PWMU.CO-Siswa kelas I SD Alam Muhammadiyah Kedanyang (SD Almadany) Kebomas Gresik, Jumat (11/10/2019) siang, berkumpul di halaman sekolah.
Mereka duduk berkelompok melingkari botol. Mengamati bergeraknya bayangan botol yang makin memendek hingga bayangan hilang di bawahnya.
Devita Rizka Zahira berteriak kepada gurunya, ”Ustadz, bayanganku tambah pendek.”
”Ya, seiring bergeraknya matahari ke titik kulminasi, bayangan makin pendek. Begitu matahari pas di atas kepala kita bayangan menjadi tegak lurus dengan badan sehingga tak ada bayangan,” kata guru menjelaskan.
Setelah mengamati di halaman, siswa diajak masuk kelas dan bertanya jawab tentang matahari dan benda angkasa lainnya. Di akhir pembelajaran, mereka mendapatkan tugas mengamati fenomena kulminasi utama pada Sabtu (12/10/2019).
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan dalam Twitter@infoBMKG, kulminasi adalah peristiwa saat matahari berada tepat di atas garis khatulistiwa atau titik zenit.
Hal ini menyebabkan bayangan benda tidak terlihat. Fenomena ini juga ditandai dengan suhu udara yang lebih panas dibandingkan biasanya karena terjadi pada siklus musim kemarau.
Kulminasi utama terjadi pada Sabtu, 12 Oktober 2019 pukul 11.15 WIB. Selain Surabaya, 37 kota lainnya di Jawa Timur juga mengalami fenomena ini tetapi waktunya tidak bersamaan.
Beberapa kota di Madura, yakni Sumenep dan Bangkalan mengalami fenomena ini pada Jumat, 11 Oktober 2019 pukul 11.15 WIB. Pamekasan, Sampang, Sidoarjo, Gresik, dan Lamongan mengalami kulminasi utama pada Sabtu, 12 Oktober 2019 sekitar pukul 11.12-11.16 WIB.
“Saat deklinasi matahari sama dengan lintang pengamat, fenomenanya disebut Kulminasi Utama. Menyebabkan matahari berada di atas kepala pengamat atau di titik zenit. Karena itu hari kulminasi utama dikenal juga dengan Hari Tanpa Bayangan.” (*)
Penulis Mahfudz Efendi Editor Sugeng Purwanto