PWMU.CO – Gelombang Tsunami yang terjadi di wilayah Aceh pada tanggal 26 Desember 2004, merupakan peristiwa memilukan yang tidak akan terlupakan. Kepedihannya hampir tidak pernah hilang dari ingatan, terutama bagi masyarakat yang mengalaminya.
Abdullah Dega, sopir yang dengan sabar mengantar rombongan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jatim dalan acara Kajian Tarjih Fikih Keagamaan Tingkat Nasional Tahun 2019 M/1441 H di Banda Aceh, Senin-Rabu (14-16/10/19), menceritakan dirinya kehilangan istri yang saat itu sedang hamil tua dan dua orang anaknya.
Padahal saat itu sudah sempat memegang tangan mereka sambil bergelantungan di atas pohon. Namun takdir Allah berkata lain, gelombang susulan yang dahsyat menjadikan semuanya hanyut dibawa air. Trenyuh dan amat memilukan.
Tonggak-tonggak yang menandai peristiwa tsunami di Aceh yang sempat penulis kunjungi ada empat, yaitu Masjid Baiturrahman, Monumen Kapal PLTD Apung, Museum Tsunami Aceh, dan Kuburan Massal di Desa Siron Aceh Besar.
Masjid Baiturrahman adalah ikon Aceh sebagai provinsi berjuluk Serambi Makkah. Ia menjadi saksi bisu dahsyatnya tsunami. Media cetak ataupun elektronik menayangkan peran masjid sebagai tempat penyelamatan dan perawatan korban.
Monumen PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga Diesel) Apung di Desa Punge, Blancut, Banda Aceh. Berisi kapal dengan tinggi 9 meter, luas mencapai 1.900 meter persegi, dan bobot 2.600 ton. Tidak ada yang membayangkan kapal sebesar ini dapat bergerak sejauh 5 kilometer hingga ke tengah Kota Banda Aceh.
Fenomena pergeseran kapal ini menunjukkan kedahsyatan kekuatan gelombang yang menimpa Serambi Makkah kala itu. Saat ini, area sekitar PLTD Apung telah ditata ulang menjadi wahana wisata edukasi. Untuk mengenang korban jiwa yang jatuh akibat tsunami, dibangun monumen peringatan. Pada monumen itu, tertera tanggal dan waktu kejadian dari musibah tersebut.
Museum Tsunami Aceh
Pengunjung yang masuk ke museum ini seakan-akan dibawa kembali ke masa-masa terjadinya tsunami 2004. Lorong gelap menjadi pintu masuk museum dibuat gelap dengan air yang memercik keluar dari dinding. Seakan mengambarkan suasana mencekam saat tsunami terjadi.
Di dalam ada ruangan yang dipenuhi foto-foto kondisi Banda Aceh setelah kena terjangan gelombang laut setinggi lebih dari 30 meter. Ada pula ruangan yang diberi nama sumur doa, berisi nama-nama korban tsunami. Museum ini berlokasi di Jalan Iskandar Muda, Banda Aceh.
Kuburan Massal Siron
Kuburan ini terletak di Jalan Bandara Sultan Iskandar Muda, Gampong Siron, Kecamatan Ingin Jata, Aceh Besar. Di tempat ini lah dikebumikan sebanyak 46.718 jiwa korban musibah tsunami yang tidak teridentifikasi.
Kuburan ini dibuat di atas lahan seluas dua hektar, sengaja dibuat luas agar peziarah nyaman. Menurut pantauan penulis suasana kuburan massal ini tidak nampak seperti pada kuburan umumnya yang terkesan angker. Di sini terdapat tiga buah gazebo dan tersedia juga buku buku panduan doa untuk para peziarah. (*)
Oleh Dr Syamsuddin MA, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jatim.