PWMU.CO – Film karya siswa SMP Muhammadiyah 3 Waru (Mugaru) Sidoarjo berjudul Main HP mendapatkan juara 1 lomba film indie tingkat SMP/MTs di Olympicad VI Semarang, Sabtu-Senin (26-28/10/2019).
Pada Olympcad 2017 di Lampung film garapan siswa Mugaru berjudul Copet mendapat juara 2. Ini menandakan tahun ini garapan film para siswa meningkat pesat. Film Main HP ini karya film kelima . Sebelumnya ada sederet judul Lari 1, Lari 2, Papa, dan Lari 3.
Film Main HP membawa pesan yang menggelitik. Berdurasi tiga menit mengangkat isu medsos. Seseorang tidak bisa lepas dari handphone. Termasuk sosok keluarga yang dipotret dalam film ini. Badrul Aminun (Papa Rio), Masnia Ulfa (Mama Rio), Fawwas (Rio/anak), Anggi Budi (Mbak Susi/pembantu).
Dikisahkan, Rio sedang sarapan sambil main game dari ponselnya. Di sampingnya ada Mama yang menunggu sambil liat koleksi tas cantik di Online Shop. Karena menunggu lama, Papa menelepon istrinya agar Rio cepat menyelesaikan sarapannya.
Melihat suaminya marah, Mama membentak Rio untuk segera menghabiskan makanannya. Ia ambilkan minum, agar Rio segera menyelesaikan makanannya. Karena Rio tidak hati-hati, air minum pun tumpah di seragam Rio.
Di sini klimaksnya. Saat Mama Rio menyalahkannya karena membuat seragamnya basah. ”ini gara-gara kamu main HP terus.” Rio balik menyalahkan mamanya. ”Mama juga main HP.”
Tiba-tiba HP Mama berdering. Dari Papa yang marah-marah. Terjadi pertengkaran di HP. Melihat kebisingan itu, Rio memanggil,”Mbak Susi…, ayo anter Rio ke sekolah.”
Sutradara Aqil Gusta DwiPutra (kelas 9A) mengatakan, pesan dampak medsos dalam film ini sangat menggelitik. Alur cerita bergaya plotuis, yaitu menipu pemirsa. Ekspeksasi yang diharapkan pemirsa dibuat berbeda jauh dari kenyataanya.
Di film ini ternyata Mama dan Papa Rio duduk bersebelahan. Pertengkaran yang terjadi lewat ponsel, sebenarnya pesan tentang macetnya komunikasi personal gara-gara HP.
”Orang tua harus menjadi teladan bagi anak-anaknya. Ia harus bisa menggunakan handphone secara bijak. Fungsi HP sebagai alat komunikasi semestinya tidak menjadi perusak komunikasi dalam keluarga,” ujar Moch Wahyudi, Kepala Sekolah Mugaru. (*)
Penulis Agus Widiyanto Editor Sugeng Purwanto