PWMU.CO – Menjadi mahasiswa bukan sekadar nama yang berubah: dari siswa menjadi mahasiswa. Pola pemikiran seorang mahasiswa juga harus jauh ke depan.
“Jangan menjadi mahasiswa yang biasa-biasa saja, mahasiswa yang satu dengan mahasiswa yang lain harus memiliki perbedaan.”
Begitu kata Dr Mulyana AZ, inspiring teacher dari SD Muhammadiyah 4 Pucung Surabaya, dalam acara Masa Ta’aruf (Masta) 2019 Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG) di Servis Center UMG, Sabtu (12/10/19).
Mulaya mengatakan, setiap mahasiswa harus memiliki personal branding. “Hal inilah yang akan menjadi nilai yang berbeda untuk diri setiap mahasiswa,” ujarnya.
Menjadi mahasiswa, sambungnya, tidak cukup hanya mencari ilmu di bangku perkuliahan saja; tidak cukup datang dan mendengarkan dosen berbicara. “Sebagai mahasiswa harus mencari sebanyak banyaknya ilmu di manapun, termasuk di organisasi,” pesan dia.
Menurut Mulyana, organisasi mahasiswa memiliki peranan penting di kampus. Pengalaman mengajarkan, banyak perubahan yang terjadi dalam kehidupan di kampus, di masyarakat, serta dalam kehidupan berbangsa, dan bernegara yang mengalami perubahan karena peran serta mahasiswa yang tergabung dalam organisasi mahasiswa.
“Apa yang kita lakukan hari ini adalah untuk menentukan masa depan. Mahasiswa murni adalah mahasiswa yang banyak tidurnya, karena tidak punya kegiatan lain selain kuliah,” sindir mantan Kepala SD Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya itu.
Mulyana menegaskan, kehebatan seseorang tergantung diri sendiri bagaimana mengembangkan potensi diri dan bakat. “Ber-IMM adalah pilihan yang tepat untuk membangun personal branding dan mengembangkan potensi diri kalian,” tambahnya.
Dia melanjutkan, banyak manfaat yang dapat diperoleh dari IMM Dan itu bisa jadi tidak dirasakan langsung saat ini. Bisa 10 atau 15 tahun ke depan. “Saya sudah bisa menulis 54 judul buku, itu semua dari IMM, karena telah mengadakan pelatihan menulis,” ucapnya.
Mulyana mengakhiri paparanya dengan mengutip diplomat Prancis Charles Maurice de Talleyrand, “Seratus kambing yang dipimpin oleh seekor singa akan jauh lebih berbahaya ketimbang seratus singa yang dipimpin seekor kambing.”
Kontributor Hafidzah. Editor Mohammad Nurfatoni.