bung Karno dan Fatmawati pada 1 Juni 1943. Dan saat Indonesia merdeka, Fatmawati adalah wanita ibu negara yang pertama pertama. (kholid)
Bung Karno Support Mas Mansur Dirikan Muhammadiyah Cabang Surabaya….. halaman 6…