PWMU.CO – Praktik shalat jenazah, bagi siswa Muhammadiyah sudah pasti biasa. Tapi, praktik langsung dalam merawat jenazah, apalagi cara mengkafaninya, mungkin tidak terbiasa. Merawat jenazah inilah salah satu materi yang diberikan kepada siswa kelas XI SMA Muhammadiyah 2 (Smamda) Sidoarjo dalam Baitul Arqam, (22/6).
Jeritan para siswi pun langsung terdengar dalam ruang itu. Pada sisi lain, ada siswa laki-laki yang justru tertawa dan tersenyum simpul ketika kegiatan itu dimulai. Maklum saja, saat itu, Deni, siswa kelas kelas XI, yang masih hidup diperlakukan layaknya mayat. Belum lagi sesi acara yang ditempatkan pada malam hari, membuat banyak siswa yang deg-degan.
(Baca Sekolah Muhammadiyah dengan Beragam Prestasi Itu Wisuda 398 Siswanya dan SMAM 2 Sidoarjo Siapkan Generasi Tanggap Bencana)
Ditelentangkan di atas meja di depan peserta acara, yang di bawahnya telah disiapkan kain kafan warna putih 3 rangkap. Sejurus kemudian, sang pembimbing dengan sigap memperlihatkan kepada siswa bagaimana cara mengkafani mayat laki-laki. Mulai dari cara membungkus jenazah dengan kain kafan pertama, kedua, hingga ketiga.
Acara mengkafani “jenazah” ini menjadi salah satu materi yang cukup diminati peserta Baitul Arqam. Meski awalnya berjalan heboh, akhirnya materi yang dipandu ustadz Hasanuddin itu berjalan lancar. Bahkan para siswa pun bisa mempraktikkannya secara mandiri. “Materi ini dimaksudkan untuk memberi bekal siswa dalam merawat janazah, khususnya kalau ada kerabat yang meninggal dunia,” jelas guru Bahasa Arab ini.
(Baca: Kecil-Kecil Punya Ilmu Merawat Jenazah dan Cara Sekolah Muhammadiyah Tanamkan Siswa Cintai Qur’an)
“Pembelajaran dalam materi ini tentu lebih mengena jika dilakukan dengan metode praktek langsung. Para siswa langsung mempraktekkan bagaimana cara merawat jenazah, sementara yang dijadikan contoh jenazah adalah kawan mereka sendiri,” tambahnya lagi. Tak urung, metode ini lebih mengena dibandingkan dengan metode ceramah, karena para siswa langsung mengetahui detail perawatan jenazah.
Baitul Arqam Smamda Sidoarjo sendiri direncanakan berlangsung selama 6 hari. Dimulai sejak 21 Juni kemarin, kegiatan ini direncanakan berakhir pada 26 Juni nanti dengan siswa menginap di sekolah. Acara pembukaan ditempatkan di auditorium middle, dengan mengambil tema “Spirit pencerahan untuk peradaban yang berkemajuan”. “Semua materi yang kami siapkan sudah disesuaikan dengan perkembangan zaman dan anak,” jelas Hasanuddin yang juga dipercaya sebagai master of training (mot).
(Baca: Pesantren Muhammadiyah Ini Sulap Siswanya Hafal Minimal 5 Juz dalam Setahun dan Siswa Muhammadiyah Dukung Pesepakbola Muslim yang Berlaga di Piala Eropa)
Sementara dalam sambutan pembukaan, kepala sekolah Smamda Wigatiningsih MPd, menyebut Baitul Arqam ini sebagai upaya melahirkan generasi yang tertib ibadahnya, tertib belajarnya, dan tertib organisasinya. “Artinya kalian harus menjadi generasi Islam yang kaffah, intelektual yang qurani, dan pejuang yang tertata rapi dalam barisan yang terorganisir,” tegas kepala sekolah yang juga pendekar Tapak Suci ini.
Para peserta Baitul Arqam sudah mulai mendatangi sekolah sejak 21 Juni kemarin, memang terlihat antusias. Sejak pukul 6 pagi mereka sudah berdatangan dengan membawa perlengkapan secukupnya, karena mereka akan bermalam sampai akhir acara. Sukses terus SMAMDA. (ernam)