PWMU.CO-Perkembangan era digital yang semakin pesat harus dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk sarana dakwah Islam. Namun sayangnya, Muhammadiyah yang berjargon Islam Berkemajuan website-nya justru tenggelam di dasar Google.
Hal itu disampaikan oleh Pemimpin Redaksi PWMU.CO Mohammad Nurfatoni saat menyampaikan Pelatihan Jurnalistik Gerakan Dakwah Digital Muhammadiyah di Laboratorium Multimedia SMA Muhammadiyah 1 Panji Situbondo, Ahad (15/12/19).
Kegiatan ini diselenggarakan oleh Majelis Dikdasmen Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Situbondo yang diikuti oleh 36 peserta dari guru SD, SMP, SMA dan utusan Ortom Situbondo dan utusan IPM Ranting SMK Muhammadiyah 1 Bondowoso.
Fatoni, panggilan Mohammad Nurfatoni, menambahkan, fakta ketika mencari suatu berita dengan searching di Google yang muncul teratas website milik orang lain. Baik itu pencarian berita atau fiqih.
“Ayo bapak-ibu buka Google. Ketik hukum transplantasi organ dalam Islam. Adakah situs Muhammadiyah yang muncul memberikan jawaban?” katanya ketika praktik.
Situs website yang didirikan (aktivis) Muhammadiyah pusat maupun lokal seperti muhammadiyah.or.id; suaramuhammadiyah.id; pwmu.co, sangpencerah.id; ibtimes.id; atau situs lokal milik sekolah dan kampus Muhammadiyah.
Peserta setelah searching lewat HP serentak menjawab tidak ada. “Coba perhatikan situs siapa saja yang muncul. Realitasnya banyak website sekuler menempati urutan teratas yang menjadi rujukan utama pembaca atau pencari informasi,” ungkapnya.
Ketika mencari urutan ke bawah ternyata website Muhammadiyah yang membahas hal tersebut belum bisa ditemukan. “Bisa dikatakan website Muhammadiyah tenggelam karena kalah bersaing dengan website lain. Hal ini tentunya menjadi berita miris bagi kita,” jelasnya.
Menurut dia, ini terjadi karena kader-kader Muhammadiyah belum melek website dan mendukung website untuk mengisi tulisan dan meng-share. ”Mubaligh kita hanya suka ceramah tapi tidak mau menulis untuk website padahal sekarang zamannya dakwah digital,” tuturnya.
Padahal, sambung dia, kalau ceramah di masjid hanya didengarkan seratus orang tapi jika dimuat website atau YouTube bisa dibaca ribuan orang. Bahkan jika viral bisa dibaca jutaan orang.
Peserta kemudian diajak praktik memviralkan berita. “Sekarang buka website pwmu.co. Cari berita yang ditulis kontributor Situbondo Pak Sugiran tentang ceramah Ketua Lembaga Informasi dan Komunikasi PWM Jatim Pak Sugeng Purwanto di Masjid Al-Jihad,” pintanya.
“Kalau sudah ketemu, klik beritanya kemudian dibaca. Perhatikan logo mata di atas foto berita. Di sebelahnya tertulis angka yang menunjukkan sudah berapa orang yang klik berita ini. Masih 658 pembaca. Tugasnya sekarang semua peserta share ke teman-temannya,” tandas Fatoni.
Semua peserta lantas menyebarkan berita itu ke teman atau grup WA. Tak pakai lama angka pembaca terus melonjak naik. ”Lihat angka berubah jadi 663… 670… 680…” urainya.
Dengan data itu Fatoni menunjukkan begitulah sistem dakwah digital yang sekarang dihadapi. Dia berharapkalau semua kader Muhammadiyah bersuka rela membuka situs Muhammadiyah lalu menyebarkan beritanya maka website itu bakal muncul ke permukaan Google.
Sasaran selanjutnya adalah Twitter. “Ada yang belum punya Twitter? Kalau belum buat sekarang. Cara bagikannya sama dengan WA. Klik logo Twitter di atas foto berita, kemudian masukkan ke Twitter Anda. Banyak-banyak follow tokoh-tokoh Muhammadiyah,” tegasnya.
Menurut Fatoni, Facebook (FB) juga efektif untuk menyebarkan berita. “Ayo buka FB-nya masing-masing. Cari fanpage PWMU.CO. Caranya di pencarian ketik PWMU.CO. Setelah muncul cari submenu postingan. Semua berita di-upload ke situ,” ajaknya.
“Ayo sedekah jempol dengan like berita-berita yang tayang. Jangan pelit like ya. Itu amalan ringan yang efeknya luar biasa. Kemudian bagikan beritanya ke grup-grup FB anda,” harapnya.
Bagi yang punya Instagram (IG), lanjutnya, bisa juga disebarkan berita-berita PWMU.CO. “Mungkin masih agak repot. Screeenshot dulu beritanya kemudian kirim ke IG. Nanti orang akan cari beritanya,” sambungnya.
Fatoni mengajak semua peserta untuk tidak bosan sedekah jari. “Yang punya siswa, ayo siswanya diajari KBB (klik, baca, dan bagikan). Yang punya grup wali siswa, ayo semuanya diajak untuk KBB. Jangan biarkan website Muhammadiyah tenggelam di di dasar Google,” pesannya. (*)
Penulis Siska Rianita Laksana Editor Sugeng Purwanto