PWMU.CO – Terkadang anak-anak panti asuhan disuruh mimpi besar tetapi pengurusnya tidak mempunyai mimpi besar. “Ayo bawa anak-anak ke Singapura atau Malaysia. Bangun mimpi mereka. Katakan pada mereka kalau ini milik kita maka berapa zakat yang bisa dibayar!”
Demikian disampaikan oleh Ketua Lazismu Jatim drh Zainul Muslimin saat menjadi pemateri pada Bimbingan Teknis Akreditasi Panti Asuhan Aisyiyah dan Penerapan Standar Nasional Pengasuhan Anak (SNPA) se-Indonesia.
Bimtek diselenggarakan oleh Majelis Kesejahteraan Sosial (MKS) Pimpinan Pusat (PP) Aisyiyah di Hall Taman Sengkaling Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Sabtu (19/10/19).
Zainul mengatakan, seseorang itu tergantung pada agama temannya. “Sekarang anak-anak mau dikenalkan dengan siapa. Kita ini mimpi untuk anak-anak masih tidak jelas. Anak-anak mau jadi apa itu wasilahnya dari Anda,” ujarnya.
Menurutnya, doa para pengurus sangat luar biasa untuk anak-anak. Karena itu tolong diperjelas cita-cita dan kemauan anak ke depan. “Ada cara yang ampuh agar anak menjadi seperti yang diinginkan. Tempelkan kepada seseorang yang dia inginkan,” ungkapnya.
Dia menegaskan, jangan dipikir anak-anak kita akan seperti apa nantinya. Anak-anak tidak tau akan menjadi apa nanti. Membangun mimpi dan mau ditempelkan ke siapa mereka.
“Mbok yao kalau libur anak-anak dimagangkan ke orang-orang sukses. Kalau ada yang ingin menjadi presiden, maka titipkan ke Pak Jokowi atau Pak SBY,” jelasnya.
Zainul lalu mencontohkan Bilal bin Robah, seorang budak hitam. Mulanya budak itu tidak ada nilainya kemudian dia moncer. “Bahkan terompahnya terdengar di surga. Itu karena ditempelkan ke Rasulullah,” kisahnya.
Mungkin, sambungnya, di antara kita tidak mempunyai kompetensi mengurus anak-anak panti asuhan. Tapi sebenarnya tidak terlalu masalah sebab hanya membutuhkan empat syarat.
Pertama, harus diurus karena itu amanah. “Jangan sampai tidak diurus karena akan mematikan diri sendiri. Kedua harus fokus, tidak boleh dijadikan sambilan, dan gak oleh tolah-toleh. Ini bukan urusan ringan, urusan mengurus anak manusia,” tegasnya.
Ketiga, lanjutnya, harus serius. Maka tahapan demi tahapan bisa dipahami dan dinikmati. Pasti banyak fitnah dan tantangan mengurus panti asuhan, tidak mungkin lurus-lurus saja. “Keempat harus terus menerus atau istiqomah. Sampai selesai kita diganti atau meninggal dunia,” tuturnya. (*)
Kontributor Sugiran. Editor Mohammad Nurfatoni.