Yunahar Ilyas adikku
Kini engkau telah pergi
Tidak akan pernah ada lagi kata-kata bernas bernada nasihat penuh hikmah yang akan bisa kudengar dari dirimu.
Engkau adalah ulama yang sangat dalam pengetahuan agamanya. Karena itu, kami di Muhammadiyah biasa memanggilmu dengan Buya Yunahar. Panggilan itu menunjukkan engkau merupakan ulama besar yang dimiliki Muhammadiyah.
Buya Yunahar termasuk ulama yang sangat bijak yang sering bisa melihat celah di saat banyak orang sudah mengalami rasa buntu.
Buya Yunahar adalah ulama yang sangat mumpuni. Penguasaan bidang agama dan kitab-kitab klasik, terutama tafsir dan hadits sungguh luar biasa.
Ceramah Buya Yunahar juga selalu segar dan menyegarkan. Acapkali dalam ceramahnya juga diselingi humor yang intelek, tidak seronok. Sangat jarang ada ulama Muhammadiyah yang ceramahnya mendalam dan segar dengan humor-humornya.
Jamaah Buya Yunahar sangat banyak dan telah sering memperoleh siraman ilmu agama yang mencerahkan.
Di mataku, Buya Yunahar adalah orang yang beruntung karena sewaktu hidup telah menabur ilmu yang bermanfaat.
Saya turut mendoakan mudah-mudahan semua itu nanti akan menjadi penolongmu dalam menghadap Allah SWT di alam akhirat sana.
Engkau adalah orang baik. Mungkin saja ada salahmu. Tetapi saya yakin semua orang akan memaafkanmu. Karena engkau ulama yang tegas, lurus dan tulus sehingga kami tidak pernah merasa kecewa terhadap dirimu.
Keulamaan Yunahar Ilyas
Buya Yunahar adalah ulama besar. Tidak ada keraguan sedikitpun terhadap status keulamaannya, kealimannya dan kebagusan akhlaknya. Kepergian Buya Yunahar ke haribaan ilahi rabbi merupakan kehilangan besar bagi Muhammadiyah. Karena belum tentu dalam siklus 30 tahunan, Muhammadiyah mampu melahirkan ulama sekaliber dia.
Selamat jalan adikk, engkau telah pergi terlebih dahulu dan aku pasti akan menyusulmu.
Aku berdoa semoga kita bisa lagi bertemu dalam naungan dan ridha-Nya di surga-Nya yang menjadi cita dan harapan kita semua. Amin.
Bandara Soekarno Hatta, 3 Januari 2020. Pukul 5.05 pagi.
Opini oleh Anwar Abbas, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah
Editor Sugeng Purwanto