PWMU.CO – Muhammadiyah telah memasuki usianya yang ke-107 M tahun. Mengapa Persyarikatan Muhammadiyah mampu bertahan dan berkembang melewati usianya satu abad lebih? Karena Muhammadiyah memilliki inner dynamics.
Hal itu disampaikan Fimas Maulana Al-Jufri MPsi pada Pengajian Ahad Pagi yang digelar Majelis Tabligh Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kebomas, Gresik, di Masjid At-Taqwa Giri, Kebomas Ahad (20/10/19).
Menurut Anggota Majelis Tabligh Pimpinan Eilayah Muhammadiyah Jawa Timur ini, inner dynamics adalah kekuatan dari dalam yang melekat dengan dirinya. “Kekuatan dari dalam itu ialah ruh dan nilai-nilai ajaran Islam yang diyakininya, keikhlasan, dan militansi para penggeraknya, serta prinsip-prinsip dan pemikiran idiologi yang dimilikinya secara kokoh,” tandasnya.
Menurutnya, energi gerakan tersebut berfungsi sebagai sumber inspirasi, motivasi, aktualisasi, dan orientasi yang membangkitkan organisasi Islam ini terus bergerak menjalankan misi dan usahanya secara gigih dan tahan uji dalam berbagai situasi dan tantangan zaman.
Dalam pengajian yang dihadiri 200-an jamaah itu, Ustad Fimas, sapaannya, mengkilas balik peristiwa pengorbanan KH Ahmad Dahlan saat dia tidak dapat menggaji guru-gurunya. “Teologi Almaun dan Teologi Al-Ashr’ terlihat saat Kiai Dahlan menjual barang-barang kesayangannya demi membayar gaji guru-gurunya itu,” kisahnya.
Dia melanjutkan, saat pengusaha dan sahabat-sahabat Kai Dahlan berkumpul dan mengumpulkan uang untuk diberikan kepadanya—tanpa mengambil satu pun barang-barang yang sudah dibeli—Kiai Dahlan pun bertanya alasan mereka. Pengusaha dan sahabatnya pun menjawab, “Kami hanya ingin membantu Kiai.”
Ustadz Fimas menegaskan, peristiwa pengorbanan yang menjadi pengamalan teologi Almaun dan Al-ashr’ tersebut pada saat ini masih dilakukan oleh Muhammadiyah.
“Di Surabaya, saat akan dibangun gedung tiga lantai sebuah SD Muhamamdiyah, pimpinan cabang mendatangi seorang pengusaha. Dia bermaksud menyerahkan proposal pembangunan. Sang pengusaha melihat isi proposal itu dan menyanggupi menangung seluruh biayanya. Namun dia mengajukan syarat, yaitu tidak menyebutkan namanya kepada siapa pun.
“Belakangan diketahui beliau pernah menyumbangkan Rp 20 M untuk pembangunan sebuah rumah sakit Muhammadiyah. Masyaallah,” ucapnya.
Guru SD Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya ini mengatakan, peran dan kiprah Muhammadiyah di usianya ke-107 tahun masih tercatat bagi Indonesia tercinta.
“Saat bencana gempa bumi berkekuatan 7,4 skala Richter (SR) di Palu Sulawesi Tengah, Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur melalui Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) memberangkatkan relawan ke sana membantu korban gempa dan tsunami,” ungkapnya.
Tak hanya itu di berbagai pelosok negeri, jika ater jadi bencana Muhammadiyah juga hadir. “Dengan berbagai kendala dan masalah, tim ini bekerja tak kenal lelah,” ujarnya.
Dia menyampaikan, Muktamar Ke-48 Muhammadiyah akan diselenggarakan di Kota Surakarta pada 1-5 Juli 2020 dan dipusatkan di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS).
“Sebagai tuan rumah, UMS membangun gedung baru yang diberi nama Gedung Edutorium yang mampu menampung 8.500 orang. Gedung yang menghabiskan biaya Rp 266 miliar ini disebut-sebut bakal mirip dengan Allianz Arena, Munich, Jerman,” terangnya.
Ke depan, kata pria asli Porong, Sidoarjo, ini Muhammadiyah harus bisa lebih berbicara dan berkiprah di dunia internasional sesuai tema muktamar ‘Memajukan Indonesia Mencerahkan Semesta’.
“Hal ini terkait dengan gerakan Muhammadiyah yang semakin mendunia.
Ini adalah suatu gerakan internasionalisasi. Muhammadiyah ingin memperluas misi kerahmatan sebagai gerakan Islam berkemajuan,” ujarnya. (*)
Kontributor Mahfudz Efendi. Editor Mohammad Nurfatoni.