PWMU.CO – Pimpinan Ranting Aisyiah (PRA) Sidokumpul Gresik melaksanakan pengajian rutin bulanan yang diikuti seluruh pengurus dan anggota, serta warga sekitar, Jumat (27/12/19).
Bertempat di rumah Hj Nurfadillah SPd, Jalan Ikan Kerapu Timur Raya No 1 BP Kulon Gresik, pengajian kali ini mengangkat tema ‘Memahami Kehendak Allah’.
Pentingnya Kisah
Dr Muhammad Arfan Mu’ammar MPdI, pembicara pengajian ini mengawali dengan sebuah kisah. Ia mengatakan, kisah itu adalah cara yang paling efektif untuk menjelaskan makna, pelajaran, ide, konsep, bahkan teori-teori yang sulit akan menjadi mudah dengan sebuah cerita. “The story is the most effective way to tell meaning lesson idea, concept, or event teori,” ujarnya dalam bahasa Inggris.
Wakil Direktur Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surabaya ini mengatakan, Alquran juga penuh dengan cerita, karena Allah mengetahui manusia suka dan mudah mengerti melalui sebuah cerita.
Raja Muda Hobi Berburu, Jarinya Putus
Lalu ia menceritakan raja muda yang mempunyai hobi berburu. Setiap hari sang Raja berburu ditemani penasihat bijak. Suatu ketika pergi berburu, Raja menangkap seekor rusa. Lalu disembelih dan dipotong-potong. Karena begitu bersemangatnya, jari kelingking Raja terpotong. Raja pun kesakitan dan menangis sepanjang perjalanan pulang.
“Penasehat bijak memberi nasihat kepada raja, ‘setiap kejadian yang terjadi di bawah langit ini ada hikmahnya’. Setelah sampai di kerajaan, sang Raja pun diberi obat,” kisah Arfan.
Arfan melanjutkan, setelah tiga hari berselang, Raja tidak menerima keadaan: ada bagian tubuh yang hilang. Raja menganggap, biarpun dirinya tampan dan kaya, tapi jika ada bagian tubuh yang hilang, maka ia tetap cacat. Penasihat bijak sudah kehabisan kata-kata. Segala nasihat sudah disampaikan tetapi raja tidak bisa menerima.
“Hai Raja, mestinya Anda bersyukur hanya satu jari yang hilang, tidak sampai pergelangan tangan yang terpotong,” ujar Arfan menceritakan kata penasihat bijak. Mendengar nasihat tersebut, kata Arfan, Raja tersinggung dan memanggil prajurit untuk memasukkan penasihat bijak ke penjara.
Tiga tahun berselang, Raja kangen berburu dan mengajak penasihat baru untuk menemaninya. Ketika mencari jalan keluar hutan, mereka bertemu sekelompok orang membawa tongkat. Raja dan penasihat akhirnya dibawa ke perkampungan kanibal, yang saat itu mencari persembahan.
Tetapi sebelum dipersembahkan, Raja diperiksa terlebih dahulu dan ditemukan ada jari yang hilang. Orang cacat tidak bisa digunakan untuk persembahan dan penasihat yang tubuhnya lengkap dan normal dijadikan persembahan. Lalu Raja pulang berlari terbirit-birit dan akhirnya menemukan jalan keluar dari hutan.
Sesampainya di kerajaan, Raja memberi perintah kepada prajurit untuk mengeluarkan penasihat bijak yang dulu dipenjara. “Hai penasihat bijak, ternyata apa yang kau katakan itu benar, jika jari saya tidak putus, saya akan menjadi tumbal persembahan para kanibal di hutan,” ujar Arfan menceritakan kata-kata Raja.
Demikian juga penasihat bijak merasa bersyukur dipenjara selama tiga tahun. Raja pun heran. “Seandainya aku tidak dipenjara maka Raja akan berburu denganku dan aku akan menjadi tumbal mereka,” ujar Arfan mengisahkan penjelasan penasihat bijak.
Hikmah setiap Kejadian
Dari kisah yang diceritakan tersebut, Arfan mengatakan selalu ada hikmah tersembunyi yang diselipkan Allah setiap kejadian, seperti halnya yang biasa terjadi pada kita. “Misalnya pernah ban kita kempes, ternyata setelah beberapa saat diketahui jika tidak kempes ada kecelakaan yang bisa jadi akan menimpa kita,” ujarnya.
Menurut Arfan, seringkali Allah itu memberi, tapi di sisi lain mencegah. Sebaliknya, ada kalanya Allah mencegah, tapi di sisi lain memberi. “Maknanya, pemberian dan pencegahan itu silih berganti,” kata dia.
Sesuatu bisa terasa enak, kata Arfan, karena kita lama tidak merasakannya. “Es teh kalau diminum sekarang itu biasa, tapi pas bulan puasa akan terasa enak karena seharian tidak merasakan,” ungkapnya.
Arfan menekankan, istilah cobaan dan kemuliaan itu silih berganti. Ia menuturkan, manusia tidak boleh merasa mulia terus atau di bawah terus, karena sudah ada teori fa inna ma’al usri yusro. “Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Justru keindahan itu karena ada selingan kesulitan,” tuturnya.
Dua Tipe Manusia
Ia juga menjelaskan makna Surat Al Fajr ayat 15 dan 16 tentang dua tipe manusia. Pertama, apabila Tuhan mengujinya lalu memuliakannya dan memberinya kesenangan, maka dia berkata, “Tuhanku telah memuliakanku. Kedua, apabila Tuhan mengujinya lalu membatasi rezekinya, maka dia berkata Tuhanku telah menghinaku.”
Bagi Arfan, ujian itu tanda kemuliaan. Ia mengatakan, ketika Allah menguji, kita harus bersyukur karena akan naik kelas. Ia pun kencontohkan ujian para Nabi yang cukup berat. Seperti Nabi Yunus yang dimakan ikan dan ikannya dimakan ikan lagi, lalu dibawa ke dasar laut yang gelap. Selain itu ada juga Nabi Nuh yang diuji banjir besar, Nabi Muhammad diintimidasi sampai hijrah ke Madinah, dan masih banyak ujian orang-orang yang beriman.
Kepada jamaah pengajian, Arfan mengingatkan, Allah memuliakan manusia dengan ujian karena Allah mencintai kita. “Bisa karena dosa kita, Allah kangen dzikir kita, maka Allah memberikan sakit sebagai pelebur dosa sampai duri yang menancap pun kecuali Allah akan menghapus dosa kita,” jelasnya.
Namun manusia tak perlu terlalu khawatir. Kata Arfan, dalam Surat Al Baqarah ayat 286 Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. “Allah melihat manusia berapa kadar kemampuan untuk menerima ujian, maka jangan khawatir Allah tidak akan melebihkan ujian kepada kita,” tegasnya.
Maka, lanjutnya, manfaat sebuah ujian pasti diselipkan sebuah hikmah blessing in the case. “Yakinlah, semua kehendak yang diberikan oleh Allah adalah kehendak yang terbaik untuk kita,” tutupnya. (*)
Kontributor Ian Ianah. Editor Mohammad Nurfatoni.
Discussion about this post