ADVERTISEMENT
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Kajian Ramadhan
  • Index
  • Mediamu
Jumat, Agustus 12, 2022
  • Login
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Kajian Ramadhan
  • Index
  • Mediamu
No Result
View All Result
PWMU.CO | Portal Berkemajuan
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Kajian Ramadhan
  • Index
  • Mediamu
No Result
View All Result
PWMU.CO | Portal Berkemajuan
No Result
View All Result

Pancasila Sakti?

Selasa 1 Oktober 2019 | 07:08
3 min read
228
SHARES
33
VIEWS
ADVERTISEMENT
Daniel Mohammad Rosyid. (Istimewa/PWMU.CO)

PWMU.CO – Hari ini, 1 Oktober 2019, kita memperingati Hari Kesaktian Pancasila. Pancasila yang disepakati bersama para pendiri bangsa adalah Pancasila versi 18 Agustus 1945 yang kemudian ditegaskan oleh Presiden Soekarno dalam Dekrit Presiden 5 Juli 1959 setelah Konstituante gagal menyusun UUD pengganti UUD 45. Penegasan soal versi Pancasila ini penting karena beberapa pihak telah mencoba memelintir sejarah dengan mamaksakan Pancasila versi 1 Juli 1945 dengan susunan yang berbeda.

Sebagai gagasan dasar, bahkan filosofi dasar negara, Pancasila adalah kompleks gagasan. Segera harus disadari bahwa gagasan itu hidup dalam alam pikir dan atau kesadaran manusia yang hidup, bukan di atas kertas.

Gagasan yang sakti adalah gagasan yang memberi inspirasi, pedoman bagi yang setia menghayatinya dalam seluruh kehidupannya. Sebagai gagasan dasar negara, gagasan itu perlu dihayati oleh sekelompok manusia, bukan hanya orang per orang, yang bahkan berbeda suku dan agamanya. Kesaktiannya hanya bisa dipahami demikian.

Perilaku yang mudah mengaku dengan mem-Pancasila-kan diri dan kelompoknya sendiri, sambil menganti Pancasila-kan liyan, adalah perilaku yang menyakitkan Pancasila bukan menyaktikannya. Tuduhan yang mudah dilontarkan pada kelompok yang berbeda pendapat sebagai anti-Pancasila, anti-NKRI, intoleran, radikal dan sebagainya tidak saja bertentangan dengan gagasan dasar Pancasila, namun juga mempreteli Pancasila.

Pancasila dirumuskan para pendiri bangsa dengan kesadaran penuh bahwa bangsa Indonesia itu majemuk, beraneka ragam suku, bahasa, dan agama. Pancasila tidak disepakati untuk mengabaikan atau bahkan meniadakan keragaman tersebut, tapi justru untuk mempersatukannya.

Oleh karena itu semua ekspresi keunikan anggota bangsa harus dihargai dan dihormati sebagai bagian esensial dalam kehidupan ber-Pancasila. Dalam rangka menyikapi keragaman ini perlu dicatat, bahwa keragaman agama adalah bagian penting dalam rajutan kebhinnekaan itu.

Mengapa? Beragama atau berketuhanan yang Maha Esa adalah proses kreatif yang berhasil melampaui primordialitas sukuisme. Beragama adalah training ground untuk memahami imajinasi bangsa sebagai satuan yang melampaui primordialitas sehingga memungkinkan kelahiran bangsa baru, bangsa Indonesia pada 28 Oktober 1928.

Dalam perspektif itu, tragedi kemanusiaan yang terjadi di Wamena beberapa hari ini adalah sebuah pelecehan terhadap Pancasila. Tidak peduli apakah ini tindakan kriminal biadab Kelompok Sipil Kriminal Bersenjata, atau hasil operasi intelijen asing, kejadian itu terlanjur menjadi bukti bahwa negara gagal menjaga eksistensi Pancasila di Bumi Papua.

Tidak cukup jika pemerintah hanya menyalahkan sekelompok penjahat, karena pemerintah telah diberi amanah oleh negara beserta semua sumberdayanya, untuk mewujudkan Pancasila sebagai dasar negara yang dinyatakan dalam Pembukaan kontitusi.

Jika kejahatan kemanusiaan di Wamena ini dibiarkan tanpa penyelesaian, maka ini akan menjadi skandal kejahatan kemanusiaan melalui pembiaran oleh Pemerintah yang kini berkuasa.

Pada saat proses-proses kehidupan berbangsa dan bernegara semakin liberal menjauhi prinsip permusyawaratan, kehidupan ekonomi yang makin kapitalistik menjauhi prinsip-prinsip kekeluargaan, kehidupan yang makin melecehkan kemanusiaan yang adil dan beradab, maka nasib Republik ini sedang nyata-nyata dipertaruhkan masa depannya. Persatuan dibajak mengarah pada persatean seperti dikhawatirkan Bung Hatta.

Menutup refleksi Hari Kesaktian Pancasila ini, perlu kita cermati bahwa saat perpolitikan direduksi menjadi sekadar perebutan kekuasan partai politik, hukum dikerdilkan menjadi sekedar legislasi secara ugal-ugalan, keamanan dan ketertiban secara ironis diplintir menjadi aksi brutal polisi, pemikiran bebas mahasiswa di bully ditunggangi macam-macam, maka memang kapasitas berimajinasi bangsa ini sedang dibonsai habis-habisan sejak pendidikan dilecehkan sekadar persekolahan.

Jika Pancasila adalah gagasan dan bangsa adalah komunitas yang dimajinasikan, maka yang sedang terjadi saat ini adalah pelecehan serius atas Pancasila. (*)

Gunung Anyar, 1 Oktober 2019

Kolom oleh Daniel Mohammad Rosyid, Guru Besar ITS Surabaya.

Tags: Pancasila Sakti
SendShare221Tweet3Share

Related Posts

Menguji Praktik Hidup Berpancasila

Selasa 1 Juni 2021 | 05:17
443

Viral Anjay Jadi Perhatian Haedar Nashir. (Sketsa ulang foto oleh Atho' Khoironi/PWMU.CO) Menguji Praktik Hidup...

Discussion about this post

Populer Hari Ini

  • Irjen Ferdy Sambo Tersangka, Din Syamsuddin: Bubarkan Satgassus Polri

    48846 shares
    Share 19538 Tweet 12212
  • SMP Mutu Launching Kantor Layanan Lazismu, Pertama di AUM Pendidikan Surabaya

    14679 shares
    Share 5872 Tweet 3670
  • PBS Teken MoU dengan King Sejong Institute untuk Smamio

    19491 shares
    Share 7796 Tweet 4873
  • Lima Model Orang Muhammadiyah, Anda Termasuk yang Mana?

    4254 shares
    Share 1702 Tweet 1064
  • Spemdalas Membuka Tahun Baru Islam dengan Apel Pagi

    2670 shares
    Share 1068 Tweet 668
  • Inilah Dampak Kehadiran Salafi di Lingkungan Muhammadiyah

    4067 shares
    Share 1627 Tweet 1017
  • Strategi Salafi Masuk ke Masjid Muhammadiyah

    5215 shares
    Share 2086 Tweet 1304
  • Pembicara dari Turki di Fortasi Sekolah Ini

    60508 shares
    Share 24203 Tweet 15127
  • Muhammadiyah dan Salafi Itu Berbeda, 5 Hal Ini Penyebabnya

    489 shares
    Share 196 Tweet 122
  • Pesantren Muhammadiyah yang Maju Pesat Itu Bisa Bubar karena Ini

    2527 shares
    Share 1011 Tweet 632

Berita Terkini

  • Terpikat dari Berita PWMU.CO, Kepala SDMM Diundang sebagai Narasumber di JakartaJumat 12 Agustus 2022 | 20:28
  • Penampakan Mahasiswa Korea Selatan saat Naik Reog PonorogoJumat 12 Agustus 2022 | 19:52
  • Kisah Panglima Perang Usamah bin Zaid di Peluncuran ME Awards 2022Jumat 12 Agustus 2022 | 18:43
  • Tiga syarat utama
    Tiga Syarat Utama Kader MuhammadiyahJumat 12 Agustus 2022 | 18:25
  • Ada yang Baru di ME Awards 2022, Catat Tanggal dan Link Penting IniJumat 12 Agustus 2022 | 17:33
  • PCM Kenjeran
    PCM Kenjeran Bangun Gedung 4 LantaiJumat 12 Agustus 2022 | 17:14
  • ME Awards Special Edition 2022 Diluncurkan, Temanya Dahsyat Jumat 12 Agustus 2022 | 15:32
  • Guru-Siswa SDMM Ini Kompak Lulus Hafalan QuranJumat 12 Agustus 2022 | 15:10
  • Siswa SD Almadany Outing Class ke Taman SabungaJumat 12 Agustus 2022 | 14:52
  • Kwarcab HW Kebomas Dilantik, Tiket ke SurgaJumat 12 Agustus 2022 | 14:47

Hubungi Kami

WA : 0858-5961-4001
Email :pwmujatim@gmail.com
  • Dewan Redaksi dan Alamat
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy

© 2021 pwmu.co - PT Surya Kreatindo Mediatama.

No Result
View All Result
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Kajian Ramadhan
  • Index
  • Mediamu

© 2021 pwmu.co - PT Surya Kreatindo Mediatama.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In