5. Mensupport Mas Mansur Mendirikan Muhammadiyah Surabaya
Pada tahun 1921, KH Ahmad Dahlan melakukan tabligh di Surabaya. Kemudian KH Mas Mansur secara khusus mengundang pendiri Muhammadiyah ini agar berkenan bermalam di rumahnya. Permintaan pun disanggupi KH Ahmad Dahlan, lalu Mas Mansur pun mengadakan kajian Islam di Masjid Taqwa, di sebelah rumahnya. Yang hadir dalam kajian “terbatas” itu adalah pemuda Bung Karno.
Dalam momen inilah KH Ahmad Dahlan “melamar” Mas Mansur untuk menjadi anggota Muhammadiyah. Pergulatan Bung Karno dengan Muhammadiyah di Surabaya ini kembali diceritakannya dalam penutupan Muktamar Muhammadiyah 1962 di Jakarta. Meski tidak secara detail menyebut nama Mas Mansur, namun keduanya sama-sama pemuda yang selalu mengikuti ke mana pun tempat KH Ahmad Dahlan memberikan ceramah saat di Surabaya.
“… Saja tatkala berusia 15 tahun telah buat pertama kali berdjumpa dan terpukau dalam arti jang baik – oleh almarhum Kijai Hadji Ahmad Dahlan. … Pada suatu hari datanglah di Surabaja almarhum Kijai Dahlan, mengadakan beberapa tabligh, dan tabligh jang pertama jang beliau berikan adalah dekat rumah almarhum Tjokroaminoto di kampung Peneleh dan saja hadir di dalam tabligh itu… Dalam seminggu sadja tiga kali di kota Surabaja, kemudian lain tahun masih beberapa kali lagi,” begitu ucap Bung Karno.
Setelah momen kajian Islam di Masjid at-Taqwa itu, kemudian berdirilah Cabang Muhammadiyah Surabaya. Susunan pengurusnya adalah KH Mas Mansur sebagai ketuanya dan dibantu oleh Haji Anshari Rawi, Haji Ali Ismail dan Kyai Usman. Meski Bung Karno tidak aktif dalam dalam kepemimpinan ini, tapi dia sudah mengenal dekat Muhammadiyah. Tidak heran jika Bung Karno pun langsung mau menjadi Ketua Majelis Pendidikan dan Pengajaran saat di pengasingan Bengkulu. (kholid)