PWMU.CO-Pengajian Keliling (Pengeling) SD Muhammadiyah 11 Dupak Surabaya (SD Muhlas) kali ini diadakan di Jl. Tambak Asri 190A Surabaya, Sabtu (19/10/19).
Pengajian ini salah satu program unggulan SD Muhlas yang diadakan sebulan sekali pada pekan kedua berkeliling dari rumah ke rumah wali murid kelas 5. Jadwal dibuat sesuai kesepakatan pada awal tahun ajaran baru.
Sebanyak 120 siswa kelas 5 sekitar pukul 08.00 dan guru mulai berdatangan dan berkumpul di halaman SD Muhlas untuk pemberangkatan menuju kediaman Ach. Muflikh siswa kelas 5 Asy-Syuro.
Mereka naik 8 bemo yang siap mengantar rombongan ke tempat pengajian. Sekitar pukul 09.30 acara dimulai. Pembawa acara dipegang Ach. Muflikh sendiri. Acara awal murajaah surat Alquran dipandu oleh Ustadz Haris, guru tahfidz.
Dilanjutkan sambutan Kepala Sekolah Ustadz Irwan MPdI. Dalam sambutan singkatnya, dia menyampaikan, dengan kegiatan Pengeling ini jadikan sebagai pengalaman yang berharga.
”Kelak jika sudah lulus dari SD Muhlas, ambil nilai positif yaitu selalu menyambung tali silaturrahim dan selalu membaca Alquran. Dengan demikian kita akan menjadi anak-anak yang saleh-salihah,” katanya.
Sambutan tuan rumah disampaikan oleh Ustadz Izza Anshori ST MT. Ustadz Izza kehadiran siswa, guru dan karyawan SD Muhlas ini suatu berkah bagi keluarga.
Ketua Majelis Dikdasmen PCM Krembangan ini berpesan, bersemangatlah terus menuntut ilmu dan berfastabiqul khairat. ”Semoga menjadi amal jariyah,” ujarnya.
Penceramah Fery Yudi MPdI berkisah, menjelang akhir hayatnya dalam kondisi sakit Nabi Muhammad saw keluar ke masjid mengumpulkan para sahabat.
Kemudian Nabi berkata, wahai kaum Muslimin, sesungguhnya aku merupakan nabi, pemberi nasihat, dan mengajak kepada Allah atas izin-Nya. Siapa saja di antara kalian yang pernah aku sakiti, bangkitlah dan balaslah aku, sebelum datang nanti pada hari kiamat kelak.
Seluruh sahabat terdiam. Sampai tiga kali Nabi meminta siapa saja di antara mereka agar membalaskan perbuatan yang pernah dilakukannya setimpal.
Tiba-tiba berdiri Ukasyah bin Mihsan. Dia menghampiri Rasulullah. “Wahai Rasulullah, jika tidak engkau serukan sampai tiga kali, tentu tidak ada keberanianku datang kepadamu.”
“Apa yang engkau inginkan, wahai Ukasyah?” tanya Nabi.
Ukasyah menuturkan, waktu Perang Badar silam ketika aku turun dari untaku dan mendekat ke arah engkau, mendadak engkau mengayunkan cambuk sehingga mengenai tubuhku. Aku tidak tahu apakah engkau bermaksud mencambukku atau unta,” tuturnya.
Nabi menyuruh Bilal bin Rabah meminta cambuk ke Fatimah. Orang-orang marah melihat Ukasyah yang tega minta qisas kepada Nabi. Bilal menyerahkan cambuk itu kepada Ukasyah.
Abu Bakar dan Umar segera menghadang. “Wahai Ukasyah, biarkan aku yang dicambuk. Kami tidak rela engkau mencambuk Rasulullah ,” kata keduanya. Nabi minta keduanya duduk. Semua sahabat menawarkan diri menjadi pengganti Nabi sebagai sasaran cambuk juga ditolak.
“Ukasyah, cambuklah aku. Lakukanlah bila benar aku pernah berbuat salah kepadamu,” perintah Nabi.
“Wahai Rasulullah, sewaktu engkau mencambukku, badanku saat itu tidak ditutupi kain,” kata Ukasyah lagi.
Nabi lalu melepas bajunya. Tampak kulit punggung dan perutnya. Seluruh orang makin marah kepada Ukasyah. Tiba-tiba, Ukasyah melepaskan cambuk, segera lari memeluk Nabi dari belakang. Dia menciumi punggung Rasulullah.
“Aku ingin memeluk engkau, ya Rasulullah, sehingga kulitku menyentuh kulitmu. Sungguh sebuah kemuliaan bagiku bila bisa melakukannya,” kata Ukasyah sambil menangis. Orang-orang yang juga terbawa suasana haru dan ikut menangis. ”Nabi lantas mendoakan sahabat ini masuk surga,” kata Fery mengakhiri ceritanya.
Ketua Majelis Pelayanan Sosial PDM Surabaya ini mengatakan, hikmah cerita ini bahwa Nabi Muhammad adalah panutan yang dicintai oleh seluruh sahabat dan umatnya.
Ada empat hal yang kita teladani dari kisah ini, katanya. Nabi mempunyai empat sifat yang bisa disingkat menjadi Fast. F itu Fathanah (cerdas) sebagai siswa harus cerdas, tidak boleh menyerah berusaha terus menerus untuk belajar. ”Cara mudah yaitu bergaullah dengan teman-teman yang cerdas pula, sesuai dengan kelebihan masing-masing,” katanya.
Lalu A adalah amanah (dapat dipercaya). Seorang siswa harus amanah. Jika ke sekolah harus benar-benar belajar karena kita sudah dipercaya oleh orang tua.
S adalah sidiq (jujur). Kita harus selalu berkata jujur, berucap yang baik-baik tidak boleh membohongi orang tua.
Terakhir T adalah tabligh (menyampaikan). Siswa juga bisa menjadi penceramah. ”Jadilah penyampai atau pemberi kabar gembira minimal gemar ke masjid atau mushala dan menjadi muadzin,” ujarnya. (*)
Penulis Muriyono Editor Sugeng Purwanto