PWMU.CO – Family gathering (famghat) tidak hanya dibiayai bersama, tetapi semuanya dari kita, oleh kita, dan untuk kita. “Semuanya kita sendiri yang menyiapkan.”
Demikian disampaikan oleh Ketua Panitia Famgath Ke-8 Keluarga sang Surya Muhammad Mirdasy pada upacara pembukaan di Agro Mulia Prigen Pasuruan, Sabtu (28/12/19).
Dia mengatakan, panitia hanya pesan 50 pack makanan ke Agro Mulia. “Tetapi lebih dari 600 peserta bisa makan semua. Ada yang membawa sate Ponorogo, gule, rawon, bakso, rengginang, martabak, dan yang lainnya,” ujarnya.
Peserta yang hadir, lanjutnya, sangat luar biasa. Perlu waktu enam bulan 19 hari untuk persiapan. “Pesan pemilik Agro Mulia Pak Sulthon Amien harus ditirakati, banyak shalat dan berdoa agar tidak hujan. Alhamdulillah meski tadi gerimis sekarang cuaca cerah,” ungkapnya.
Famghat Kawah Candradimuka Muhammadiyah Jatim
Sementara itu Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jatim Nadjib Hamid menyampaikan famgath merupakan gerakan kultural. “Kawah candradimuka dan menjadi tempat menempa banyak hal. Tidak ada yang merasa peserta atau panitia. Semuanya panitia dan saling melayani,” jelasnya.
Bagi yang pertama ikut, sambungnya, jangan kaget. Semua disuruh urunan, bawa makanan, makan sendiri dan cuci piring sendiri.
Famgath, sambung Nadjib Hamid, juga ajang menempa diri yang melibatkan banyak generasi. “Anak-anak kita yang biasa ikut punya agenda sendiri menyiapkan acara. Malahan ada anak yang protes kenapa hanya setahun sekali,” ungkapnya disambut tawa peserta.
Menurut Nadjib Hamid, tidak mudah mendidik anak mengikuti jejak yang dijalankan oleh orangtuanya. “Banyak anak yang trauma karena tidak terurus gara-gara orangtuanya aktivis. Maka kita menyaksikan banyak tokoh tidak menghasilkan kader atau tokoh,” terangnya.
Kita ingin, ujar Nadjib Hamid, anak-anak bersahabat dengan anak-anak aktivis yang lain sehingga banyak memberikan manfaat. “Insyaallah jejak famgath 10 tahun ke depan ini akan dirasakan oleh anak-anak kita,” tuturnya. (*)
Kontributor Sugiran. Editor Mohammad Nurfatoni.