PWMU.CO – Mata dunia terbelalak. Mau tak percaya tapi nyata. Dua fasilitas minyak terbesar milik Arab Saudi terbakar, 14 September 2019. Yang membakar pejuang Houthi Yaman dengan menggunakan drone. Akibatnya 3 juta barel minyak hangus. Yang 5 juta barel berhenti produksi. Pasar minyak dunia guncang.
Bagaimana mungkin anak-anak Houthi atau Ansharullah yang kurus dekil, pakai sarung kumal, bisa membakar fasilitas minyak itu. Kan mestinya sudah dijaga ketat dengan alat canggih buatan Amerika dan Inggris.
Dunia pun ramai-ramai mengutuk Houthi. Berempati dan membela Saudi. Termasuk Indonesia. Sangat bertolak belakang dengan ketika Saudi dan koalisinya meluluhlantakkan Yaman. Membunuh anak-anak dan perempuan Yaman. Menghancurkan sekolah dan lahan pertanian.
Dunia diam membisu ketika jutaan penduduk Yaman terancam kelaparan. Dua tak peduli ketika anak-anak Yaman tak bisa sekolah. Mereka sakit-sakitan. Dunia membuta dari ancaman hilangnya sebuah generasi di negara para aulia ini.
Dunia memang culas. Selalu berpihak pada yang kaya. Menyisihkan dan menistakan yang miskin. Dalam skala apapun. Dalam tingkatan mulai RT sampai negara. Orang kaya banyak temannya. Kalau orang miskin sedikit, itu pun sesama melarat. Urusan selametan pun beda. Orang kaya duduknya di dalam di atas hambal. Kalau orang miskin duduknya di teras, di atas terpal habis dipakai menjemur padi. Gatallah.
Saking kagetnya, sekutu berat Arab Saudi, Amerika langsung tergopoh-gopoh dan berteriak menuduh Iran yang melakukan. Bukan Houthi. Sementara Iran sudah memprediksi akan dijadikan kambing hitam oleh Amerika.
Houthi begitu fenomenal. Begitu “sakti” seolah menjadi kera Anoman yang bisa menyusup ke istana Alengka dan membakarnya seperti cerita pewayangan lakon Anoman Obong.
Kisah heroik Houthi dimulai tahun 2015. Arab Saudi membentuk koalisi bersama 7 negara yaitu Mesir, Sudan, Maroko, Bahrain, Kuwait, UEA, Qatar. Ditambah Amerika dan Inggris yang membantu senjata. Memasok inteljen dan strategi. Nah ini ada juga kekuatan penyusup tapi legal yaitu Israel.
Koalisi Saudi menyebutintervensi militernya dengan sandi Operasi Badai yang Menentukan, Al hazam Ashafah Amaliyah, atau Operation Decisive Storm. Liha saja nama sandinya saja seolah bisa menentukan nasib orang lain.
Menyerang Houthi yang berbasis di Sanaa, kota yang berbatasan dengan Saudi. Ditarget tidak sampai dua bulan, basis Houthi luluh lantak layaknya buah ciplukan terlindas traktor. Orang-orang Houthi akan mengikat tangannya di tengkuk. Jalan sambil jongkok. Mbrebes mili mengiba minta ampun.
Target itu sangat masuk akal banget. Yaman itu tanpa diserang pun sudah menderita. Sudah lama mereka compang-camping akibat perang saudara sejak awal 2000. Yaman seperti seorang berjalan di atas seutas tali yang ditusuk-tusuk kiri kanan, muka belakang, atas bawah.
Maka, tanpa ditusuk pun Yaman sudah terluka. Tanpa diinjak pun sudah merayap. Tanpa diembargo pun sudah kelaparan. Tanpa digergaji pun sudah sakit. Tanpa disayat sembilu pun sudah berdarah. Tanpa dilucuti pun sudah setengah telanjang.
Menuhankan harta
Yaman adalah negara termiskin di Timur Tengah. Di antara negara Arab sekitarnya, Yaman laksana gubuk reyot digerogoti rayap sementara di sebelahnya berdiri istana-istana yang megah. Rakyat Yaman seperti manusia papa yang tidak bisa tidur karena menahan lapar sementara di dalam tembok istana ada orang-orang yang tidur nyenyak karena kekenyangan.
Yaman seperti manusia kurus kerontang dengan seluruh tulang iganya menyembul. Tulang pipinya menonjol. Berada di sebelah orang yang kegemukan. Matanya menyipit terdesak pipi yang tambun.
Serangan Saudi berserta koalisinya ini mengingatkan kita pada Alquran surat Alkahfi 32-44. Drama dua petani sebagai analog akhir zaman. Alkisah, ada dua lelaki yang diberi kebun anggur dan kurma. Lelaki yang satu sombong karena lebih kaya dan pengikutnya lebih banyak. “Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya,” kata lelaki sombong itu.
Petani yang diremehkan dan dihina itu mengingatkan. “Apakah engkau ingkar kepada Tuhan yang menciptakan engkau dari tanah, kemudian dari setetes air mani. Lalu menjadikan engkau seorang lelaki yang sempurna.”
Sampai akhirnya lelaki yang dihina itu meminta agar Allah mengirimkan petir dari langit ke kebun orang sombong tersebut. Menghancurkannya. Menarik airnya ke dalam tanah agar kebun itu kering.
Dan Allah benar-benar membinasakan harta lelaki sombong itu. “Betapa sekiranya dulu aku tidak menyekutukan Tuhanku dengan sesuatu pun.” Lelaki itu tercampak dan terhina.
Drama manusia itu untuk menunjukkan kondisi zaman akhir. Kebun itu kalau sekarang bisa saja pabrik, industri, pengolahan minyak dan pusat produksi lainnya. Intinya, manusia akhir zaman bisa menuhankan harta dan sekutunya. Mereka meyakini kemuliaan hidup ditentukan hartanya. Keselamatan hidup ditentukan oleh harta dan pengikut (sekutu).
Mereka lupa meyakini bahwa segala sesuatu itu: “Masya Allahu la quwwata illa billah”, sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud. Tiada kekuatan kecuali dengan Allah. (Alkahfi 39).
Menghadapi koalisi Saudi, Houthi seolah seekor kucing kurus, nggrik-ngriken, rembes harus menghadapi keroyokan serigala-serigala liar dibantu singa dan macan.
Tapi apa yang terjadi? Perhitungan Saudi dan koalisinya meleset. Ternyata Houthi yang diserang bukan cacing yang hanya mampu menggeliat ketika diinjak. Houthi adalah ular bandotan macan yang ketika diinjak balik menyerang dengan bisanya yang mematikan. Houti menjadi kucing kurus rembes yang tiba-tiba bertiwikrama menjadi singa padang pasir.
Sudah hampir lima tahun dikeroyok. Alih-alih menyerah atau lari lintang pukang sambil menenteng buntelan dan menangis. Kini justru melakukan serangan balik. Tidak ada rintih tangisan. Yang ada justru pekik perlawanan.
Yang menjadi modal dasar Houthi adalah keyakinan. Bahwa mereka adalah pihak yang benar, lemah dan dianiaya. Untuk itu mereka yakin Allah akan membelanya. “Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi. Dan hendak menjadikan mereka pemimpin orang-orang yang mewarisi (bumi),” (Alqashas 5).
Houthi sebagai pemeluk Syiah Zahidiyah (berbeda dengan Iran yang mayoritas Syiah Imamiyah), hendak menunjukkan kesahihan ucapan Kanjeng Sayidina Ali RA, “Hati-hatilah terhadap orang miskin jika sampai marah karena Allah. Karena Allah akan memberi kekuatan mereka. Akan meruncingkan taring-taring mereka.”
Anak-anak Houthi mengidentifikasikan dirinya sebagai Abu Dzar Al Ghifari, sahabat kinasih Nabi. Dia orang saleh yang miskin papa. Dikucilkan dan ditindas oleh rezim Muawiyah.
Anak-anak Houthi juga mengidentifikasi diri sebagai generasi Pasukan Hitam Imam Mahdi di akhir zaman yang akan berperang melawan Dajjal. Ideologi mesianisme ini membuat Houthi teguh, kokoh, fokus.
Malhamah
Houthi bisa jadi yakin terhadap doa Nabi Muhammad dalam Hadits riwayat Bukhari, Turmudzi dan Ahmad.
”Ya Allah, berkahilah Syam dan Yaman bagi kami.“ Para sahabat meminta agar Najd (wilayah di mana Riyad sekarang berada) juga didoakan untuk mendapat keberkahan. Tapi Nabi mengulang mendoakan untuk Syam dan Yaman. Ketika sahabat meminta doa untuk Najd, lagi-lagi Nabi hanya mendoakan Syam dan Yaman. “Di Najd itu tempatnya segala kegoncangan dan berbagai macam fitnah. Dan disana akan lahir generasi pengikut syetan.”
Saat ini penafsiran terhadap hadits sahih ini begitu beragam. Ada yang murni dalam perspektif keilmuan. Ada yang dipengaruhi kepentingan dan perhitungan politik. Bagi Houthi, rezim Saudi sekarang adalah pengikut syetan. Kini syetan menyerang tanah yang dimintakan berkah oleh Nabi.
Untuk itu, menyerang Yaman, Saudi cs dianggap layaknya ular mendatangi api. Akan terbakar dan terpanggang. Karena Yaman itu sumbu api. Dalam eskatologi Islam, Yaman adalah sumbu api. Hal itu merujuk pada hadits riwayat Muslim tentang salah satu tanda kiamat.
Bahwa akan keluar api dari Yaman. Imam Ahmad dan at-Tirmidzi meriwayatkan dari Ibnu Umar RA. “Rasulullah bersabda, ‘Akan keluar api dari Hadramaut (Yaman) atau laut Hadramaut sebelum hari kiamat yang akan menggiring manusia.;”
Istilah “api” ini bisa detonatif (makna tunggal), bisa konotatif (bisa menimbulkan banyak pengertian). Bagi yang berpandangan detonatif, tekstual, harfiah, api itu ya api. Rokok menyala itu ya api. Obor itu ya nyali. Kompor gas ya api. Lahar panas juga api. Beberapa tahun lalu beredar di YouTube bahwa api Yaman sudah berkobar. Sebagian ustad menyitir sebagai tanda segera kiamat. Tapi ternyata hoax belaka.
Adapun yang menggunakan pendekatan konotatif atau metode ruhi, semiotik, simbolik, api bisa berarti macam-macam pengertian. Di Indonesia pun istilah api bisa memiliki banyak pengertian. Bandung lautan api berarti kota itu terbakar. Buku cerita Api di Bukit Menoreh karya SH Minatareja mengandung pengertian tentang konflik dan perang di kawasan Bukit Menoreh. Api asmara berarti asmaranya sedang penuh semangat. Api revolusi berarti semangat revolusi sedang meluap-luap untuk memusnahkan semua yang kontra revolusi.
Api dari Yaman bisa ditarsirkan bahwa sedang terjadi konflik dan perang di Yaman seperti saat ini. Maka ketika Saudi dan koalisi masuk, dia memasuki medan api. Karena disebut “api dari Yaman”, bukan “api di Yaman” bisa diterjemahkan api akan menjalar menyebar keluar membakar yang dilewati. Terbakarnya dua ladang atau fasilitas minyak Saudi bisa jadi indikator bahwa api telah menjalar membakar yang mencoba bermain dengannya.
Menurut hadits sahih riwayat Bukhari dari Anas ra bahwa tanda pertama datangnya kiamat adalah adalah api yang mengumpulkan manusia dari timur ke barat. Hadits ini sering dikaitkan dengan Hadits bahwa api Yaman akan menggiring manusia. Kesimpulannya api dari Yaman akan menggiring manusia dari timur ke barat.
Perang dan konflik di Yaman terkesan telah menggiring 8 negara Arab berlindung kepada Barat yaitu Amerika dan Inggris. Jika ada Amerika dan Inggris hampir pasti ada Israel karena mereka merupakan satu paket drama sejarah akhir zaman. Pax Britanica – Pax Americana – Pax Yudaica, pinjam istilah pakar eskatologi Islam Sheikh Imran Hossein.
Jika sampai Saudi dan sekutunya menyerang Iran sebagai lanjutan pembakaran dua ladang minyak Saudi, berarti api dari Yaman menyebar semakin luas.
Iran sendiri meyatakan tidak gentar. Jika sampai diserang, akan menjanjikan perang tanpa batas akhir. Pengalaman perang 8 tahun melawan Irak yang dibantu lebih 25 negara, menjadi modal penting Iran. Apalagi Iran juga menyiapkan tentara yang akan menjadi inti pasukan Panji Hitam Imam Mahdi.
Sangat dikhawatirkan jika ini terjadi, bisa menyulut Malhamah atau Armageddon. Perang terbesar dalam sejarah manusia. Saking dahsyatnya Malhamah, Nabi menggambarkan dari 100 orang yang terlibat pertempuran hanya seorang yang hidup. Allahu a’lam bis-shawab. (*)
Kolom oleh Anwar Hudijono, wartawan senior tinggal di Sidoarjo.