PWMU.CO – Majelis Tablig Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Kabupaten Gresik menggelar Gerakan Perempuan Mengaji bertema “Kajian Ayat-Ayat Gerakan dan Ideologi Muhammadiyah” di Gedung Dakwah Muhammadiyah (GDM) Gresik, Jalan Raya Permata No 7 Kembangan, Kebomas, Gresik, Ahad (15/12/2019).
Ketua PDA Kabupaten Gresik Dra Uswatun Hasanah saat ini ada indikasi memudarnya kegiatan mengaji di kalangan Aisyiyah. “Tapi alhamdulillah kita di Gresik sudah banyak ibu-ibu Pimpinan Cabang Aisyiah (PCA) maupun Pimpinan Ranting Aisyiah (PRA) yang berduyun-duyun berangkat mengaji,” ungkapnya.
Contohnya, lanjut dia, di PCM Sidayu tiap satu pekan sekali melakukan pengajian khusus perempuan. “Jujur apakah di daerah untuk rutin ngaji khusus ibu-ibu Aisyiah sudah dilakukan? Maka penting sekali adanya siraman rohani dan mengkaji keilmuan untuk semua angota PDA Gresik,” ujarnya.
Mengutip Wakil Ketua Pimpnan Wilayah Muhammadiyah Jatim Nadjib Hamid, Uswatun mengatakan, “Janganlah kita menjadi mubalighat WhatsApp. Apakah kajian yang ada di WhatsApp sudah benar, sepaham, seirama dan searah dengan paham agama kita di Muhammadiyah?”
Untuk itu, lanjut Uswatun, mulai sekarang mari kita datang dengan penuh keyakinan untuk mengikuti Gerakan Perempuan Mengaji secara offline (ngaji darat). Sebulan sekali bertemu sebagai magnet pelekat kerinduan dan mempererat silaturahim semua anggota PDA Gresik.
“Dengan hormat saya menghimbau misalnya pada hari yang sama ada yang berbarengan dengan agenda lain, maka lihat tugas dan peran di sana apa? Jika hanya sebagai terima tamu atau konsumsi maka bisa didelegasikan yang lain dan hadir mendahulukan keilmuan digerakan perempuan mengaji ini. Saling mengsupport kegiatan PDA,” kata dia.
Menurut dia, tema yang dinomersatukan adalah ideologi. Supaya bergabung di Aisyiah bukan karena keterpaksaan, bukan hanya seremonial, tetapi dengan cara keilmuan. Ber-Aisyiah adalah panggilan jiwa sebagai jalan mendekat kepada Allah.
Dia menjelaskan, ideologi keislaman seperti pembukan dalam AD/ART Muhammadiyah adalah surat Alfatihah. Dalam Muqaddimah terdapat ayat Iyyaka nabutu wa iyyaka nastaiin hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. Dikuatkan dengan Surah Azzariyat Ayat 56, “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepadaku.”
“Ini menunjukkan bahwa seluruh aktivitas yang kita kerjakan di Aisyiah hanya berharap ridha Allah. Ibadah vertika berdampak pada keshalehan sosial sebagai bentuk ibadah horisontal, kepedulian kepada sesama manusia,” ujar Guru Kemuhammadiyahan SMA Muhammadiyah 1 Gresik itu.
Dia menyampaikan, Gerakan Perempuan Mengaji ini tidak lepas dari karakteristik Muhammadiyah yang, pertama, merupakan gerakan Islam. Karena lahirnya Muhammadiyah dan Aisyiah bukan hasil dari semedi atau dari wangsit melainkan karena pemahaman Surah Ali ImrAn Ayat 104 dan 110.
Kedua, adalah gerakan dakwah amar makruf nahi mungkar. Tidak ada Aisyiah jika tidak ada dakwah seperti dalam Surah Ali Imran Ayat 104, “Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan yang menyeru kepada kebajikan, menyeru berbuat yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung”.
Menurut Uswatun, amar makruf bukan hanya dakwah. Amar makruf adalah menyampaikan bukan hanya ceramah. “Kita semua adalah pelakunya bukan hanya Majelis Tabligh. Semua yang mempunyai kemampuan ilmu, baik ilmu agama dan ilmu lainnya serta punya kemapuan, maka semua bisa menjadi mubalighat,” kata dia.
Misalnya, sambung dia, berani menegur suami atau keluarga yang salah, menyampaikan kebenaran sehingga mendapat predikat wa ulaaika humul muflihuun, termasuk golongan yang beruntung. “Begitu juga yang diterangkan dalam Surah Ali ImrAn Ayat 110,” ucapnya.
Uswatun pun bertanya, “Kenapa dakwah amar makruf nahi mungkar selalu dilakukan? Misalnya pagi ini di GKB, siang di Panceng dan tubuh masih terasa lelah masih melanjutkan dakwah selanjutnya mudah-mudahan bukan karena terpaksa?”
Mengutip Surah Alahzab Ayat 39, Uswatun menjelaskan, “Ayat ini menjadi dasar kekuatan kita untuk melompat ke sana ke mari. Bahasa kita ora ono pegele untuk menyampaikan dakwah.”
Uswatun berharap Gerakan Perempuan Mengaji ini dilakukan mulai dari pimpinan, kemudian dilanjutkan di cabang dan ranting masing-masing. “Ini periode 2015-2020 mau habis, muktamar tanggal 1-5 juli 2020 sudah tampak jelas. Maka mari kita mempersiapkan gerbong periode 2021-2025. Kita siapkan mulai sekarang bagaimana meningkatkan kualitas kita menjadi pimpinan yang amanah, dan menjadi pimpinan motivator kepada anggotanya,” pesannya. (*)
Kontributor Ian Ianah. Editor Mohammad Nurfatoni.