PWMU.CO– SD Muhammadiyah 12 Surabaya mengadakan tadarus keliling (darling) yang diikuti keluarga guru. Kali ini bertempat di rumah Ustadzah Ainur Rosanti Jl. Asem Jaya X, Sabtu (5/10/2019).
Kegiatan diawali dengan membaca Alquran secara bergantian. Masing-masing ustadz dan ustadzah membaca dua ayat. Setelah itu mauizhoh hasanah yang disampaikan oleh Direktur RS Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan Sidoarjo dr Tjatur Prijambodo MARS.
Dalam ceramahnya, dr Tjatur menjelaskan pentingnya sebuah niat. Niat menjadi pintu masuk dari segala aktivitas. Kalau niat kita karena Allah swt maka ini akan memberikan efek dan pengaruh yang positif bagi tubuh kita.
“Innamal a’malu binniyati,” katanya. Segala perbuatan tergantung dari niatnya. Kalau perbuatan baik walaupun kita belum melakukan itu sudah dicatat dan mendapatkan pahala. Sebaliknya kalau perbuatan jelek, tidak akan dicatat sampai kita melakukan perbuatan tersebut walaupun sudah ada niat.
”Maka dari itu mari kita jaga selalu niat kita hanya karena lillahi ta’ala. Agar setiap aktivitas kita berpahala kalau sampai niatnya salah maka pahalanya akan hangus,” tutur pengurus Majelis Pembina Kesehatan Umum PWM Jatim ini.
Kemudian dia menerangkan, manusia dikarunia oleh Allah swt otak yang dilindungi tulang yang paling keras. Dalam otak tersebut ada bagian yang disebut dengan hipotalamus. Inilah yang menjadi koordinator sistem otonomi organ tubuh kita seperti jantung, ginjal dan paru-paru.
”Jika kita ada niat untuk berbuat jahat seperti ikut shalat Jumat untuk mengambil sandal yang baik, maka sejak awal sudah diniatkan berangkat paling terakhir. Memilih sandal yang paling baik, mencari shaf paling akhir agar mudah keluar maka saat itu sistem tubuh, detak jantung semakin cepat, keringat dingin keluar, rasa khawatir dan waswas sehingga melihat kanan kiri karena takut,” ujarnya.
Menurut Tjatur, inilah kenapa ketika ada niat berbuat jahat tidak dicatat berdosa sampai sang pelaku melakukanya. Karena sebisa mungkin sistem tubuh mencoba menggagalkanya yang diperintah dari bagian otak yang bernama hipotalamus.
”Dalam sebuah penelitian setiap manusia punya god spot yang disebut dengan titik ketuhanan. Semacam sinyal atau antena dimana saat manusia tersebut membicarakan masalah agama yang berhubungan dengan tuhan sinyal itu menyala,” kata dr Tjatur yang pengasuh rubrik kesehatan di Majalah Matan.
Contoh ketika berbicara tentang bola seperti Liverpool juara Piala Champhion maka sinyal tersebut tidak akan menyala. Beda lagi kalau membicarakan pemain bola yang berpuasa tetapi masih bermain dengan penuh semangat seperti Mohammad Salah. ”Saat puasa Ramadhan masih tetap bermain penuh bahkan permainannya tidak kalah bagusnya,” tandasnya.
Dokter Tjatur berpesan, banyak-banyak beristighfar dan mengaji karena sebagian besar penyakit datang dari dalam diri sendiri. ”Dekatkan diri dengan sang pencipta. Ketika seorang hamba dekat dengan Allah. Maka, Allah akan mengabulkan setiap kebutuhan dan keinganan dari hambanya,” katanya. (*)
Penulis Dzanur Roin Editor Sugeng Purwanto