PWMU.CO – Perubahan adalah sebuah ciri berkemajuan. Siapapun yang menolak perubahan maka akan digilas oleh perubahan itu sendiri. Di era disrupsi akan banyak kesulitan dalam melaksanakan program Muhammadiyah. Maka perlu inovasi sebagai langkah-langkah untuk mengatasi persoalan itu.
Hal itu disampaikan oleh Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim Prof Achmad Jainuri saat memberikan pidato penutupan Perayaan Milad Ke-107 Muhammadiyah Jatim yang digelar PWM Jatim di Umsida, Sabtu (23/11/19).
Dia menambahkan, karakteristik perubahan akan mendorong Muhammadiyah. “Melihat dan memahami persoalan yang ada di masyarakat kemudian mencarikannya solusi yang mendasarkan pada nilai-nilai ajaran Islam, Pancasila, dan UUD 1945,” ujarnya.
Gerakan Muhammadiyah, lanjutnya, difokuskan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan umat seperti permasalahan agama, politik, sosial, budaya, dan tata kelola administrasi.
Di bidang agama, menurut Jainuri, kita ini akan dihadapkan pada persoalan-persoalan bahwa kebaikan dan kebenaran tidak hanya ada pada diri sendiri, tetapi juga ada pada orang lain. “Ini penting agar kita bisa menghargai orang yang berbeda. Beda etnik, bahasa, agama, dan yang lainnya,” ungkapnya.
Isu radikalisme, sambungnya, tetap diangkat oleh rezim ini untuk diatasi. Ada kecenderungan radikalisme hanya ditujukan pada umat beragama. “Umat beragama itu hanya pada Islam. Dan Islam itu hanya kepada Muhammadiyah. Ini yang bahaya,” tegasnya.
Untuk mengatasi hal itu harus ada kajian-kajian yang secara rutin seperti yang sudah dilakukan. Tetapi tidak cukup itu, perlu ditambahkan dan di tingkatkan dengan kajian-kajian khusus pendalaman tema agama. “Dulu ada kajian khusus pimpinan, membahas tentang Al-Islam dan lain sebagainya. Itu perlu dikembangkan,” jelasnya.
Di bidang politik, Muhammadiyah perlu mempersiapkan kader yang ada di mana-mana. Dulu saat Orde Baru, Muhammadiyah itu tidak ke mana-mana tetapi ada di mana-mana.
“Maka perlu melakukan komunikasi dengan simpul-simpul kekuasaan yang ada di masyarakat. Membangun komunikasi secara persuasif dengan tokoh agama dan tokoh pemerintahan,” imbuhnya.
Untuk bidang sosial, menurutnya, PWM Jatim sudah melaksanakan trisula dua dan trisula satu. “Trisula dua mencakup MDMC (penanggulangan bencana) dan Lazismu, (serta pemberdayaan masyarakat) yang luar biasa itu. Trisula satu mendampingi pengembangan pendidikan, (pelayanan sosial), dan kesehatan,” tuturnya.
Dia mengatakan, di bidang budaya dengan mengembangkan nilai-nilai kejujuran, konsistensi, disiplin, dan yang lainnya yang merupakan ciri bangunan Muhammadiyah.
“Budaya itu tidak hanya seni tetapi juga watak dan perilaku kita dalam kehidupan sehari hari. Maka perlu membangun watak dan perilaku positif sesuai potensi daerahnya masing-masing,” urainya.
Terakhir di bidang tata administrasi, yakni dengan komitmen patuh pada aturan persyarikatan. PWM patuh pada Pimpinan Pusat dan seterusnya. “Jangan menghilangkan komitmen kita pada Muhammadiyah itu. Segala sesuatu di daerah cabang ranting dibicarakan bersama. Jangan diputuskan sendiri,” tuturnya.
Dia mengingatkan, selama ini PWM banyak menerima keluhan-keluhan dari daerah. “Padahal banyak masalah daerah yang sebenarnya bisa diselesaikan sendiri tanpa harus ke wilayah,” terangnya. (*)
Kontributor Sugiran. Editor Mohammad Nurfatoni.