PWMU.CO –Erasmus+ yang mengkoordinasi perguruan tinggi di Eropa memberikan hibah kepada Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta untuk kedua kalinya melalui program Capacity Building of Higher Education (CBHE) dalam program disaster management.
Sebelumnya, UAD telah mendapatkan hibah dengan tema GITA (Growing Indonesia: a Triangular Approach) yang berfokus pada pengembangan kewirausahaan di perguruan tinggi dengan dana Rp 1,2 miliar selama tiga tahun (2017 – 2020).
Hibah Erasmus+ kali kedua ini mempunyai tema BUiLD (Building Universities in Leading Disaster Resilience) dengan dana sebesar Rp 1,1 miliar selama 3 tahun (2019 – 2022).
Hadir dalam penyerahan hibah di kampus UAD ini Michael Fuller dan Nadine Sulkowski dari Universitas Gloucestershire, Inggris, Selasa (3/12/2019). Acara bertempat di Ruang Amphitarium Lt 9 Kampus Utama Jl Ringroad Selatan, Tamanan, Banguntapan, Bantul.
Michael Fuller mengatakan, hibah ini berfokus pada membangun kapasitas universitas menjadi universitas yang memiliki disaster awareness (prabencana) dan memiliki kemampuan menangani bencana atau masa mitigasi dan masa pemulihan.
Seperti hibah sebelumnya, UAD juga bergabung dengan konsorsium yang terdiri dari beberapa universitas di Indonesia dan Eropa. Koordinator dari project Erasmus GITA dan BUiLD adalah Universitas Gloucestershire.
Dia menjelaskan, universitas Eropa yang bergabung dengan konsorsium ini adalah Universitas Gloucestershire dari Inggris, Universitas College Copenhagen dari Denmark, Polytechnic Institute of Porto dari Portugal, Hafelakar Innsbruck dari Austria.
Sedangkan universitas dari Indonesia dalam konsorsium ini adalah Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Universitas Islam Indonesia (UII), President University, Universitas Andalas, Universitas Lambung Mangkurat, Universitas Surabaya, Universitas Khairun Ternate, dan Universitas Muhammadiyah Palu.
Nadine Sulkowski menyampaikan, Project BUiLD ini mencakup peninjauan kurikulum kebencanaan dalam beberapa program studi terkait. Sehingga akan bekerja sama dengan Dirjen Dikti.
”Hibah ini juga akan memberikan peralatan yang terkait pada upaya membangun disaster awareness bagi masyarakat,” ujarnya.
Menurut Nadine, tujuan dari hibah ini adalah membangun kapasitas universitas yang termasuk di dalam konsorsium untuk menjadi center of excellence dalam hal penangananan bencana.
Mitra yang akan dilibatkan di antaranya dari Dikti, Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC), Lazismu, Basarnas, BMKG, ACT, dll.
UAD telah memiliki Pusat Studi Mitigasi dan Penanggulangan Bencana (PSPMB) sejak tahun 2012. Dan unit inilah yang akan terlibat aktif dalam project BUiLD bersama beberapa prodi yang relevan, di antaranya kedokteran, psikologi, kesehatan masyarakat, sebagian prodi di FKIP, farmasi.
Hibah ini dimulai dengan kick-off meeting yang diselenggarakan di UII pada hari pertama sekaligus pembukaaan. Dan pada hari kedua diadakan di UAD Yogyakarta sekaligus menutup acara kick-off meeting ini.
Acara di UAD Yogyakarta dihadiri Rektor Dr Muchlas MT dilanjutkan dengan sesi presentasi dan diskusi. Muchlas mengatakan, UAD telah berkoordinasi secara internal dan juga telah melibatkan pihak-pihak terkait sebagai mitra seperti MDMC (Muhammadiyah Disaster Management Center) untuk merealisasikan hibah tersebut.
Koordinator project dari UAD sekaligus kepala Kantor Urusan Internasional (KUI) Ida Puspita MA Res menambahkan, kepercayaan pemberi dana dari luar negeri kepada UAD semakin lama semakin besar.
“Belum ada satu bulan UAD menyelenggarakan workshop manajemen internasionalisasi perguruan tinggi dengan dibiayai oleh DAAD Jerman, kami sudah mendapatkan kepercayaan lagi melalui hibah Erasmus+ untuk menyelenggarakan pertemuan konsorsium BUiLD pertama ini,” kata Ida Puspita.
Hibah ini, kata Ida Puspita, insya Allah akan memberi manfaat tidak hanya untuk UAD, tetapi juga masyarakat luas. “Mengingat Indonesia memiliki banyak wilayah yang mengalami bencana alam,” tandas Ida.
Dikatakan Nadine Sulkowski, Koordinator BUiLD dari Universitas Gloucestershire Inggris, kick-off meeting BUiLD di UII dan UAD untuk membahas pengalaman universitas yang tergabung dalam konsorsium Indonesia dan Eropa.
Mereka bertukar pengalaman penanganan bencana yang dapat dijadikan materi untuk penyusunan kurikulum, riset, dan pengabdian masyarakat.
“Konsorsium Eropa tidak hanya memberi pengalaman penanganan bencana, tetapi juga menyerap pengalaman dari perguruan tinggi Indonesia,” kata Nadine.
Wiryono Raharjo dari UII Yogyakarta menambahkan, perlu ada sinkron antara pengetahuan kebencanaan dengan pendidikan. “Perlu pula melihat local disaster untuk buat kurikulum,” kata Wiryono Raharjo.
Ditambahkan Ida Puspita, UAD Yogyakarta memiliki pengalaman penanganan bencana, mencetak dokter tanggap bencana, trauma healing dan simulasi penanggulangan bencana. (*)
Penulis Affan Safani Adham Editor Sugeng Purwanto