PWMU.CO – Awalnya kami sama-sama menjadi peserta sebuah training di Hotel Narita Surabaya tahun 1999. Training tentang kapasitas diri yang disampaikan seorang psikolog itu berlangsung enam hari.
Saat itu Mas Kuswiyanto adalah Kepala SMA Muhammadiyah 2 Pucang Surabaya, salah satu sekolah yang moncer saat dia pimpin. Sekolah yang memiliki gedung megah yang bisa dibangun berkat terobosannya dengan menembus segala batas dan rintangan.
Sejak pertemuan di arena training itu hubungan kami menjadi cukup dekat. Kami sering membahas masalah-masalah pendidikan. Kami berdiskusi intens untuk membuat rencana strategis (restra) SMA Muhammadiyah 2 Pucang agar bisa terus berkembang dengan cepat dan melampaui keinginan yang konvensional.
Getol Menularkan Ilmu Manajemen Sekolah
Dari pembuatan renstra itu kami terus berkolaborasi dalam berbagai kegiatan penularan ilmu ke berbagai tempat. Tujuannya agar sekolah Islam yang lain juga memiliki terobosan dan penataan manajemen pendidikan yang baik. Demi peningkatan kualitas pada satuan pendidikan.
Banyak lembaga pendidikan yang pendiriannya diinisiasi oleh beliau dan sampai sekarang berkembang dengan baik dan berkwalitas dalam mutu pendidikan.
Pernah kami berdua ke satu daerah untuk melihat rencana pendirian sekolah baru. Setalah sampai lokasi ternyata calon sekolah sudah ada gedung dan masjidnya. Setelah berdiskusi panjang lebar dengan panitia, akhirnya disepakati dengan tidak memakai gedung yang sudah dibangun dan mencari alternatif tempat baru.
Kebetulan di dekat gedung baru ada rumah yang sangat besar dijual. Setelah dkami lihat maka diputuskan gedung itu dibeli untuk sekolah baru tersebut. Kami lalu memberikan training kepada gurunya. Juga memberikan secara bekala pelatihan manajemen sekolah kepada tenaga pendidik dan kependidikan. Alhamdulillah sampai hari ini sekolah tersebut berkembang dengan baik.
Ketika sudah mengemban amanah pendidikan dengan capain prestasi yang sangat baik, beliau—yang memang dari awal memiliki jiwa pejuang—terus melebarkan kiprah dalam perjuangan dakwahnya.
Dari Dunia Pendidikan ke Politik
Setelah kenyang dengan pengalaman pendidikan, akhirnya pada tahun 2004 beliau mencalonkan diri sebagai anggota DPRD Jatim.
Selama proses untuk jadi anggota legislatif saya membantu mendampingi ke berbagai pertemuan di tingkat desa dan kecamatan di wilayah Sidoarjo-Surabaya.
Pengalaman sebagai aktivis dan pejuang memberikan kekuatan fisik tersenidiri karena hampir semua kegiatan selama berbulan-bulan bisa dikatakan tanpa jeda. Kegiatan bisa dilakukan pagi sampai pagi berikutnya tanpa kenal lelah. Hasil perjuangan mengantarkannya menjadi anggota DPRD Jarim dua periode: 2004-2009 dan 2009-2014.
Selama menjadi anggota DPRD Jatim saya diminta menjadi staf ahli untuk urusan pendidikan dengan mengkaji aturan dan membuatkan materi-materi yang diperlukan.
Pada tahun 2014 beliau mencalonkan jadi anggota DPR RI dari Dapil X. Dan alhamdulillah atas berkat dan karunia Allah SWT beliau bisa terpilih. Saat jadi anggota DPR-RI ini saya juga diminta membantu menjadi staf ahli.
Banyak bantuan beliau menyelesaikan masalah pembayaran sertifikasi guru madrasah yang terhambat. Beliau memfasilitasi transportasi dan akomodasi para guru yang menuju Jakarta sampai urusannya selesai. Beliau mengawal semuanya sampai berhasil dengan baik.
Dijegal Karir Politiknya
Ketika pencalonan Ketua DPW PAN Jatim dan ketika Muswil Jatim di Jatim beliau meraih suara terbanyak. Tapi sama DPP PAN tidak dilantik. Malah yang dapat 26 suara yang dilantik.
Ketika mencalonkan menjadi bupati Bojonegoro saya diminta membuat visi-misi: apa yang akan dilakukan ketika nanti jadi bupati. Tetapi ketika di tengah perjalanan—setelah melalui perjuangan yang panjang berliku–tiba-tiba ada penjegalan dengan menjadikan beliau wakil bupati.
Kami juga diskusi khusus berdua membahas masalah ini dengan berbagai aspek dan kemungkinan-kemungkinannya. Saya termasuk yang paling tidak setuju dengan pergeseran komposisi itu. Walaupun akhirnya menerima kenyataan itu melalui jalan berliku. Dan semua tahu hasil akhir dari pemilihan itu.
Beberapa bulan ini kami juga diskusi intens membahas upgrade salah satu sekolah di Sidoarjo. Walaupun akhirnya sampai hari ini beliau merasakan tidak ada respon yang baik dari para pengurusnya yang sejak awal minta bantuan tersebut.
Dalam kondisi sakit beliau terap optimis dan terus memikirkan perjuangan pendidikan. Jika tadi ikut takziah dan melihat rumahnya, maka akan kagum dengan kesederhanaan almarhum Kuswiyanto.
Rumah itu, sejak jadi Kepala SMA Muhamamdiyah 2 Pucang Surabaya, Anggota DPRD Jatim dua periode, anggota DPR RI, kondisinya tidak berubah. Tetap seperti itu; tidak mentereng sama sekali penampilannya.
Semoga kebaikan selama ini melapangkan menuju surganya. Selamat jalan kawan! (*)
Kolom oleh Syaifulloh, kawan seperjuangan,