PWMU.CO – Partai Komunis Indonesia (PKI) masih menjadi bahaya laten bagi keberlangsungan bangsa Indonesia yang religius. Karena itu, setidaknya ada 10 agenda penting untuk menangkalnya dengan berbagai cara. Demikian salah satu inti ceramah dari pemerhati PKI Drs Alfian Tanjung MPd dalam Kajian Ramadhan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Bojonegoro, (19/6).
“Pembentukan dan terbentuknya kelembagaan yang berskala nasional dalam rangka menghadapi, melawan, mengganyang, dan membasmi anasir PKI dalam bentuk apapun menuntut adanya kejelasan berbagai kerja,” jelas Wakil Ketua Komite Dakwah Khusus MUI Pusat 2015-2020 itu.
Agenda pertama, kata Alfian, adalah perlunya deklarasi atas keberadaan organisasi perlawanan secara nasional yang diikuti dengan pembentukan sayap gerakan di berbagai daerah. “Ini sebagai gerakan perlawanan rakyat terhadap kebangkitan dan keganasan PKI.”
(Baca: Cerita Din Syamsuddin Tentang Agama Setan dan Ritual Seks dan Di Sel Tahanan, Buya Hamka Nyaris Putus Asa)
Agenda kedua adalah mencetak dan memperbanyak buku-buku yang menyadarkan akan bahaya dan keganasan PKI. “Salah satu langkah yang penting dilakukan adalah dengan memutar kembali film G30S-PKI yang disutradarai oleh Arifin C Noer.”
Selain keduanya, juga diperlukan adanya forum yang menyadarkan dan menggalang perlawanan terhadap gerakan PKI. Hal ini bisa dilakukan di antaranya dengan menyelenggarakan workshop guru sejarah sekitar gerakan PKI, pelatihan/kuliah wawasan tentang gerakan PKI bagi kaum muda dan lainnya. “Yang tidak boleh dilupakan adalah perlunya kader khusus perlawanan terhadap PKI.”
Agenda keempat adalah pentingnya mobilisasi massa dalam bentuk partisipasi yang menyadarkan akan bangkitnya PKI dan kesiapan untuk melawan gerakan PKI dengan segala bentuk.
(Baca: Kisah Pak AR Ajari Mahasiswa Cara Hadapi Kristenisasi dengan Jurus Cerdas dan Ada yang Ingin Memutarbalikkan Fakta terhadap Muhammadiyah)
Juga diperlukan sosialisai secara massif dan terdesentralisir secara swakarsa dan tersentralisir dalam gerakan pembasmian dan pengganyangan PKI lama/baru. “Untuk ini diperlukan film-film dokumenter, seperi peristiwa penyerbuan PSM Takeran Madiun 1948, peristiwa Cemetuk/cluring 1962, Peristiwa Kanigoro 1965 peristiwa Bandar Beti, peristiwa Jengkol, MMC, Tiga Selatan, dan lainnya,” jelasnya tentang agenda kelima.
Agenda yang keenam adalah memasukkan pembahasan sekitar gerakan kejahatan PKI sejak awal berdirinya sampai dinyatakan bubar dalam Tap MPRS XXV tahun 1966 dalam buku pelajaran tingkat SD hingga perguruan tinggi. “Para pelajar juga harus diberi pelajaran untuk melihat tanda-tanda kebangkitan mereka/PKI/PRD dalam waktu belakangan ini.”
Ketujuh, kaderisasi untuk menghadapi berbagai situasi dari sekedar berdebat di berbagai forum sampai kemungkinan berhadapan secara fisik atau bentuk lain. “Adanya inisiasi berupa derivasi atau ketentuan hukum yang menguatkan atau mengaplikasikan aturan konstitusional yang sudah ada, misalnya adanya jouklak dam juknis dalam bentuk PP atau Kepmen berupa kebijakan yang berkekuatan hukum tetap,” jelasnya tentang agenda kedelapan.
(Baca: Kisah Amien Rais yang Gagal Disingkirkan Soeharto pada Muktamar Muhammadiyah Aceh dan Cerita Bung Karno Masuk Muhammadiyah)
Agenda yang kesembilan adalah gerakan sambung generasi, secara alamiah dan ilmiah bahwa melawan dan membasmi PKI merupakan sikap patriot yang berjiwa Pancasila. “Dalam khasanah Islam merupakan jihad melawan kaum musyrikin.
Sementara agenda yang terakhir adalah menyelenggarakan pertemuan nasional melawan PKI dalam bentuk forum ilmiah. Diawali dengan kegiatan di berbagai daerah, dan dipuncaki dengan seminar nasional. “Juga diadakan rapat akbar di seluruh daerah basis PKI yang puncaknya adalah peringatan kewaspadaan nasional terhadap gerakan PKI,” pungkas Alfian. Selanjutnya, mari kita kawal Indonesia tanpa PKI ! (aan)