PWMU.CO – Prof Dr Din Syamsuddin MA menyatakan, dialog adalah jalan efektif untuk mengatasi perbedaan pendapat dan masalah yang ada di antara pemeluk agama dan bangsa-bangsa di dunia.
“Oleh karena itu, jalan kekerasan harus dihindari. Begitu pula, sikap merasa benar dan mau menang sendiri harus dijauhi,” ujarnya.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah tahun 2005-2010 itu menyampaikan hal tersebut dalam konferensi tentang perdamaian dunia “Dialogue is Way of Life and Path to Peace” di Beirut, Lebanon, Senin-Selasa (14-15/10/19).
Konferensi yang dibuka oleh Presiden Lebanon Michel Naim Aoun itu dihadiri oleh sekitar 200 tokoh ulama dan cendekiawan lintas agama, khususnya Kristen dan Muslim.
Menyampaikan makalah berjudul Eradicating Extreemism, Our Collective Responsibility, Din menyatakan radikalisme dan ekstrimisme tidak dapat diatasi dengan sikap radikal atau ekstrim.
Menurut dia, sekarang ini banyak yang begitu mudah menuduh pihak lain radikal atau ekstrim, seperti pada slogan anti-radikalisme. “Padahal pada saat yang sama mereka menunjukkan sikap radikal dan ekstrim,” kritiknya.
Selain berbicara pada konferensi Levant Gathering di atas, Din juga menjadi pembicara bersama Prof Magnis Suseno di Lebanese University tentang “Hidup Berdampingan dalam Masyarakat Majemuk, Pengalaman Lebanon dan Indonesia”.
Acara dihadiri sekitar 250 civitas akademika, Dubes RI untuk Lebanon Hajriyanto Thohari, dan Rektor Lebanese University Prof Fouad Ayoub.
Dalam ceramah Din menjelaskan bahwa bangsa Indonesia sangat majemuk tapi memiliki tingkat harmoni yang relatif tinggi. Hal itu menurutnya, disebabkan karena bangsa Indonesia memiliki nilai-nilai dasar yang telah diletakkan oleh para pendiri bangsa yaitu Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika.
“Begitu pula, agama-agama yang berkembang di Indonesia menekankan ajaran jalan tengah (wasathiyyah). Maka kemajemukan agama dan etnik di Indonesia telah dapat ditampilkan sebagai faktor integrasi dari pada faktor disintegrasi,” terangnya.
Dalam kesempatan lain, Ketua Dewan Pertimbangan MUI tersebut diterima Grand Mufti Lebanon Shaikh Abd. Latif Deriyan di Kantor Dewan Fatawa. Keduanya berbicara tentang masalah yang dihadapi umat Islam, dan kerja sama Dewan Fatawa Lebanon dengan MUI serta ormas-ormas Islam di Indonesia.
Sebelum pulang ke Jakarta, Din menyempatkan diri mengunjungi para prajurit Kontingen Garuda yang sedang bertugas menjaga perdamaian di Lebanon Selatan. Pertemuan berlangsung di atas KRI Hasanuddin yang sedang berlabuh di Pelabuhan Beirut.
Dia memuji peran Indonesia yang ikut memelihara perdamaian dunia. Dia juga memuji semangat para prajurit yang sangat tinggi dengan menggunakan pendekatan simpatik terhadap penduduk Lebanon.
Din bersama Romo Magnis Suseno yang didampingi Hajriyanto Thohari disambut para prajurit dan menikmati hidangan bakso. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.