PWMU.CO-Di akhir tahun ini ada kabar duka beredar. Politisi Partai Amanat Nasional (PAN) H. Kuswiyanto meninggal dunia saat dirawat di RS Husada Utama Surabaya pukul 03.35, Selasa (31/12/2019).
Dia beberapa kali masuk rumah sakit karena terkena kanker kelenjar getah bening. Rumahnya di Pondok Wage Indah II Blok H No 4 Taman Sidoarjo sejak pagi sudah ramai didatangi petakziyah para tetangga, kalangan Pimpinan Wilayah Muhamamdiyah (PWM) Jatim, anggota DPRD Jatim, guru Muhammadiyah, dan lainnya.
Setelah dimandikan, jenazah dishalatkan di Masjid Atthahiroh Pondok Wage Indah waktu Duhur dan dimakamkan di Pegirian Surabaya.
Kuswiyanto pernah menjadi anggota DPR-RI periode 2014-2019 mewakili Dapil Jawa Timur IX. Sebelumnya dia juga pernah menjadi anggota DPRD Jawa Timur (2004-2014). Dia juga pernah menjadi sekretaris Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PAN Jawa Timur (2010-2015).
Wakil Ketua PWM Jatim Nur Cholis Huda menyebut, Kuswiyanto adalah kader persyarikatan yang militan. Dia aktivis Muhammadiyah mulai dari bawah. Pernah menjadi Ketua Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Jatim dan Kepala SMA Muhammadiyah 2 Pucang Surabaya.
Banyak orang punya kenangan dengan Kuswiyanto seperti Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Lakarsantri Surabaya. ”Pak Kuswiyanto sering datang men-support pendirian PCM ini,” kenang Khoirul Asyikin, Wakil Ketua PCM Lakarsantri.
Dia menceritakan, Pak Kus membantu menuntaskan pembangunan TK ABA 59 di Lidah Kulon dengan mencarikan dana hibah Pemprov Jatim. ”Dana sekitar Rp 150 juta untuk membangun lantai tiga dan membeli alat permainan untuk siswa TK,” ujarnya.
Ketika renovasi sudah selesai, sambung dia, malam-malam Pak Kus datang ingin melihat hasil pembangunannya. Dia lalu berkeliling melihat gedung paling atas diantar personal PCM.
Dia juga menerangkan sering berlatih silat pernafasan dengan politisi ini di halaman Kantor DPW PAN Jl. Darmokali. ”Pak Kus itu pendekar, muridnya almarhum Pak Moeslimin pelatih silat ini,” ujarnya.
Selain TK ABA 59, sekolah lain yang difasilitasi pembangunannya oleh Pak Kus lewat dana hibah adalah SD Muhammadiyah 11 di Dupak Surabaya. Sekolah ini mendapat Rp 250 juta bahkan saat pemancangannya mendatangkan Gubernur Soekarwo. (*)
Penulis/Editor Sugeng Purwanto