PWMU.CO – Membangun khilafatullah fil ardh adalah misi umat manusia langsung dari Allah SWT. Maka khilafah itu mulia, jangan anti, apalagi alergi terhadap istilah tersebut.
Demikian yang dikatakan Prof Din Syamsuddin dalam Pengajian Akbar oleh Yayasan Ponpes Al Fattah, Buduran Sidoarjo, Ahad (20/10/2019).
Din menjelaskan, konsep khilafah merupakan sesuatu yang mulia. “Itu misi kemanusiaan. Allah sebelum menciptakan manusia berfirman: Inni jailun fil ardhi khalifah, Aku akan jadikan manusia khalifah, untuk membangun khilafah di muka bumi ini,” ujar Din.
Membangun khilafatullah fil ardh, lanjut Din merupakan misi umat manusia langsung dari Allah SWT. Maka khilafah itu mulia. “Maka saya sedih, jika saat ini sedikit-sedikit tidak boleh khilafah,” ujar Din yang menyebut salah satu spanduk pilihan rektor yang bertuliskan: Pilihlah Rektor yang Anti-khilafah.
Namun, menurut Din, bukan khilafah politik ala Hizbut Tahrir yang dimaksud. “Tidak. Kita sudah comitted dengan negara Pancasila. Jangan direduksi khilafah itu dengan khilafah politik. Khilafah politik itu kita tolak,” ungkapnya.
“Saya pribadi menolak khilafah politik. Tetapi khilafah yang ada dalam Alquran yaitu khilafah yang membangun bumi dan peradaban itulah khilafah peradaban, jangan ditolak. Jangan dilarang untuk disebut,” tambahnya.
Din mengatakan, jika ada yang anti-khilafah, kalau dia Muslim maka dia jarang membaca Alquran. “Kita ini khalifatullah fil ardh. Yang kita tolak khilafah politik, yang ingin membangun sistem politik baru, karena kita sudah memiliki sistem politik negara yang berdasarkan Pancasila.Tapi itu yang kadang dipakai alat politik. Itu yang kadang saya tidak suka,” timpal Din.
Din menyayangkan pembiaran yang dilakukan partai maupun politisi terhadap makna khilafah. “Banyak partai dan politisi yang diam, biarlah saya saja. Dan saya yakin jika saya ditangkap dan masuk penjara, semua keluarga Al Fattah akan membantu saya,” ungkap Din disambut riuh para jamaah.
Din lalu menyinggung istilah jamaah “Tolong jangan dilarang itu istilah jamaah. Sebab tangan Allah dan rahmat Allah di atas jamaah. Hanya gara-gara Jamaah Islamiyah lalu digeneralisir, digebyah-uyah,” kata Din.
Khilafah juga demikian. Menurut Din harusnya spanduk yang bertuliskan anti-khilafah itu tidak cukup. “Harusnya ditulis lengkap: kami menolak khilafah politik, tapi mendukung khilafah peradaban. Harus fair seperti itu. Jika menolak khilafah, berarti nggak paham Alquran dan itu akan ditanya di alam barzah,” wanti-wanti Din.
Maka, sambung Din, jangan digebyah-uyah atau digeneralisasi seolah-olah semua bentuk khilafah itu harus ditolak. Yang menolak khilafah seperti pada slogan Khilafah No, atau Pilihlah Rektor yang Anti-Khilafah, itu menunjukkan tidak paham ajaran agama.
“Dalam Alquran, manusia diciptakan untuk menjadi khalifatullah fil ardh, maka itu berarti bangunlah khilafah di muka bumi, yaitu peradaban yang sesuai dengn nilai-nilai ketuhanan.
Din menegaskan, khilafah politik memang harus kita tolak, karena bangsa Indonesia sudah bersepakat dengan Negara Pancasila sebagai Darul Ahdi was Syahadah atau Negara Kesepakatan dan Negara Kesaksian. “Tapi, jangan digeneralisasi karena generalisasi itu berbahaya,” katanya mengingatkan. (*)
Kontributor Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni.