PWMU.CO – Pembelajaran itu tidak hanya duduk di dalam kelas atau masjid, tapi juga diajak keluar untuk melihat kehidupan real agar pembelajaran itu lebih hidup.
Hal itu disampaikan oleh Wakil Ketua Bidang Kesehatan, Kebencanaan dan Lingkungan Hidup Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Dr H M Sulthon Amien MM saat memberikan sambutan di Pengajian Akbar Pondok Pesantren (Ponpes) Al Fattah Buduran, Sidoarjo, Ahad (20/10/19).
Sulthon menyampaikan ada sebuah tempat di Claket, Pacet, Mojokerto yang digunakan oleh beberapa sekolah baik SMP maupun SMA untuk menempatkan para siswanya home stay di sana selama tiga atau empat hari. Dia berharap santri Al Fattah bisa ditempatkan di sana untuk dititipkan di rumah-rumah penduduk. “Saya mengenal baik RT dan warganya yang menerima home stay tersebut,” tandasnya.
Sulthon juga menyampaikan ketika santri Al Fattah beberapa kali dikirim ke Prigen Pasuruan untuk mengikuti pelatihan di Lembaga Pemberdayaan Insani Bina Tauhid. Dia pernah bertanya kepada trainer dan juga pengelolanya, “Apakah santri Al Fattah mampu mengikuti pelatihan dan diajarkan game, team work, kreativitas, uji nyali, dan lainnya? Ternyata santri Al Fattah sanggup mengikutinya dengan disiplin, bahkan merapikan kembali tempat pelatihan tanpa diperintah,” tuturnya.
Dia mengatakan, “Harus ada metode pembelajaran dan edukasi-edukasi spesial yang di kemudian hari mereka bisa tumbuh menjadi anak-anak yang diharapkan orangtua yang mempercayakan anaknya dididik di Ponpes Al Fattah.”
Shulthon meminta ustadz dan ustadzah berkewajiban melihat jika anak didiknya kurang beraktivitas, kurang responsif, kurang kreatif dalam belajar. “Meski demikian ketika orangtua sudah menitipkan anaknya ke ponpes, mereka tetap harus memantau dan berdiskusi dengan para pengasuhnya. Karena mereka tidak mengurus satu atau dua anak saja. Kebangeten (keterlaluan) jadi orangtua kalau hadir di pondok hanya ketika Pengajian Akbar saja. Padahal setiap bulannya ada pengajian rutin untuk orangtua dan anak,” tambahnya.
Dia juga berharap proses pendidikan di ponpes Al Fattah dilakukan dengan cinta dan kasih sayang, agar sepulang dari pondok tidak ada trauma.
Sambil menyitir surat Alkahfi ayat 13, dia menganalogikan santri di pondok pesantren seperti Ashabul Kahfi yang tinggal di dalam goa. “Semoga kita memberikan kepercayaan penuh kepada Ponpes Al Fattah untuk dididik dan kemudian muncul menjadi anak-anak yang rahmatan lil alamin,” ujarnya. (*)
Kontributor Heri Siswanto Editor Mohammad Nurfatoni.